29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 3:21 AM WIB

Memahami Generasi Millennial Dalam Dunia Kerja

BEBERAPA waktu lalu, mantan bos saya di sebuah bank asing di Jakarta menelepon. Dalam perbincangan tersebut,

hal menarik yang dibahas adalah sulitnya beliau memahami secara tepat cara berfikir, berkomunikasi dan bekerja anggota timnya yang berasal dari generasi milenial.

Bos saya ini kebetulan bagian dari Generasi X yang dalam bekerja, terbiasa merancang sesuatu terperinci, berkomunikasi cenderung panjang lebar,

dalam proses eksekusi tidak mau melepaskan kendali, cenderung mengedepankan birokrasi dalam proses mengambil suatu keputusan.

Nah, dengan sistem seperti itu, mantan bos saya mengeluh bahwa timnya yang generasi milenial cenderung tidak bisa mengikuti instruksi yang diberikan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Permasalahan yang terjadi pada mantan bos saya tersebut, mungkin juga saat ini kita alami. Betul atau betul?

Memang tidak mudah memahami pola pikir, cara berkomunikasi dan cara bekerja generasi milenial. Namun tantangan ini wajib kita temukan solusinya.

Kenapa saya katakan wajib? Karena masa depan perusahaan atau bisnis kita, ada ditangan generasi milenial.

Generasi inilah yang akan memegang kendali dalam manajemen perusahaan kita beberapa tahun ke depan.

Mereka jugalah yang memegang otoritas dari berbagai lembaga, yang mungkin berhubungan dengan kelangsungan perusahaan atau bisnis kita.

Bisa dibayangkan jika kita gagal memahami dan kemudian bekerjasama dengan generasi ini, perusahaan akan mengalami masalah dalam menjalankan bisnisnya, berujung pada potensi perusahaan mengalami kemunduran dan mati.

Dalam memahami pola pikir, pola komunikasi dan pola kerja generasi milenial, menarik akan tulisan Jamie Notter dan Maddie Grant di buka When Millenial Take Over.

Untuk merangkul generasi milenial dan membuat generasi ini mengeluarkan potensi terbaiknya, ada 4 (empat) kapasitas kunci yang harus dikembangkan dalam manajemen perusahaan atau organisasi, yaitu ;

 

Pengembangan Digital

Generasi milenial sebelum mereka memasuki dunia kerja, adalah generasi yang bertumbuh bersama dunia digital.

Untuk mendapatkan berbagai informasi, dalam hitungan detik dan jentikan jari, mereka sudah mendapatkan.

Karena itu generasi ini nyaman jika dalam bekerja di dukung sarana teknologi. Dengan sarana teknologi tersebut, mereka dapat melakukan berbagai inovasi terkait pekerjaannya,

mereka juga dengan cepat akan menemukan berbagai solusi untuk masalah yang mereka hadapi dan muaranya pekerjaan mereka akan menjadi proses yang efektif.

 

Keterbukaan

Media sosial saat ini merupakan bagian tidak terpisahkan generasi milenial dalam berkomunikasi. Melalui media social mereka bebas berbicara, mengutarakan berbagai hal yang dipikirkan dan dirasakannya.

Inilah yang disebut keterbukaan bagi generasi milenial. Dalam dunia kerja, penting bagi mereka mendapatkan berbagai informasi dengan detail dan terbuka, terkait perusahaan.

Seringkali, kita sebagai pimpinan tidak mau terbuka, kadang ada hal yang kita tutupi. Padahal, bisa saja generasi milenial tersebut bisa memberikan kita ide terbaik, guna menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi.

Mengenai keterbukaan informasi, kunci penting adalah kita sebagai pemimpin memberikan informasi yang tepat kepada orang yang tepat dalam organisasi kita.

Ini tidak mudah, namun menarik untuk menciptakan budaya keterbukaan dalam perusahaan kita.

 

Kelenturan

Hierarki adalah bagian penting bagi sebuah perusahaan. Kebanyakan pola manajemen saat ini, hierarki terkait pengambilan keputusan berbentuk piramida dibalut birokrasi yang kaku.

