SEMARAPURA – Erupsi Gunung Agung menyebabkan sejumlah petani di Klungkung mengalami gagal panen. Salah satunya petani cabai.
Hal ini karena abu vulkanik telah membuat tanaman para petani menjadi layu, dan kering seperti yang terjadi lahan pertanian cabai milik Ni Nengah Mandri di Subak Yeh Hee, Desa Gelgel, Klungkung.
Menurut Mandri, abu vulkanis itu menyerang tanaman cabainya sejak tanaman cabai itu mulai tumbuh. Setelah terkena abu vulkanis, batang, dan daun cabai banyak yang rontok.
“Tapi, saya biarkan terus tumbuh,” katanya. Meski akhirnya pohon cabai berbuah, menurutnya, buah cabai yang dihasilkan tidak maksimal.
Sehingga cabai yang berhasil dipanen hanya dua kilogram saja selama empat bulan pohon cabai itu ditanam.
Apesnya, cabai yang berhasil dipanen hanya dihargai Rp 10 ribu per kilogram. Padahal saat ini harga cabai di pasaran berkisar Rp 30 ribu – Rp 40 ribu per kilogram.
“Biasanya seminggu sekali saya bisa panen cabai 50 kilogram sekali petik. Sekarang cuma dua kilogram saja. Itu juga tidak bagus kualitasnya,” bebernya.
Nasib buruk itu tidak hanya dia alami sendiri, tapi juga petani cabai yang lain. “Ruginya lumayan. Untuk beli bibit saja sampai Rp 1 juta.
Belum biaya ongkos traktor memperbaiki lahan Rp 600 ribu. Sedangkan hasilnya tidak ada. Sekarang saya mau ganti dengan tanaman pacah,” tandasnya.