DENPASAR – Untuk menyukseskan Hari Raya Nyepi tahun Caka 1940, Tol Bali Mandara akan ditutup total selama 32 jam.
Penutupan mulai diberlakukan pada hari Jumat Pukul 23.00 Wita, dan baru akan dibuka kembali pada Minggu 18 Maret pukul 07.00 Wita.
Disinggung potensi kehilangan pendapatan selama penutupan, Direktur Utama PT Jasamarga Bali Tol (JBT) Ahkmad Tito Karim mengungkapkan, sebenarnya tidak ada potensi kehilangan pendapatan dalam kondisi Nyepi.
Kata dia, penutupan saat Nyepi tersusun rapi melalui Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
“Jadi, operasional JBT dalam satu tahun itu 363 hari. Kalau yang lain kan 365 hari jadi full. Jadi tidak ada potensi kehilangan pendapatan,” kata Akhmad Tito Karim kemarin.
Sementara itu, Direktur Keuangan JBT Sukariadi Rudi Meidiyanto yang mendampingi Ahkmad Tito Karim menjelaskan, dalam kondisi tertutup selama 32 jam, kendaraan yang tidak menggunakan jalan tol sebanyak 61.482 unit.
Sementara jika dihitung berdasar jumlah kendaraan roda emat dan roda dua, nilai rupiahnya mencapai Rp 542 juta.
“Itu perkiraan kami dan telah keluar di RKAP,” kata Rudi. Rudi menambahkan, hingga saat ini JBT masih dalam kondisi merugi.
Namun jika dihitung dari sisi operasional, Tol Bali Mandara terus memiliki laba bisnis yang cukup menjanjikan jika tidak dibebani dengan cicilan dan bunga dari empat bank (BCA,BNI, Mandiri, BRI) dengan bunga cukup tinggi yakni 10 persen.
Karena mengacu di luar negeri sendiri proyek pemerintah bunga bank hanya dikenakan paling tinggi 6 persen.
“Pendapatan tahun 2017 lalu mencapai Rp 150 miliar, pembayaran ke bank Rp 130 miliar, dan biaya operasional Rp 40 miliar. Jadi memang rugi karena cicilan bank itu,” jelas Tito menambahkan.
Namun, bisnis Jalan tol merupakan bisnis jangka panjang yang tidak hanya dalam sekejap bisa menutup modal.
Dengan anggaran investasi tinggi, minimal capaian laba jalan tol baru bisa dihasilkan setelah waktu 10 tahun.