RadarBali.com – Bank Perkreditan Rakyat (BPR) kini kembali melirik sektor mikro. Setelah sebelumnya lebih fokus ke sektor properti, sejumlah BPR tampaknya mulai memandang resiko bermain di properti terlalu besar.
Apalagi bubble property effect disebut sudah meletus, sehingga menyebabkan beberapa pemain properti kolaps.
Salah satu yang memiliki balik ke sektor mikro adalah PT. BPR Kanaya. Dulunya bank ini dikenal cukup ekspansif pada pasar properti.
Sejak setahun terakhir, perusahaan disebut mengubah pangsa pasar dan memilih ke sektor usaha mikro. Maklum saja, resiko bertahan di pasar properti kini dinilai terlalu besar.
Komisaris PT. BPR Kanaya, Made Mudarma mengungkapkan, strategi utama bank perkreditan rakyat sebenarnya bermain pada pasar mikro.
Kini komisaris pun meminta agar direksi mengubah strategi dengan kembali ke mikro. “Tadinya kan kita bisa bersaing bebas. Sekarang balik ke mikro. Jadi bisa mengurangi resiko yang ada,” kata Mudarma.
Bukankah kini pasar sedang lesu? Mudarma mengaku tetap optimistis dengan kondisi kini. Meski daya beli masyarakat secara umum disebut menurun, ia meyakini pertumbuhan sektor mikro akan tetap stabil.
“Buktinya nasabah kami mampu menyelesaikan kewajibannya. Dari sisi kredit, kami masih sangat yakin. Kalau tidak begitu (beralih ke mikro, Red), kami kalah bersaing dengan bank umum,” imbuhnya.
Dirut BPR Kanaya Ketut Widiarsa mengungkapkan, sesuai dengan rencana kerja tahunan, perseroan memasang target laba hingga Rp 6,3 miliar. Itu pun sekadar hitung-hitungan di atas kertas.
Dengan peralihan sektor bisnis, ia optimistis target itu bisa tercapai. “Itu sesuai dengan RKT. Tapi kami yakin pasti dapat lebih. Kalau hitung-hitungan kami, bisa Rp 7 miliar sampai angka Rp 8 miliar,” kata Widiarsa.
Di sisi lain, BPR Kanaya kemarin meresmikan Graha BPR Kanaya. Perumahan itu merupakan perumahan bersubsidi bagi karyawan perseroan.
Dari total 47 orang karyawan di perseroan, ada sebelas orang karyawan yang mendapat subsidi perumahan.