27.1 C
Jakarta
22 November 2024, 1:12 AM WIB

Astungkara, Perajin Tenun Rangrang Bersyukur Tak Terdampak Covid-19

SEMARAPURA – Saat industri pariwisata Kecamatan Nusa Penida terpuruk akibat wabah virus corona yang hingga saat ini belum berakhir, pengrajin kain tenun cepuk rangrang di Nusa Penida tidak terkena dampak.

Seperti sebelum wabah itu menyerang, Kadek Sundari, 27, perajin kain tenun cepuk rangrang asal Dusun Ampel, Desa Pejukutan,

Nusa Penida setiap harinya disibukkan dengan kegiatan menenun agar kain hasil tenunannya segera rampung.

Kadek Sundari saat dihubungi via teleponmengungkapkan, sudah cukup lama ia berprofesi sebagai perajin tenun.

Untuk menyelesaikan satu lembar kain tenun cepuk rangrang dengan motif standar, ia bisa menyelesaikannya dalam kurun waktu dua hari. Bila motif sedikit sulit, butuh waktu lebih lama untuk menyelesaikannya.

“Saya tidak jual langsung. Ada pengepul yang datang mengambil kain ke sini. Biasanya akan dipasarkan di wilayah Denpasar,” ungkapnya.

Untuk harga kain tenun khas Nusa Penida itu, menurutnya, cukup terjangkau untuk sebuah kain tenun yang dibuat secara tradisional.

Yakni mulai dari Rp 150 ribu – Rp 200 ribu per lembarnya. Harga yang ditawarkan tergantung kesulitan motif yang dipesan.

“Seperti motif loreng itu cukup sulit sehingga lebih mahal,” katanya. Terkait adanya wabah virus corona, ia bersyukur pekerjaannya itu tidak turut terkena dampaknya.

Sampai saat ini permintaan kain tenun rangrang yang diproduksinya masih terus ada. Sehingga ia sampai hari ini bisa tetap berpenghasilan dan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.

“Biasanya sebelum pandemi itu, kain rangrang jadi oleh-oleh. Namun sejak pandemi, lebih kepada ke cinderamata yang diberikan

untuk para pejabat yang sedang berkunjung ke Bali. Sehingga permintaan kain tenun masih tetap ada,” tandasnya. 

SEMARAPURA – Saat industri pariwisata Kecamatan Nusa Penida terpuruk akibat wabah virus corona yang hingga saat ini belum berakhir, pengrajin kain tenun cepuk rangrang di Nusa Penida tidak terkena dampak.

Seperti sebelum wabah itu menyerang, Kadek Sundari, 27, perajin kain tenun cepuk rangrang asal Dusun Ampel, Desa Pejukutan,

Nusa Penida setiap harinya disibukkan dengan kegiatan menenun agar kain hasil tenunannya segera rampung.

Kadek Sundari saat dihubungi via teleponmengungkapkan, sudah cukup lama ia berprofesi sebagai perajin tenun.

Untuk menyelesaikan satu lembar kain tenun cepuk rangrang dengan motif standar, ia bisa menyelesaikannya dalam kurun waktu dua hari. Bila motif sedikit sulit, butuh waktu lebih lama untuk menyelesaikannya.

“Saya tidak jual langsung. Ada pengepul yang datang mengambil kain ke sini. Biasanya akan dipasarkan di wilayah Denpasar,” ungkapnya.

Untuk harga kain tenun khas Nusa Penida itu, menurutnya, cukup terjangkau untuk sebuah kain tenun yang dibuat secara tradisional.

Yakni mulai dari Rp 150 ribu – Rp 200 ribu per lembarnya. Harga yang ditawarkan tergantung kesulitan motif yang dipesan.

“Seperti motif loreng itu cukup sulit sehingga lebih mahal,” katanya. Terkait adanya wabah virus corona, ia bersyukur pekerjaannya itu tidak turut terkena dampaknya.

Sampai saat ini permintaan kain tenun rangrang yang diproduksinya masih terus ada. Sehingga ia sampai hari ini bisa tetap berpenghasilan dan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.

“Biasanya sebelum pandemi itu, kain rangrang jadi oleh-oleh. Namun sejak pandemi, lebih kepada ke cinderamata yang diberikan

untuk para pejabat yang sedang berkunjung ke Bali. Sehingga permintaan kain tenun masih tetap ada,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/