28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:53 AM WIB

Lima Negara Rilis Travel Advance, Pariwisata Bali Tetap Normal

RadarBali.com  – Setelah erupsi freatik Gunung Agung, Selasa (21/11) lalu, lima negara yakni Singapura, Australia, Selandia Baru, dan Irlandia, mengeluarkan travel advice ke Bali.

Sebelumnya, lima negara ini juga sempat mengeluarkan status serupa saat Gunung Agung dinyatakan Awas 22 September lalu.

Isi imbauan, wisatawan tidak melakukan aktivitas dalam radius 7,5 km dari puncak Gunung Agung. Sementara daerah lain, dinyatakan aman dikunjungi.

Masing-masing negara juga mengingatkan potensi gangguan penerbangan akibat abu vulkanik.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati mengatakan,

hingga saat ini belum ada pengaruh, entah itu dari kunjungan maupun pembatalan hunian kamar hotel setelah erupsi freatik Gunung Agung.

Setelah ditetapkan menjadi status siaga, kondisi mulai pulih kembali, dan sampai saat ini masih terlihat normal.

“Belum ada pembatalan, masih sesuai jadwal. Belum ada juga informasi wisatawan domestik terlebih manacanegara yang mempercepat kepulangan,” jelasnya. 

Diakuinya, ada perbedaan yang sangat jauh jika dibandingkan pada saat Gunung Agung ditetapkan awas beberapa waktu lalu.

Tanpa ada persiapan atau langkah antisipasi seperti menyebarkan informasi yang riil dari situs resmi Bali Tourism Hospitality (BTH).

“Kalau dulu memang serba dadakan. Banyak informasi yang tidak benar mencuat sehingga berbuntut pada cancellation.

Kalau sekarang kan ada pemberitaan resmi yang bisa diakses oleh dunia tentang kondisi Bali. Kami sampaikan dengan sangat jelas dan sesuai fakta,” terang pria yang akrab disapa Cok Ace ini.

Namun diakui, kondisi ini akan tetap membawa pengaruh bagi dunia pariwisata. Hanya saja tidak seheboh beberapa waktu lalu.

“Kalau dulu pengaruhnya sampai 30 persen ada pembatalan. Kalau sekarang ada, cuma sangat kecil,” paparnya.

Dia berharap, kondisi ini tidak sampai berpengaruh pada kunjungan wisatawan untuk merayakan momen pergantian tahun di Bali.

Karena berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, tingkat okupansi saat momen pergantian tahun meningkat hingga 80 persen.

“Meskipun sebentar tapi pengaruhnya cukup tinggi. Biasanya kunjungan baru terlihat pertengahan Desember.

Tapi, bisa juga saat akhir minggu ke empat bulan Desember. Karena wisatawan banyak yang pesan melalui online,” pungkasnya

RadarBali.com  – Setelah erupsi freatik Gunung Agung, Selasa (21/11) lalu, lima negara yakni Singapura, Australia, Selandia Baru, dan Irlandia, mengeluarkan travel advice ke Bali.

Sebelumnya, lima negara ini juga sempat mengeluarkan status serupa saat Gunung Agung dinyatakan Awas 22 September lalu.

Isi imbauan, wisatawan tidak melakukan aktivitas dalam radius 7,5 km dari puncak Gunung Agung. Sementara daerah lain, dinyatakan aman dikunjungi.

Masing-masing negara juga mengingatkan potensi gangguan penerbangan akibat abu vulkanik.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati mengatakan,

hingga saat ini belum ada pengaruh, entah itu dari kunjungan maupun pembatalan hunian kamar hotel setelah erupsi freatik Gunung Agung.

Setelah ditetapkan menjadi status siaga, kondisi mulai pulih kembali, dan sampai saat ini masih terlihat normal.

“Belum ada pembatalan, masih sesuai jadwal. Belum ada juga informasi wisatawan domestik terlebih manacanegara yang mempercepat kepulangan,” jelasnya. 

Diakuinya, ada perbedaan yang sangat jauh jika dibandingkan pada saat Gunung Agung ditetapkan awas beberapa waktu lalu.

Tanpa ada persiapan atau langkah antisipasi seperti menyebarkan informasi yang riil dari situs resmi Bali Tourism Hospitality (BTH).

“Kalau dulu memang serba dadakan. Banyak informasi yang tidak benar mencuat sehingga berbuntut pada cancellation.

Kalau sekarang kan ada pemberitaan resmi yang bisa diakses oleh dunia tentang kondisi Bali. Kami sampaikan dengan sangat jelas dan sesuai fakta,” terang pria yang akrab disapa Cok Ace ini.

Namun diakui, kondisi ini akan tetap membawa pengaruh bagi dunia pariwisata. Hanya saja tidak seheboh beberapa waktu lalu.

“Kalau dulu pengaruhnya sampai 30 persen ada pembatalan. Kalau sekarang ada, cuma sangat kecil,” paparnya.

Dia berharap, kondisi ini tidak sampai berpengaruh pada kunjungan wisatawan untuk merayakan momen pergantian tahun di Bali.

Karena berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, tingkat okupansi saat momen pergantian tahun meningkat hingga 80 persen.

“Meskipun sebentar tapi pengaruhnya cukup tinggi. Biasanya kunjungan baru terlihat pertengahan Desember.

Tapi, bisa juga saat akhir minggu ke empat bulan Desember. Karena wisatawan banyak yang pesan melalui online,” pungkasnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/