29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 0:37 AM WIB

Masih Sepi Pembeli, Laku Tak Laku Pedagang Pasar Kodok Tetap Buka

TABANAN – Belum terlihat pergerakan pembeli baju bekas di Pasar Kodok Tabanan. Suasana di Pasar Kodok di Desa Dauh Peken, Tabanan masih terlihat sepi pembeli.

Hanya ada beberapa pengunjung saja yang terlihat. Tidak seperti sebelum pandemi Covid-19 mewabah. Pasar Kodok Tabanan yang menjual baju-baju bekas biasanya setiap hari ramai dengan pembeli.

Tak terkecuali pembeli juga datang dari kalangan anak muda yang suka dengan merk-merk baju bekas berkelas.

Salah seorang pedagang baju bekas di Pasar Kodok Tabanan Marasin, 53  mengaku mulai menurun drastis jumlah pengunjung (pembeli) baju bekas sejak bulan April lalu.

Kunjungan sudah sangat jauh menurun sekalipun di hari akhir pekan. “Kami biasanya ketika akhir pekan (Sabtu-Minggu red), ramai pembeli yang para pengunjung

yang mayoritas anak muda ini memburu pakaian bekas ke Pasar Kodok Tabanan. Sekarang tidak setelah adanya pandemi Covid-19 masih berlangsung,” ujarnya.

Pria paruh baya yang sudah berjualan pakai bekas sejak tahun 2002 ini mengatakan, sebenarnya berharap banyak di fase new normal ini pembeli akan berdatangan memburu pakaian bekas ke Pasar Kodok Tabanan.

Namun sayangnya fase new normal sejak bulan Agustus lalu hingga bulan November ini masih sepi pembeli pakaian bekas.

“Saya sudah berjualan disini selama 18 tahun. Pandemi ini paling parah dibandingkan dengan Bom Bali dulunya. Omzet saya sampai turun 80 persen,” tutur Marasin sembari merapikan dagangannya pakaian bekasnya.

Dia melanjutkan, kondisi sebelumnya di pasar kodok ini tak pernah sepi terjadi transaksi jual beli. Ia mengakui jika dulunya, dalam sehari dapat berjualan Rp 200 – 500 ribu.

Tetapi sejak pandemi ini sangat jauh turun kadang hanya Rp 50 ribu, bahkan tak ada yang datang.

“Sekarang sangat jauh, sepi sekali. Kadang dapat jualan hanya Rp 50 ribu, tapi lebih banyak sepi atau gak dapat garus,” keluhnya.

Meski laku tak laku, kata Marasin, tetap membuka dagangannya. Sebab, hanya berjualan pakaian ini andalannya untuk kehidupan sehari-harinya.

Selain itu hasil berjualan juga digunakan untuk membayar sewa tempat. Dalam setahun ia membayar sewa Rp 2 Juta karena menyewa dua lokal (kios) yang berukuran sekitar 2×1.5 meter tersebut.

“Sebagai pedagang bekas saya tetap berharap kondisi normal kembali dan ekonomi lebih baik lagi. Sehingga putaran jual beli kembali lancar. Hanya itu yang kami bisa harapkan,” tandasnya. 

TABANAN – Belum terlihat pergerakan pembeli baju bekas di Pasar Kodok Tabanan. Suasana di Pasar Kodok di Desa Dauh Peken, Tabanan masih terlihat sepi pembeli.

Hanya ada beberapa pengunjung saja yang terlihat. Tidak seperti sebelum pandemi Covid-19 mewabah. Pasar Kodok Tabanan yang menjual baju-baju bekas biasanya setiap hari ramai dengan pembeli.

Tak terkecuali pembeli juga datang dari kalangan anak muda yang suka dengan merk-merk baju bekas berkelas.

Salah seorang pedagang baju bekas di Pasar Kodok Tabanan Marasin, 53  mengaku mulai menurun drastis jumlah pengunjung (pembeli) baju bekas sejak bulan April lalu.

Kunjungan sudah sangat jauh menurun sekalipun di hari akhir pekan. “Kami biasanya ketika akhir pekan (Sabtu-Minggu red), ramai pembeli yang para pengunjung

yang mayoritas anak muda ini memburu pakaian bekas ke Pasar Kodok Tabanan. Sekarang tidak setelah adanya pandemi Covid-19 masih berlangsung,” ujarnya.

Pria paruh baya yang sudah berjualan pakai bekas sejak tahun 2002 ini mengatakan, sebenarnya berharap banyak di fase new normal ini pembeli akan berdatangan memburu pakaian bekas ke Pasar Kodok Tabanan.

Namun sayangnya fase new normal sejak bulan Agustus lalu hingga bulan November ini masih sepi pembeli pakaian bekas.

“Saya sudah berjualan disini selama 18 tahun. Pandemi ini paling parah dibandingkan dengan Bom Bali dulunya. Omzet saya sampai turun 80 persen,” tutur Marasin sembari merapikan dagangannya pakaian bekasnya.

Dia melanjutkan, kondisi sebelumnya di pasar kodok ini tak pernah sepi terjadi transaksi jual beli. Ia mengakui jika dulunya, dalam sehari dapat berjualan Rp 200 – 500 ribu.

Tetapi sejak pandemi ini sangat jauh turun kadang hanya Rp 50 ribu, bahkan tak ada yang datang.

“Sekarang sangat jauh, sepi sekali. Kadang dapat jualan hanya Rp 50 ribu, tapi lebih banyak sepi atau gak dapat garus,” keluhnya.

Meski laku tak laku, kata Marasin, tetap membuka dagangannya. Sebab, hanya berjualan pakaian ini andalannya untuk kehidupan sehari-harinya.

Selain itu hasil berjualan juga digunakan untuk membayar sewa tempat. Dalam setahun ia membayar sewa Rp 2 Juta karena menyewa dua lokal (kios) yang berukuran sekitar 2×1.5 meter tersebut.

“Sebagai pedagang bekas saya tetap berharap kondisi normal kembali dan ekonomi lebih baik lagi. Sehingga putaran jual beli kembali lancar. Hanya itu yang kami bisa harapkan,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/