DENPASAR – Perayaan hari raya Nyepi menjadi momen perenungan diri. Ada empat larangan yang tidak boleh dilakukan orang yang sedang melangsungkan catur brata penyepian.
Keempat larangan tersebut meliputi tidak melakukan kegiatan atau bekerja (amati karya), tidak menyalakan lampu atau api (amati geni),
tidak bepergian (amati lelungan) serta tidak mengadakan rekreasi, bersenang-senang atau hura-hura (amati lelanguan).
Dengan adanya larangan amati geni, pemakaian listrik di Bali dipastikan mengalami penurunan.
General Manager PLN Distribusi Bali I Nyoman Suwarjoni Astawa mengatakan, meski dalam kondisi Nyepi listrik tidak terlalu dibutuhkan, namun ada beberapa kalangan yang masih membutuhkan listrik.
“Saat hari raya Nyepi beban kelistrikan di Bali akan sangat turun,” ujar Suwarjoni Astawa kemarin.
Pihaknya memprediksi, beban puncak saat Hari Raya Nyepi berada di angka 549 megawatt (MW) dengan cadangan daya mencapai 706 MW.
Proyeksi angka ini mengacu pada beban puncak Nyepi tahun lalu yang mencapai 505,4 MW. Penurunan beban puncak akan terjadi mulai tanggal 16 Maret yakni hari Jumat atau sehari sebelum Nyepi berlangsung.
“Proyeksi kami meningkat karena jumlah pelanggan juga meningkat,” katanya. Beban puncak di tahun 2018 sendiri terjadi pada bulan Februari lalu yang mencapai 841 MW.
Rencananya, Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Wilayah Pesanggaran akan dilakukan pemadaman dan hanya mengandalkan pasokan dari PLTU Celukan Bawang dengan Jawa Timur.
“Kalau ada gangguan misalnya di Celukan bawang, karena PLTG lebih cepat start nya, jadi kalaupun ada pemadaman paling hanya hitungan menit,” kata pria yang akrab disapa Joni ini.
Menariknya, ada beberapa desa di Bali yang mengajukan surat ke PLN agar saat perayaan Nyepi listrik di desa tersebut dipadamkan.
Hingga saat ini ada enam desa di Bali yang meminta pemadaman seperti Tejakula, Les, Penuktukan, Nusa Penida, Ceningan, dan juga Nusa Lembongan.
“Jadi, desa itu mengajukan kepada kami (PLN) untuk pemadaman. Dan, selalu ada tiap tahun seperti itu,” terangnya.