DENPASAR – Perbaikan kualitas daging sapi Bali melalui kerjasama dengan Jepang agar mendekati kualitas wagyu mulai menuai hasil.
Ini diketahui saat pekan terakhir, dua ekor sapi yang menjadi percobaan sederhana dan telah diberikan perlakuan khusus selama enam bulan itu dipotong.
Dari pantauan visual, terlihat kualitas daging dan citarasa yang dihasilkan jauh berbeda dengan daging sapi Bali pada umumnya.
Kepala Bidang Pembibitan dan Produksi Dinas Peternakan Provinsi Bali, Nata Kusuma mengatakan kajian sederhana ini dengan memberikan pakan formula yang bagus, selanjutnya dari waktu potong sapi memiliki umur 1,6 tahun dan beberapa perlakuan lainnya.
“Ini baru tahap percobaan. Saat ini kami akan masuk ke tahap lebih serius. Nanti akan melibatkan akademisi dari Universitas Udayana,” ujarnya.
Dengan peningkatan kualitas daging sapi Bali ini, pihaknya pun telah menggodok beberapa regulasi. Seperti branding dan kemasan. Selanjutnya serapan kepada industri olahan daging.
Kemudian untuk Hotel, Restoran, dan Catering (Horeca). Untuk Horeca sendiri, masing-masing harus menyerap daging sebanyak 30 persen, kemudian untuk industri olahan sebanyak 10 persen.
“Untuk branding kemungkinan tidak elok pakai nama wagyu. Karena kualitas kita akan dianggap KW. Jadi harus membuat branding,” terang Nata.
Pihaknya yakin, dengan keberhasilan ini, akan membuat harga daging sapi terangkat. Minimal dia berharap per kilogram daging sapi yang dikembangkan tersebut mencapai Rp 200 ribu.
“Ke depan pangsa pasarnya juga akan membidik luar negeri,” pungkasnya.