DENPASAR – Pertanian vanili di Bali memiliki cerita panjang dan pernah berjaya di tahun 1980-an sampai dengan awal 1990-an.
Sayangnya, kondisi saat ini berbanding terbalik. Produksi vanili Bali kian lesu. Padahal, dulu Bali merupakan penghasil dan eksportir vanili terbesar di Indonesia.
Bahkan, asosiasi eksportir vanili nasional berkedudukan di Bali. Menurut Wakil Ketua DPRD Bali Nyoman Sugawa Korry, sejak penyakit busuk batang menimpa vanili Bali, pasar internasional tidak percaya lagi dengan produksi vanili petani Bali.
Wajar komoditi vanili sebagai komoditi ekspor andalan Bali menjadi redup dan hilang. ” Saat ini saya melihat para petani mulai antusias menanam vanili lagi.
Kita harus memotivasi dan menyambut baik. Karena komoditi vanili bisa dibangkitkan lagi. Kita harus kembalikan kejayaan vanili Bali lagi,” ungkap Politisi Golkar Bali ini.
Kemarin pihaknya mengunjungi kelompok petani vanili di Desa Ambengan kecamatan Sukasada, Buleleng.
Para petani vanili sangat antusias dan berharap pemerintah daerah harus turun tangan membantu. Terutama Dinas Pertanian harus fasilitasi sertifikasi bibit segera jangan terlalu lama menunggu sehingga petani terbantu.
Begitu juga teknik budidayanya, para ahli berikan solusi atasi busuk batang. Gubernur kaji keluarkan pergub terkait pengendalian dan peningkatan kualitas produksi vanili Bali,” mintanya.
Sebab, tidak hanya di Buleleng, petani vanili juga tersebar di beberapa kabupaten seperti Jembrana, Tabanan dan Badung.
Menurutnya, kalau hal-hal tersebut bisa dilaksanakan secara terkoordinatif, Sugawa yakin kejayaan vanili Bali segera bisa dikembalikan.