TABANAN – Kelangkaan pupuk yang dikeluhkan petani di Desa Munduktemu, Pupuan, Tabanan, ternyata juga terjadi di seluruh Bali.
Hal ini diakui langsung oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali, IB Wisnuardhana.
Dia mengungkapkan, kelangkaan pupuk khususnya jenis urea dan NPK tersebut sudah terjadi sejak tiga bulan belakangan.
Ia beralasan, kelangkaan pupuk yang terjadi di seluruh Bali tersebut akibat pasokan pupuk subsidi dari pemerintah pusat macet.
Namun, dia tidak mengetahui pasti, penyebab alokasi pupuk ini tersendat. “Kami akui, memang terjadi kelangkaan pupuk di Bali. Ini terjadi sejak tiga bulan lalu,” ucapnya.
Padahal pihaknya, telah melakukan pengajuan pupuk sejak bulan Setember. Namun, hingga bulan Desember ini alokasi pupuk belum juga terpenuhi.
“Kami juga tidak tahu apa permasalahaanya di pusat. Tapi, kami akan terus memperjuangkan agar pasokan pupuk segera terpenuhi,” tambah Wisnuardhana.
Yang menjadi atensi saat ini, ketika harga pupuk mengalami lonjakan dari Rp120 ribu per 50 Kg versi petani yang disampaikan kemarin menjadi Rp300 ribu per 50 Kg saat petani membeli di luar subak.
Padahal, kata dia, harga pupuk subisidi per Kg hanya Rp1.800 rupiah. Jadi, jika dikalkulasi dengan acuan Rp1.800 per Kg, untuk pupuk satu sak ukuran 50 Kg memiliki harga sekitar Rp 90 ribu.
“Tapi, kalau Rp 300 ribu per 50 Kg yang dikatakan petani itu berarti kenaikannya tiga kali lipat,” ucap IB Wisnuardhana.
Dia beranggapan dengan kenaikan harga yang tersebut, ada indikasi pemain yang menjual pupuk subsidi dengan harga tinggi.
Hal ini, kata dia, akan menjadi atensi, dan akan dilakukan pengecekan oleh staf di tingkat kecamatan. “Ini akan kami telusuri. Nanti saya instruksikan staf di kecamatan untuk mengecek. Semoga ini tidak benar,” tutupnya.