Pola ini akan membentuk situasi kerja atasan-bawahan. Generasi milenial tidak akan nyaman bekerja dengan pola ini, karena mereka menganggap diri hanya sebagai pelaksana perintah atasan, tanpa tahu mengapa harus dikerjakan hal tersebut.

Generasi ini butuh sebuah hierarki dengan bentuk lingkaran yang memiliki kelenturan. Pola lingkaran akan membentuk situasi kerja tim.

Dalam tim tersebut, generasi milenial akan memiliki hubungan yang kuat dengan anggota lain, kemudian pengambilan keputusan bisa

dilakukan internal tim, mereka juga dapat memiliki pemahaman mendalam bagaimana keputusan lahir dan wajib dieksekusi.

 

Kecepatan

Kecepatan adalah hal penting bagi generasi milenial dalam mendapatkan hasil. Hal ini sering disalah pahami, generasi ini dianggap tidak mau menjalani proses bertahap, maunya instant.

Sebetulnya apa yang kelihatan cepat bagi kita adalah normal bagi generasi milenial. Generasi ini bisa sangat cepat membawa pertumbuhan bagi perusahaan, jika mendapatkan dukungan berupa kepercayaan dari kita.

Memberi kepercayaan bagi mereka dapat dilakukan dengan berbagai tindakan nyata. Salah satu contohnya,

coba taruh mereka di posisi kunci dalam perusahaan, tanpa melihat senioritas, melainkan berpedoman pada kompetensi dan etos kerja. Beranikah kita?

Tahun 2020, generasi milenial akan menjadi segmen terbesar dalam mengisi lingkungan kerja. Belum terlambat bagi kita mempersiapkan para pemimpin perusahaan kita yang berasal dari generasi milenial.

Berilah mereka ruang belajar, bertumbuh dan berinovasi. Jangan cepat menarik kesimpulan bahwa generasi ini, tidak mau berproses, mau enaknya saja, tidak mau kerja keras.

Mungkin kita yang salah dalam memahami perubahan zaman.

 

Salam Perjuangan!

 

 

BEBERAPA waktu lalu, mantan bos saya di sebuah bank asing di Jakarta menelepon. Dalam perbincangan tersebut,

hal menarik yang dibahas adalah sulitnya beliau memahami secara tepat cara berfikir, berkomunikasi dan bekerja anggota timnya yang berasal dari generasi milenial.

Bos saya ini kebetulan bagian dari Generasi X yang dalam bekerja, terbiasa merancang sesuatu terperinci, berkomunikasi cenderung panjang lebar,

dalam proses eksekusi tidak mau melepaskan kendali, cenderung mengedepankan birokrasi dalam proses mengambil suatu keputusan.

Nah, dengan sistem seperti itu, mantan bos saya mengeluh bahwa timnya yang generasi milenial cenderung tidak bisa mengikuti instruksi yang diberikan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Permasalahan yang terjadi pada mantan bos saya tersebut, mungkin juga saat ini kita alami. Betul atau betul?

Memang tidak mudah memahami pola pikir, cara berkomunikasi dan cara bekerja generasi milenial. Namun tantangan ini wajib kita temukan solusinya.

Kenapa saya katakan wajib? Karena masa depan perusahaan atau bisnis kita, ada ditangan generasi milenial.

Generasi inilah yang akan memegang kendali dalam manajemen perusahaan kita beberapa tahun ke depan.

Mereka jugalah yang memegang otoritas dari berbagai lembaga, yang mungkin berhubungan dengan kelangsungan perusahaan atau bisnis kita.

Bisa dibayangkan jika kita gagal memahami dan kemudian bekerjasama dengan generasi ini, perusahaan akan mengalami masalah dalam menjalankan bisnisnya, berujung pada potensi perusahaan mengalami kemunduran dan mati.

Dalam memahami pola pikir, pola komunikasi dan pola kerja generasi milenial, menarik akan tulisan Jamie Notter dan Maddie Grant di buka When Millenial Take Over.

