28.5 C
Jakarta
15 September 2024, 0:24 AM WIB

Sepi Proyek Infrastruktur saat Covid-19, Kontaktor Pilih Tanam Cabai

GEROKGAK – Bertani memang salah satu jalan membuka peluang usaha ditengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.

Di Desa Patas, Gerokgak seorang kontraktor sekaligus penyedia material pembangunan jalan beralih bekerja jadi petani dengan memanfaatkan lahan pertanian yang tidak produktif.

Total ada sekitar 130 are lahan yang dulu tidur, kini ditanami bibit cabai rawit sebanyak 35.000 bibit.

I Nyoman Adnyana yang ditemui di lahan pertanian miliknya, mengungkapkan, salah satu yang bisa menghasilkan pendapatan saat ini adalah bertani.

Karena sebagai pengusaha kontraktor saat ini hampir sebagian pengerjaan proyek dan infrastruktur macet sepi pembangunan. Lantaran anggaran proyek untuk terhenti sama sekali akibat Covid-19.

Menurutnya, bertani ditengah pandemi sangatlah tepat, karena untuk menjaga stok ketersediaan pangan kebutuhan masyarakat.

Selain itu menghindari kontak langsung warga, karena pertanian bisa digarap tidak dengan orang dalam jumlah banyak.

“Saya tanam cabai juga demi memberikan pekerjaan kepada warga di desa yang terkena dampak ekonomi. Disamping itu cabai menjadi kebutuhan masyarakat setiap harinya yang selalu dibeli,” ungkap Adnyana.

Lebih lanjut dia menjelaskan usaha tanam cabai baru ia mulai sejak sebulan yang lalu. Belajar bertani tanam cabai dilakukan secara otodidak modal sharing tukar pikiran dengan para petani di wilayah Gerokgak.

“Kalau untuk bibit cabai saya tidak kembangkan mandiri, melainkan beli. Per bibit cabai saya beli seharga Rp 250,” ucapnya.

Menanam cabai tidak ribet dan susah. Cukup ketersedian air dan pemupukan. Tanaman cabe disiram setiap harinya mengingat kondisi saat ini musim panas.

Dia memperkirakan cabai rawit yang ditanam akan panen di bulan September mendatang. Dari total lahan sekitar 130 are sekali panen  bisa memanen satu kuintal jika stabil bisa sampai tujuh kali pemanenan.

Setelah itu baru mengalami penurunan produktivitasnya.

Sementara untuk proses produksinya, Adnyana menjelaskan, tahap awal yaitu pemilihan benih yang mau ditanam.

Kemudian melakukan pengolahan lahan dan penanaman. Langkah selanjutnya yaitu perawatan dan pemeliharaan.

Lalu pemupukan susulan, penyiangan dilakukan secara rutin untuk menghindari pertumbuhan gulma. “Untuk harga cabai saat ini masih stabil per kilogramnya Rp 10-15 ribu,” pungkasnya. 

 

GEROKGAK – Bertani memang salah satu jalan membuka peluang usaha ditengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.

Di Desa Patas, Gerokgak seorang kontraktor sekaligus penyedia material pembangunan jalan beralih bekerja jadi petani dengan memanfaatkan lahan pertanian yang tidak produktif.

Total ada sekitar 130 are lahan yang dulu tidur, kini ditanami bibit cabai rawit sebanyak 35.000 bibit.

I Nyoman Adnyana yang ditemui di lahan pertanian miliknya, mengungkapkan, salah satu yang bisa menghasilkan pendapatan saat ini adalah bertani.

Karena sebagai pengusaha kontraktor saat ini hampir sebagian pengerjaan proyek dan infrastruktur macet sepi pembangunan. Lantaran anggaran proyek untuk terhenti sama sekali akibat Covid-19.

Menurutnya, bertani ditengah pandemi sangatlah tepat, karena untuk menjaga stok ketersediaan pangan kebutuhan masyarakat.

Selain itu menghindari kontak langsung warga, karena pertanian bisa digarap tidak dengan orang dalam jumlah banyak.

“Saya tanam cabai juga demi memberikan pekerjaan kepada warga di desa yang terkena dampak ekonomi. Disamping itu cabai menjadi kebutuhan masyarakat setiap harinya yang selalu dibeli,” ungkap Adnyana.

Lebih lanjut dia menjelaskan usaha tanam cabai baru ia mulai sejak sebulan yang lalu. Belajar bertani tanam cabai dilakukan secara otodidak modal sharing tukar pikiran dengan para petani di wilayah Gerokgak.

“Kalau untuk bibit cabai saya tidak kembangkan mandiri, melainkan beli. Per bibit cabai saya beli seharga Rp 250,” ucapnya.

Menanam cabai tidak ribet dan susah. Cukup ketersedian air dan pemupukan. Tanaman cabe disiram setiap harinya mengingat kondisi saat ini musim panas.

Dia memperkirakan cabai rawit yang ditanam akan panen di bulan September mendatang. Dari total lahan sekitar 130 are sekali panen  bisa memanen satu kuintal jika stabil bisa sampai tujuh kali pemanenan.

Setelah itu baru mengalami penurunan produktivitasnya.

Sementara untuk proses produksinya, Adnyana menjelaskan, tahap awal yaitu pemilihan benih yang mau ditanam.

Kemudian melakukan pengolahan lahan dan penanaman. Langkah selanjutnya yaitu perawatan dan pemeliharaan.

Lalu pemupukan susulan, penyiangan dilakukan secara rutin untuk menghindari pertumbuhan gulma. “Untuk harga cabai saat ini masih stabil per kilogramnya Rp 10-15 ribu,” pungkasnya. 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/