DENPASAR- Anjloknya harga ayam potong jenis broiler akibat tingginya pasokan daging ayam dari luar Bali terus berlanjut.
Bahkan akibat tak tahan dengan kondisi harga ayam yang terus anjlok dan merugi, sejumlah peternak yang tergabung dalam Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Broiler Bali Jumat (29/3) mesadu ke Dinas Peternakan Provinsi Bali
Kedatangan Pinsar itu yakni untuk mengadukan adanya disparitas harga yang berdampak pada kerugian miliaran per hari yang dialami para peternak ayam broier Bali.
Usai tiba di kantor Disnak Bali, perwakilan Pinsar langsung menggelar pertemuan langsung dengan kepala Disnak Bali dan Balai Karantina.
Kadis Peternakan Provinsi Bali I Wayan Mardiana dikonfirmasi usai pertemuan, menyatakan ada empat poin yang dirumuskan.
Pertamapihak Disnak Bali akan berkoordinasi dengan Balai Karantina terkait kelengkapan dokumen untuk memasukan daging ayam ke Bali yang selama ini hanya memakai surat keterangan sehat. “Jadi kedepannya akan diberlakukan pula dokumen dari wilayah asal dan tujuan asalnya. Selain itu dokumen darimana ayam itu dipotong. Selain itu kam (Disnak) akan menjalin kerjasama dengan balai karantina supaya peternak dari luar melengkapi dokumen tersebut terlebih dahulu,”jelasnya.
Kemudian, tidak hanya itu, dalam memperketat masuknya daging ke Bali akan dibentuk satgas. Tentunya, hasil pertemuan itu akan dibawa ke DPRD untuk langkah ke depan guna membicarakan regulasi lebih lanjut.
“Nanti apakah akan ada pembatasn kuota daging ayam yang masuk ke Bali atau seperti apa akan dibahas lebih lanjut mengingat selama ini kebijakan tersebut belum ada,”imbuhnya.
Lebih lanjut, kadisnak Bali mengatakan jika secara umum harga daging ayam di pasaran masih stabil yang berkisar dari Rp 36.000 hingga Rp 37.000 per kilogram (HET).
Namun demikian harga ayam di peternak yang bergejolak membuat keresahan terjadi.
“Di Bali sendiri harga ayam di tingkat peternak mencapai Rp17.000 hingga Rp17.500 per kilogram. Sementara di Jawa Rp15.000 per kilogram sehingga peternak di Jawa melirik peluang pasar di Bali,” katanya.
Sementara itu, Ketua Pinsar Broiler Bali I Ketut Yahya Kurniadi, mengatakan bahwa jika kondisi ini masih terus terjadi hingga satu bulan mendatang. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana nasib para peternak. Dijelaskan harga proses produksi (HPP) mencapai Rp20.500 per kilogram, sementara harga jual masih Rp17.000-Rp17.500 per kilogram.
“ Kami panen 200 ribu ekor per hari kali 2 kilogram kan sudah 400 ribu kilogram kali 3000. Itu kerugian peternak di seluruh Bali. ” Ke depan kemungkinan produksi akan turun 30 persen kalau kondisi seperti ini. “ Itu yang menjadi kendala,” tukasnya.