28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 3:56 AM WIB

Ramah Lingkungan, tapi Produk Alam Ini Masih Minim Peminat, Ternyata…

GIANYAR – Karangan bunga alami dari bahan daun dan ranting tumbuhan yang diprakarsai oleh Ketua Trash Hero, Wayan Aksara, tampaknya, masih minim peminat.

Sejak menggeluti usaha karangan bunga berbahan alami tahun 2018 ini, penjualan bunga alami belum mencapai 100 unit. Padahal, dari sisi harga dan kelestarian alam lebih baik.

“Pesanan karangan bunga hanya digemari orang-orang tertentu,” ujar Aksara. Hingga saat ini, pesanannya mencapai 80 buah.

Jumlah itu masih diingat oleh Aksara. Itu dimulai saat HUT Kota Gianyar bulan April 2018 lalu. “Saat HUT Kota terjual 15. Lalu saat sertijab bupati Gianyar terjual 30. Sisanya masyarakat umum, itu pun penggemar,” ujarnya.

Walau minim pembeli, Aksara tidak patah semangat untuk terus memproduksi dan menjual karangan bunga berbahan alami itu.

“Kalau harga ini lebih murah, Rp 350-400 ribu per karangan bunga langsung ucapannya,” jelasnya.

Kata dia, jika dibandingkan dengan karangan bunga berbahan steorofom, tentunya lebih mahal. “Kalau steorofom harganya Rp 600 ribu ke atas. Kami lebih murah,” jelasnya.

Disamping itu, bahan steorofom juga berbahaya bagi alam. “Kalau itu sama dengan menyumbang kerusakan lingkungan,” jelasnya. Pasalnya, steorofom sulit dimusnahkan oleh alam.

Berbeda dengan karyanya dari daun kering, ranting tanaman yang bisa diperoleh mana saja tidak masalah jika dibuang. Cara pembuatannya juga mudah, tinggal dirangkai sesuai kreasi.

Menurut Aksara, minimnya masyarakat menggunakan bahan baku alami ini karena sudah terdogma dengan kebiasaan lama.

“Mereka sudah biasa pakai steorofom. Disamping itu, beberapa penjual karangan bunga kesulitan menempelkan logo mereka di karangan bunga bahan alami,” jelasnya.

Aksara pun memberikan solusi jika logo penjual karangan bunga dibuat dan ditempelkan menggunakan bahan kertas. “Kami memberikan pendidikan, supaya kebiasaan lama dirubah,” tukasnya. 

GIANYAR – Karangan bunga alami dari bahan daun dan ranting tumbuhan yang diprakarsai oleh Ketua Trash Hero, Wayan Aksara, tampaknya, masih minim peminat.

Sejak menggeluti usaha karangan bunga berbahan alami tahun 2018 ini, penjualan bunga alami belum mencapai 100 unit. Padahal, dari sisi harga dan kelestarian alam lebih baik.

“Pesanan karangan bunga hanya digemari orang-orang tertentu,” ujar Aksara. Hingga saat ini, pesanannya mencapai 80 buah.

Jumlah itu masih diingat oleh Aksara. Itu dimulai saat HUT Kota Gianyar bulan April 2018 lalu. “Saat HUT Kota terjual 15. Lalu saat sertijab bupati Gianyar terjual 30. Sisanya masyarakat umum, itu pun penggemar,” ujarnya.

Walau minim pembeli, Aksara tidak patah semangat untuk terus memproduksi dan menjual karangan bunga berbahan alami itu.

“Kalau harga ini lebih murah, Rp 350-400 ribu per karangan bunga langsung ucapannya,” jelasnya.

Kata dia, jika dibandingkan dengan karangan bunga berbahan steorofom, tentunya lebih mahal. “Kalau steorofom harganya Rp 600 ribu ke atas. Kami lebih murah,” jelasnya.

Disamping itu, bahan steorofom juga berbahaya bagi alam. “Kalau itu sama dengan menyumbang kerusakan lingkungan,” jelasnya. Pasalnya, steorofom sulit dimusnahkan oleh alam.

Berbeda dengan karyanya dari daun kering, ranting tanaman yang bisa diperoleh mana saja tidak masalah jika dibuang. Cara pembuatannya juga mudah, tinggal dirangkai sesuai kreasi.

Menurut Aksara, minimnya masyarakat menggunakan bahan baku alami ini karena sudah terdogma dengan kebiasaan lama.

“Mereka sudah biasa pakai steorofom. Disamping itu, beberapa penjual karangan bunga kesulitan menempelkan logo mereka di karangan bunga bahan alami,” jelasnya.

Aksara pun memberikan solusi jika logo penjual karangan bunga dibuat dan ditempelkan menggunakan bahan kertas. “Kami memberikan pendidikan, supaya kebiasaan lama dirubah,” tukasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/