27.1 C
Jakarta
22 November 2024, 2:37 AM WIB

Tips CEO BPR KAS; Mental Creation & Physical Creation

DENPASAR – Minggu kemarin saya membaca sebuah berita menarik dari negara President Trump.

Berita tersebut tentang The Washington Post, sebuah perusahaan surat kabar terkenal, yang pada tahun 2013 hampir bangkrut, akhirnya dapat mencetak laba di neracanya.

Menariknya, laba tersebut dicetak setelah The Washington Post dibeli oleh pemilik Amazon (Jeff Bezos).

Jeff Bezos bukanlah seorang ahli dalam bisnis media khususnya bisnis surat kabar. Kemudian di era perkembangan internet yang sangat cepat,

bisnis surat kabar di Amerika Serikat memiliki prospek kurang bagus, dimana kompetitor melalui platform digital menjadi lebih cepat dan menarik dibaca.

Parameternya oplah The Washington Post mengalami penurunan significant, diikuti menurunnya pendapatan dari sektor iklan.

Pertanyaan menarik adalah, kenapa Jeff Bezos mau membeli the Washington post? Bahkan, harga belinya mencapai USD 250 juta!

Kedua, bagaimana Jeff Bezos merubah sebuah perusahaan yang dapat dikatakan hampir bangkrut, dalam waktu cepat justru mencetak laba significant?

Peluang dan harapan, itulah yang mendorong intuisi seorang Jeff Bezos saat membeli The Washington Post.

Peluang dan harapan tersebut dijadikan pondasi untuknya dalam membangun Mental Creation kaitannya bagaimana mengembalikan kejayaan The Washington Post.

Beberapa upaya konkret yang dilakukannya adalah membentuk mindset tim kerja The Washington Post harus berubah dari sebuah surat kabar local menjadi merk digital yang diakui secara global.

Kemudian tim wartawan yang hanya fokus tentang mencari dan menulis berita, wajib memiliki kepedulian akan pentingnya mengejar laba serta efisien terhadap biaya, demi keberlangsungan perusahaan.

Dengan membangun Mental Creation, berbagai strategi brilliant tersusun bersama perencanaan yang detail dan bersifat jangka panjang, untuk kemudian dieksekusi menjadi Physical Creation.

Salah satu strategi yang kemudian di eksekusi oleh tim The Washington Post adalah fokus mengembangkan surat kabar digital yang menarik untuk di baca.

Efek positifnya, pembaca versi digital yang menjadi pelanggan berbayar, saat ini sudah mencapai 1,5 juta orang.

Inilah yang membawa The Washington Post tidak butuh waktu lama, kembali menjadi perusahaan surat kabar yang sangat menguntungkan.

Kita sebagai pebisnis atau baru akan memulai bisnis, seringkali memulai sesuatu fokus pada membangun physical creation tanpa didahului membangun mental creation.

Akibat yang biasa timbul adalah sumber daya yang dikorbankan menjadi lebih banyak, serta hasil yang di dapat tidak maksimal.

Saya kasih contoh, sebuah perusahaan membangun suatu produk/jasa, langsung meniru 100% atau melakukan jurus “Amati, Tiru, Modifikasi”.

Harapannya produk/jasa tersebut akan mengekor keberhasilan produk/jasa perusahaan yang ditiru.

Kenyataannya justru sebaliknya, yaitu biaya dan waktu yang dikorbankan tidak sebanding dengan realisasi pendapatan.

Kenapa hal ini terjadi? Si perusahaan tidak lebih dahulu membangun mental creation, seperti melakukan analisa kompetensi dan daya juang SDM yang dimilikinya, apakah sama dengan SDM perusahaan yang ditiru produknya?

Kemudian melakukan analisa bentuk produk/jasa yang akan dijual, apakah telah didukung strategi pemasaran yang baik?

Hal lainnya adalah apakah perusahaan memiliki kemampuan sumber daya keuangan memadai untuk melakukan penetrasi pasar dengan skala lebih luas terkait area pemasaran?

Kebayang kan sekarang pentingnya membangun mental creation sebelum take action membangun physical creation.