Untuk merangkul generasi milenial dan membuat generasi ini mengeluarkan potensi terbaiknya, ada 4 (empat) kapasitas kunci yang harus dikembangkan dalam manajemen perusahaan atau organisasi, yaitu ;

 

Pengembangan Digital

Generasi milenial sebelum mereka memasuki dunia kerja, adalah generasi yang bertumbuh bersama dunia digital.

Untuk mendapatkan berbagai informasi, dalam hitungan detik dan jentikan jari, mereka sudah mendapatkan.

Karena itu generasi ini nyaman jika dalam bekerja di dukung sarana teknologi. Dengan sarana teknologi tersebut, mereka dapat melakukan berbagai inovasi terkait pekerjaannya,

mereka juga dengan cepat akan menemukan berbagai solusi untuk masalah yang mereka hadapi dan muaranya pekerjaan mereka akan menjadi proses yang efektif.

 

Keterbukaan

Media sosial saat ini merupakan bagian tidak terpisahkan generasi milenial dalam berkomunikasi. Melalui media social mereka bebas berbicara, mengutarakan berbagai hal yang dipikirkan dan dirasakannya.

Inilah yang disebut keterbukaan bagi generasi milenial. Dalam dunia kerja, penting bagi mereka mendapatkan berbagai informasi dengan detail dan terbuka, terkait perusahaan.

Seringkali, kita sebagai pimpinan tidak mau terbuka, kadang ada hal yang kita tutupi. Padahal, bisa saja generasi milenial tersebut bisa memberikan kita ide terbaik, guna menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi.

Mengenai keterbukaan informasi, kunci penting adalah kita sebagai pemimpin memberikan informasi yang tepat kepada orang yang tepat dalam organisasi kita.

Ini tidak mudah, namun menarik untuk menciptakan budaya keterbukaan dalam perusahaan kita.

 

Kelenturan

Hierarki adalah bagian penting bagi sebuah perusahaan. Kebanyakan pola manajemen saat ini, hierarki terkait pengambilan keputusan berbentuk piramida dibalut birokrasi yang kaku.

Pola ini akan membentuk situasi kerja atasan-bawahan. Generasi milenial tidak akan nyaman bekerja dengan pola ini, karena mereka menganggap diri hanya sebagai pelaksana perintah atasan, tanpa tahu mengapa harus dikerjakan hal tersebut.

Generasi ini butuh sebuah hierarki dengan bentuk lingkaran yang memiliki kelenturan. Pola lingkaran akan membentuk situasi kerja tim.

Dalam tim tersebut, generasi milenial akan memiliki hubungan yang kuat dengan anggota lain, kemudian pengambilan keputusan bisa

dilakukan internal tim, mereka juga dapat memiliki pemahaman mendalam bagaimana keputusan lahir dan wajib dieksekusi.

 

Kecepatan

Kecepatan adalah hal penting bagi generasi milenial dalam mendapatkan hasil. Hal ini sering disalah pahami, generasi ini dianggap tidak mau menjalani proses bertahap, maunya instant.

Sebetulnya apa yang kelihatan cepat bagi kita adalah normal bagi generasi milenial. Generasi ini bisa sangat cepat membawa pertumbuhan bagi perusahaan, jika mendapatkan dukungan berupa kepercayaan dari kita.

Memberi kepercayaan bagi mereka dapat dilakukan dengan berbagai tindakan nyata. Salah satu contohnya,

coba taruh mereka di posisi kunci dalam perusahaan, tanpa melihat senioritas, melainkan berpedoman pada kompetensi dan etos kerja. Beranikah kita?

Tahun 2020, generasi milenial akan menjadi segmen terbesar dalam mengisi lingkungan kerja. Belum terlambat bagi kita mempersiapkan para pemimpin perusahaan kita yang berasal dari generasi milenial.

Berilah mereka ruang belajar, bertumbuh dan berinovasi. Jangan cepat menarik kesimpulan bahwa generasi ini, tidak mau berproses, mau enaknya saja, tidak mau kerja keras.

Mungkin kita yang salah dalam memahami perubahan zaman.

 

Salam Perjuangan!

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/