28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:55 AM WIB

Harga Mentimun Anjlok, Petani Gigit Jari, Terpaksa Jadi Pakan Sapi

TABANAN – Petani sayur mayur di Banjar Sandan, Desa Bangli, Baturiti hanya bisa pasrah dan gigit jari. Pasalnya, harga sayur mentimun saat ini turun drastis.

Harga mentimun kini hanya Rp 1.000 – 2.000 per kilogram. Jero Puri, salah seorang petani sayuran yang memiliki lahan seluas 20 are menyatakan, harga normal mentimun Rp 5.000 per kilogram.

“Kehidupan petani serba susah. Terlebih lagi harga mentimun saat ini benar-benar anjlok. Terpaksa, mentimunnya kami jadikan pakan sapi,” kata Jero Puri kesan.

Menurut perempuan berusia 45 tahun ini, harga mentimun saat ini tidak sebanding dengan harga bibit, pupuk, dan obat-obatan yang kelewat mahal.

Tidak sebanding antara proses menanam dengan hasil panen. Karena harga anjlok, petani mentimun kesulitan mencari pasar.

“Kami rugi tanam mentimun, karena tidak ada pembeli. Biasanya pengepul datang langsung dari daerah Badung dan Denpasar, tapi sekarang tidak ada,” katanya lagi.

Petani mentimun lainnya Wayan Suratni, 34, menuturkan hal yang sama. Ia mengaku modal awal sebesar Rp 400 ribu untuk pembelian bibit dan lainnya, hanya bisa menghasilkan Rp 150 dari hasil penjualan hasil pertaniannya.

 “Semua harga turun, kami jadi petani susah. Modalnya sangat besar, tapi hasilnya tak seberapa. Kami berharap harga sayuran kembali normal,” pungkasnya

TABANAN – Petani sayur mayur di Banjar Sandan, Desa Bangli, Baturiti hanya bisa pasrah dan gigit jari. Pasalnya, harga sayur mentimun saat ini turun drastis.

Harga mentimun kini hanya Rp 1.000 – 2.000 per kilogram. Jero Puri, salah seorang petani sayuran yang memiliki lahan seluas 20 are menyatakan, harga normal mentimun Rp 5.000 per kilogram.

“Kehidupan petani serba susah. Terlebih lagi harga mentimun saat ini benar-benar anjlok. Terpaksa, mentimunnya kami jadikan pakan sapi,” kata Jero Puri kesan.

Menurut perempuan berusia 45 tahun ini, harga mentimun saat ini tidak sebanding dengan harga bibit, pupuk, dan obat-obatan yang kelewat mahal.

Tidak sebanding antara proses menanam dengan hasil panen. Karena harga anjlok, petani mentimun kesulitan mencari pasar.

“Kami rugi tanam mentimun, karena tidak ada pembeli. Biasanya pengepul datang langsung dari daerah Badung dan Denpasar, tapi sekarang tidak ada,” katanya lagi.

Petani mentimun lainnya Wayan Suratni, 34, menuturkan hal yang sama. Ia mengaku modal awal sebesar Rp 400 ribu untuk pembelian bibit dan lainnya, hanya bisa menghasilkan Rp 150 dari hasil penjualan hasil pertaniannya.

 “Semua harga turun, kami jadi petani susah. Modalnya sangat besar, tapi hasilnya tak seberapa. Kami berharap harga sayuran kembali normal,” pungkasnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/