27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 6:44 AM WIB

BEI Buka 29 Kantor Perwakilan dan 358 Galeri, Ini Tujuannya…

DENPASAR – Direktur Utama BEI Tito Sulistio menjelaskan saat ini BEI memiliki 29 kantor perwakilan dengan 358 galeri di seluruh Indonesia.

Keberadaan kantor dan galeri tersebut sebagai sarana utama untuk meningkatkan literasi pasar modal.

“Ada tiga fungsi. Mulai dari edukasi, peningkatan literasi, dan sarana investasi. Setiap tahun ada 6 ribu kali edukasi di Seluruh Indonesia,” jelasnya.

Pihaknya mendorong perusahaan-perusahaan di Bali bisa go publik melalui pasar modal. “Kalau perusahaan-perusahaan di Bali mau go publik, kami sediakan karpet merah,” kelakarnya.

Diakui Tito, ada sejumlah kendala yang ditemui perusahaan di Bali untuk melakukan penawaran saham perdana (IPO).

Mulai dari kendala legal dan administrasi, salah satunya perusahaan keluarga, mimpi dalam lima tahun ke depan untuk pengembangan perusahaan.

Lalu persepsi. Banyak perusahaan yang memiliki persepsi, baru akan go publik kalau sudah besar. “Padahal banyak perusahaan besar di Indonesia karena go publik mereka bisa besar,” bebernya.

“Jadi jangan tunggu besar, tapi bagaimana karena go publik bisa besar. Padahal banyak perusahaan di Bali yang potensial untuk go publik,” kata Tito.

Bali yang menjadi destinasi pariwisata dunia, 40 persen kedatangan wisatawan mancanegara (wisman)dari kunjungan seluruh Indonesia adalah ke Bali.

Tingginya kunjungan wisman ini tentu ada perusahaan  travel besar yang bisa IPO. “Kami melihat perusahaan yang potensi itu, berhubungan dengan pariwisata dan konsumen.

Karena kalau dari segi komoditi perusahaan di Bali kan kecil. Dengan go publik, bagaimana membesarkan perusahaan sesuai mimpi mereka itu bisa direalisasikan,” terangnya.

Ada 30 alasan kenapa perusahaan harus IPO. Beberapa di antaranya, kebanggaan perusahaan, keamanan jangka panjang dan lainnya.

Secara nasional, pertumbuhan jumlah investor tahun kemarin mengalami peningkatan 129 ribu. Target tahun, ini bisa naik hingga 130 ribu tambahan.

Saat ini total investor mencapai 1,2 juta, dan 670 ribu telah memiliki saham, reksadana, dan obligasi. “Sekarang yang nambah justru kalangan millennial,” bebernya. 

DENPASAR – Direktur Utama BEI Tito Sulistio menjelaskan saat ini BEI memiliki 29 kantor perwakilan dengan 358 galeri di seluruh Indonesia.

Keberadaan kantor dan galeri tersebut sebagai sarana utama untuk meningkatkan literasi pasar modal.

“Ada tiga fungsi. Mulai dari edukasi, peningkatan literasi, dan sarana investasi. Setiap tahun ada 6 ribu kali edukasi di Seluruh Indonesia,” jelasnya.

Pihaknya mendorong perusahaan-perusahaan di Bali bisa go publik melalui pasar modal. “Kalau perusahaan-perusahaan di Bali mau go publik, kami sediakan karpet merah,” kelakarnya.

Diakui Tito, ada sejumlah kendala yang ditemui perusahaan di Bali untuk melakukan penawaran saham perdana (IPO).

Mulai dari kendala legal dan administrasi, salah satunya perusahaan keluarga, mimpi dalam lima tahun ke depan untuk pengembangan perusahaan.

Lalu persepsi. Banyak perusahaan yang memiliki persepsi, baru akan go publik kalau sudah besar. “Padahal banyak perusahaan besar di Indonesia karena go publik mereka bisa besar,” bebernya.

“Jadi jangan tunggu besar, tapi bagaimana karena go publik bisa besar. Padahal banyak perusahaan di Bali yang potensial untuk go publik,” kata Tito.

Bali yang menjadi destinasi pariwisata dunia, 40 persen kedatangan wisatawan mancanegara (wisman)dari kunjungan seluruh Indonesia adalah ke Bali.

Tingginya kunjungan wisman ini tentu ada perusahaan  travel besar yang bisa IPO. “Kami melihat perusahaan yang potensi itu, berhubungan dengan pariwisata dan konsumen.

Karena kalau dari segi komoditi perusahaan di Bali kan kecil. Dengan go publik, bagaimana membesarkan perusahaan sesuai mimpi mereka itu bisa direalisasikan,” terangnya.

Ada 30 alasan kenapa perusahaan harus IPO. Beberapa di antaranya, kebanggaan perusahaan, keamanan jangka panjang dan lainnya.

Secara nasional, pertumbuhan jumlah investor tahun kemarin mengalami peningkatan 129 ribu. Target tahun, ini bisa naik hingga 130 ribu tambahan.

Saat ini total investor mencapai 1,2 juta, dan 670 ribu telah memiliki saham, reksadana, dan obligasi. “Sekarang yang nambah justru kalangan millennial,” bebernya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/