28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 3:44 AM WIB

Daripada Basi, Daging Hotel Disumbangkan ke Kebun Binatang

GIANYAR – Akibat pandemi Covid-19, stok daging dan sayuran untuk kebutuhan hotel dan restoran menumpuk di gudang.

Daripada basi, pedagang pangan yang tergabung dalam Solidaritas Pangan Denpasar (SPD) menyumbangkan bahan pangan mereka ke kebun binatang.

Kurang lebih 600 kilogram daging sapi diberikan untuk satwa di Bali Safari kemarin. Membawa truk berpendingin, ratusan kilogram daging itu dibawa langsung oleh 4 orang relawan Solidaritas Pangan.

Salah satu relawan, Luluk, yang bertugas di tempat penjualan daging Classic, menyatakan daging sudah tidak bisa disuplai ke hotel.

“Jadi daging yang menumpuk ini kami donasikan kepada teman-teman,” ujar Luluk, usai penyerahan ratusan kilogram daging sapi ke Bali Safari.

Beberapa daging yang masih baru dipotong ada yang disumbangkan ke masyarakat. “Yang agak lama, namun masih dalam kondisi bagus, diberikan ke satwa di kebun binatang,” jelasnya.

Menurutnya, satwa juga memerlukan asupan daging. Sementara itu, mewakili Bali Safari, Kadek Kusuma Atmaja, yang merupakan dokter hewan sempat mengecek kelayakan daging yang disumbangkan.

Dokter hewan naik ke bak truk. Dilihat dari tekstur daging, dokter hewan menyatakan daging tersebut masih layak.

Atas sumbangan itu, pihaknya mengucapkan terima kasih atas bantuan dari Solidaritas Pangan Denpasar.

Khususnya bantuan bagi satwa carnivora. “Ini untuk pakan harimau, singa, macan tutul dan sebagainya,” ujarnya.

Dalam sehari, kata dia, satwa pemakan daging bisa menghabiskan 60 kilogram daging sehari. Untuk rumput, menghabiskan 6,5 ton sehari.

Itu karena hewan pemakan rumput lebih banyak. Kata dia, untuk stok makanan di Bali Safari selama beberapa bulan ke depan masih tercukupi.

“Namun tentu karena kondisi tutup, kami tidak ada pemasukan. Memang membutuhkan donatur seperti ini,” ujarnya.

Untuk pakan herbivora, lanjut dia, juga masih ada stok. Bahkan, pihaknya memiliki lahan yang ditanami rumput. “Tapi mungkin itu (rumput, red) bertahan tak lebih dari 2-3 bulan ke depan,” jelasnya.

Kusuma Atmaja menambahkan, perawatan selama pandemi tetap dilakukan. “Cuma lebih intens dalam merawat. Meningkatkan bio security,” jelasnya.

Bahkan, ada kekhususan dalam merawat hewan. “Keeper harus mengenakan masker dan sarung tangan. Sepatu boot harus steril,” pungkasnya.

GIANYAR – Akibat pandemi Covid-19, stok daging dan sayuran untuk kebutuhan hotel dan restoran menumpuk di gudang.

Daripada basi, pedagang pangan yang tergabung dalam Solidaritas Pangan Denpasar (SPD) menyumbangkan bahan pangan mereka ke kebun binatang.

Kurang lebih 600 kilogram daging sapi diberikan untuk satwa di Bali Safari kemarin. Membawa truk berpendingin, ratusan kilogram daging itu dibawa langsung oleh 4 orang relawan Solidaritas Pangan.

Salah satu relawan, Luluk, yang bertugas di tempat penjualan daging Classic, menyatakan daging sudah tidak bisa disuplai ke hotel.

“Jadi daging yang menumpuk ini kami donasikan kepada teman-teman,” ujar Luluk, usai penyerahan ratusan kilogram daging sapi ke Bali Safari.

Beberapa daging yang masih baru dipotong ada yang disumbangkan ke masyarakat. “Yang agak lama, namun masih dalam kondisi bagus, diberikan ke satwa di kebun binatang,” jelasnya.

Menurutnya, satwa juga memerlukan asupan daging. Sementara itu, mewakili Bali Safari, Kadek Kusuma Atmaja, yang merupakan dokter hewan sempat mengecek kelayakan daging yang disumbangkan.

Dokter hewan naik ke bak truk. Dilihat dari tekstur daging, dokter hewan menyatakan daging tersebut masih layak.

Atas sumbangan itu, pihaknya mengucapkan terima kasih atas bantuan dari Solidaritas Pangan Denpasar.

Khususnya bantuan bagi satwa carnivora. “Ini untuk pakan harimau, singa, macan tutul dan sebagainya,” ujarnya.

Dalam sehari, kata dia, satwa pemakan daging bisa menghabiskan 60 kilogram daging sehari. Untuk rumput, menghabiskan 6,5 ton sehari.

Itu karena hewan pemakan rumput lebih banyak. Kata dia, untuk stok makanan di Bali Safari selama beberapa bulan ke depan masih tercukupi.

“Namun tentu karena kondisi tutup, kami tidak ada pemasukan. Memang membutuhkan donatur seperti ini,” ujarnya.

Untuk pakan herbivora, lanjut dia, juga masih ada stok. Bahkan, pihaknya memiliki lahan yang ditanami rumput. “Tapi mungkin itu (rumput, red) bertahan tak lebih dari 2-3 bulan ke depan,” jelasnya.

Kusuma Atmaja menambahkan, perawatan selama pandemi tetap dilakukan. “Cuma lebih intens dalam merawat. Meningkatkan bio security,” jelasnya.

Bahkan, ada kekhususan dalam merawat hewan. “Keeper harus mengenakan masker dan sarung tangan. Sepatu boot harus steril,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/