GIANYAR – Di tengah ketatnya persaingan dunia kerajinan, perajin berusaha bertahan. Salah satunya yang dilakoni pengelola art shop Pande Oka, di Banjar Jasan, Desa Sebatu, Kecamatan Tegalalang.
Perajin kini menyiasati bahan kayu untuk menekan harga pokok. Pengelola art shop Pande Oka, Kadek Artono, bersama istri dan sejumlah pekerja, merubah bahan kerajinan mebel dari kayu jati menjadi kayu sengon.
“Kalau sengon masih terjangkau. Kalau saya beli Rp 2,5 juta sudah dapat sekitar 10 kubik kayu sengon ini. Nyari kayu di seputaran Gianyar utara sampai Bangli,” ujar Pande Oka kemarin.
Selain murah dan mudah diperoleh, bahan baku sengon tergolong ringan. “Itulah yang membuat pemesan itu senang pakai sengon. Karena hitungannya cargo. Semakin berat maka biaya cargo semakin tinggi,” jelasnya.
Hal itu jauh berbeda dengan kayu jati yang harganya terus melambung dan sangat berat apabila dikirim dalam jumlah besar.
“Kayu Sangon ini ringan, tahan rayap. Tapi kalah kalau kena air, lembab. Kalau Jati memang bagus cuma harganya terus naik,” jelasnya.
Memasuki pertengahan tahun ini, pesanan yang diterima cukup banyak. Untuk memenuhi target pembuatan, dia sendiri kerap meminta bantuan pekerja asal Bangli.
“Pekerja di Bangli saya minta mengerjakan bentuk dasar mebel yang sesuai pesanan. Nanti finishing kami yang kerjakan, mulai ukiran, amplas sampai cat,” jelasnya.
Artono pun sedang mengerjakan pesanan dalam jumlah besar. Ada yang memesan mulai harha belasan juta, hingga ratusan juta rupiah.
“Kalau pesanan banyak, biasanya dikerjakan berjangka, artinya tiga bulan pertama dikirim dulu, setelah itu dilanjutkan pengerjaan sisanya,” paparnya.
Dikatakan seluruh pesanan itu kerap diambil oleh agen, kemudian dikirim lewat cargo. Selanjutnya pesanan tersebut dikirim ke sejumlah negara, diantaranya Jerman, Amerika, dan Australia.
“Sekarang dominan negara itu yang memesan. Ada meja, lemari, sama tempat wine (anggur, red),” tukasnya.