So mulailah budaya tersebut, niscaya akan membuat segala yang kita lakukan terkait pengembangan bisnis menjadi terukur dan mendapatkan hasil yang maksimal dalam jangka panjang. Salam perjuangan! (rba)

 

 

DENPASAR – Minggu kemarin saya membaca sebuah berita menarik dari negara President Trump.

Berita tersebut tentang The Washington Post, sebuah perusahaan surat kabar terkenal, yang pada tahun 2013 hampir bangkrut, akhirnya dapat mencetak laba di neracanya.

Menariknya, laba tersebut dicetak setelah The Washington Post dibeli oleh pemilik Amazon (Jeff Bezos).

Jeff Bezos bukanlah seorang ahli dalam bisnis media khususnya bisnis surat kabar. Kemudian di era perkembangan internet yang sangat cepat,

bisnis surat kabar di Amerika Serikat memiliki prospek kurang bagus, dimana kompetitor melalui platform digital menjadi lebih cepat dan menarik dibaca.

Parameternya oplah The Washington Post mengalami penurunan significant, diikuti menurunnya pendapatan dari sektor iklan.

Pertanyaan menarik adalah, kenapa Jeff Bezos mau membeli the Washington post? Bahkan, harga belinya mencapai USD 250 juta!

Kedua, bagaimana Jeff Bezos merubah sebuah perusahaan yang dapat dikatakan hampir bangkrut, dalam waktu cepat justru mencetak laba significant?

Peluang dan harapan, itulah yang mendorong intuisi seorang Jeff Bezos saat membeli The Washington Post.

Peluang dan harapan tersebut dijadikan pondasi untuknya dalam membangun Mental Creation kaitannya bagaimana mengembalikan kejayaan The Washington Post.

Beberapa upaya konkret yang dilakukannya adalah membentuk mindset tim kerja The Washington Post harus berubah dari sebuah surat kabar local menjadi merk digital yang diakui secara global.

Kemudian tim wartawan yang hanya fokus tentang mencari dan menulis berita, wajib memiliki kepedulian akan pentingnya mengejar laba serta efisien terhadap biaya, demi keberlangsungan perusahaan.

Dengan membangun Mental Creation, berbagai strategi brilliant tersusun bersama perencanaan yang detail dan bersifat jangka panjang, untuk kemudian dieksekusi menjadi Physical Creation.

Salah satu strategi yang kemudian di eksekusi oleh tim The Washington Post adalah fokus mengembangkan surat kabar digital yang menarik untuk di baca.

Efek positifnya, pembaca versi digital yang menjadi pelanggan berbayar, saat ini sudah mencapai 1,5 juta orang.

Inilah yang membawa The Washington Post tidak butuh waktu lama, kembali menjadi perusahaan surat kabar yang sangat menguntungkan.

Kita sebagai pebisnis atau baru akan memulai bisnis, seringkali memulai sesuatu fokus pada membangun physical creation tanpa didahului membangun mental creation.

Akibat yang biasa timbul adalah sumber daya yang dikorbankan menjadi lebih banyak, serta hasil yang di dapat tidak maksimal.

Saya kasih contoh, sebuah perusahaan membangun suatu produk/jasa, langsung meniru 100% atau melakukan jurus “Amati, Tiru, Modifikasi”.

Harapannya produk/jasa tersebut akan mengekor keberhasilan produk/jasa perusahaan yang ditiru.

Kenyataannya justru sebaliknya, yaitu biaya dan waktu yang dikorbankan tidak sebanding dengan realisasi pendapatan.

Kenapa hal ini terjadi? Si perusahaan tidak lebih dahulu membangun mental creation, seperti melakukan analisa kompetensi dan daya juang SDM yang dimilikinya, apakah sama dengan SDM perusahaan yang ditiru produknya?

Kemudian melakukan analisa bentuk produk/jasa yang akan dijual, apakah telah didukung strategi pemasaran yang baik?

Hal lainnya adalah apakah perusahaan memiliki kemampuan sumber daya keuangan memadai untuk melakukan penetrasi pasar dengan skala lebih luas terkait area pemasaran?

Kebayang kan sekarang pentingnya membangun mental creation sebelum take action membangun physical creation.

So mulailah budaya tersebut, niscaya akan membuat segala yang kita lakukan terkait pengembangan bisnis menjadi terukur dan mendapatkan hasil yang maksimal dalam jangka panjang. Salam perjuangan! (rba)

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/