27.2 C
Jakarta
1 Mei 2024, 6:33 AM WIB

Karangasem Paceklik Bibit Babi, Harga Naik 100 %, Peternak Menjerit

AMLAPURA – Sejumlah peternak di Karangasem mengeluhkan sulitnya memperoleh bibit babi sejak beberapa bulan terakhir ini.

Kondisi tersebut terjadi hampir merata di semua Kecamatan, khususnya di Kecamatan Abang, Rendang, Kubu dan Bebandem. 

Salah satu peternak babi asal Desa Abang, Kecamatan Abang, Nengah Darma mengungkapkan kondisi paceklik bibit babi ini terjadi sejak akhir Desember 2020 hingga saat ini.

Lantaran sulitnya mencari bibit babi untuk dikembangbiakkan itu, membuat harga bibit mahal. Untuk dua ekor babi dia membeli dengan harga Rp 2,5 juta.

Padahal, ketika kondisi normal, dengan dana segitu ia bisa mendapat lima ekor bibit babi untuk dipelihara.

“Memang sulit cari bibit (babi). Beberapa pasar hewan di Karangasem jarang yang menjual. Ada, tapi mahal sekali. Naik harga sampai 100 persen dari harga normal,” keluhnya.

Darma yang hanya merupakan peternak rakyat ini pun tak bisa berbuat banyak. Bahkan untuk mendapat bibit babi ia membeli tiga ekor bibit milik mertuanya sendiri.

“Saya sampai harus beli di luar Karangasem,” imbuhnya. Kondisi ini kata dia hampir dirasakan kebanyakn peternak. Khususnya peternak rumah tangga yang hanya memelihara beberapa ekor saja.

Sulitnya mencari bibit babi lantaran efek virus African Swine Fever (ASF) yang menyerang babi di Bali sejak pertengahan tahun 2020 lalu hingga mengakibatkan banyak indukan mati.

“Indukannya banyak yang mati akibat virus ASF itu. Jadi ini berdampak pada calon bibit yang juga mati,” kata Darma.

AMLAPURA – Sejumlah peternak di Karangasem mengeluhkan sulitnya memperoleh bibit babi sejak beberapa bulan terakhir ini.

Kondisi tersebut terjadi hampir merata di semua Kecamatan, khususnya di Kecamatan Abang, Rendang, Kubu dan Bebandem. 

Salah satu peternak babi asal Desa Abang, Kecamatan Abang, Nengah Darma mengungkapkan kondisi paceklik bibit babi ini terjadi sejak akhir Desember 2020 hingga saat ini.

Lantaran sulitnya mencari bibit babi untuk dikembangbiakkan itu, membuat harga bibit mahal. Untuk dua ekor babi dia membeli dengan harga Rp 2,5 juta.

Padahal, ketika kondisi normal, dengan dana segitu ia bisa mendapat lima ekor bibit babi untuk dipelihara.

“Memang sulit cari bibit (babi). Beberapa pasar hewan di Karangasem jarang yang menjual. Ada, tapi mahal sekali. Naik harga sampai 100 persen dari harga normal,” keluhnya.

Darma yang hanya merupakan peternak rakyat ini pun tak bisa berbuat banyak. Bahkan untuk mendapat bibit babi ia membeli tiga ekor bibit milik mertuanya sendiri.

“Saya sampai harus beli di luar Karangasem,” imbuhnya. Kondisi ini kata dia hampir dirasakan kebanyakn peternak. Khususnya peternak rumah tangga yang hanya memelihara beberapa ekor saja.

Sulitnya mencari bibit babi lantaran efek virus African Swine Fever (ASF) yang menyerang babi di Bali sejak pertengahan tahun 2020 lalu hingga mengakibatkan banyak indukan mati.

“Indukannya banyak yang mati akibat virus ASF itu. Jadi ini berdampak pada calon bibit yang juga mati,” kata Darma.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/