29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:23 AM WIB

Harga Pakan Melambung, Populasi Ayam Petelur Tabanan Terganggu

TABANAN – Kenaikan harga pakan ternak  berdampak.

Peternak ayam petelur di Tabanan, mengaku, akibat kenaikan harga ternak, petani ayam petelur tidak mampu menambah populasi ayam mereka.

 

“Jika kami menambah populasi ayam petelur, maka kami tidak sanggup memberikan pakan ternak yang mengalami kenaikan. Belum lagi faktor cuaca yang menyebabkan ancaman serangan penyakit ayam petelur. Sehingga terjadi penurunan,” terang Darma salah satu peternak ayam petelur di Tabanan.

 

Tinggi harga pakan ternak tidak sebanding dengan pergerakan harga telur ayam bisa dilihat dalam kurun waktu beberapa bulan ini mengalami penurunan.

 

Harga telur ayam ini sempat menyentuh harga hingga Rp 1.500 per butir pada peternak ayam petelur. Kini menurun turun hingga mencapai harga Rp 900 sampai Rp 1.000 per butir di produsen telur.

 

“Penurunan harga ini jauh dibawah kisaran Break Event Point (BEP) usaha ternak ayam petelur yang berada dikisaran Rp 1.100 per butir,” ungkapnya.

 

Darma menambahkan, penurunan harga telur ini cukup memberatkan produsen.

 

Sebab disaat ini hampir berbarengan dengan pakan ternak malah mengalami kenaikan kembali dengan harga jual per 27 Agustus 2018 lalu.

 

Yang mencapai Rp 5.600 per/kg  menjadi Rp 5.850 per/kg.

 

“Kondisi tersebut diperparah lagi dengan kenaikan bahan baku pakan lokal. Yakni harga jagung yang naik dari Rp 3.800 per/kg jadi Rp 4.500 per/kg,” tandasnya.

 

Sementara itu,  dari data yang ada di Dinas Pertanian Tabanan jumlah ayam petelur di Tabanan mengalami penurunan.

 

Kepala Dinas Pertanian Tabanan Nyoman Budana merinci, dari sejak kurun waktu 2016, populasi ayam petelur menurun. Disebutkan, tahun 2016 tercatat 1.964.228 ekor dan tahun 2017 tercatat 1.947.398 ekor ayam petelur.

 

Penurunan jumlah ayam petelur tidak begitu drastis sebesar 16.830.

 

Meski mengalami penurunan namun produksi telur justru mengalami peningkatan dimana tahun 2016 tercatat 15.469 ton meningkat menjadi 18.280 ton di tahun 2017.

 

 

Menurutnya mengapa mengalami peningkatan produksi telur, banyak hal yang mempengaruhi. Mulai dari pakan yang tersedia cukup serta sedikitnya ayam petelur terkena penyakit.

Untuk penyakit yang kerap menginfeksi ayam petelur adalah Egg Drop Syndrome. Penyakit ini akibat virus yang menyebabkan kulit telur menjadi lembek. Pencegahan penyakit ini biasanya dengan vaksinasi.

 

“Sejauh ini peternak ayam petelur di Tabanan paling banyak berada di wilayah Penebel,” tandasnya. 

 

TABANAN – Kenaikan harga pakan ternak  berdampak.

Peternak ayam petelur di Tabanan, mengaku, akibat kenaikan harga ternak, petani ayam petelur tidak mampu menambah populasi ayam mereka.

 

“Jika kami menambah populasi ayam petelur, maka kami tidak sanggup memberikan pakan ternak yang mengalami kenaikan. Belum lagi faktor cuaca yang menyebabkan ancaman serangan penyakit ayam petelur. Sehingga terjadi penurunan,” terang Darma salah satu peternak ayam petelur di Tabanan.

 

Tinggi harga pakan ternak tidak sebanding dengan pergerakan harga telur ayam bisa dilihat dalam kurun waktu beberapa bulan ini mengalami penurunan.

 

Harga telur ayam ini sempat menyentuh harga hingga Rp 1.500 per butir pada peternak ayam petelur. Kini menurun turun hingga mencapai harga Rp 900 sampai Rp 1.000 per butir di produsen telur.

 

“Penurunan harga ini jauh dibawah kisaran Break Event Point (BEP) usaha ternak ayam petelur yang berada dikisaran Rp 1.100 per butir,” ungkapnya.

 

Darma menambahkan, penurunan harga telur ini cukup memberatkan produsen.

 

Sebab disaat ini hampir berbarengan dengan pakan ternak malah mengalami kenaikan kembali dengan harga jual per 27 Agustus 2018 lalu.

 

Yang mencapai Rp 5.600 per/kg  menjadi Rp 5.850 per/kg.

 

“Kondisi tersebut diperparah lagi dengan kenaikan bahan baku pakan lokal. Yakni harga jagung yang naik dari Rp 3.800 per/kg jadi Rp 4.500 per/kg,” tandasnya.

 

Sementara itu,  dari data yang ada di Dinas Pertanian Tabanan jumlah ayam petelur di Tabanan mengalami penurunan.

 

Kepala Dinas Pertanian Tabanan Nyoman Budana merinci, dari sejak kurun waktu 2016, populasi ayam petelur menurun. Disebutkan, tahun 2016 tercatat 1.964.228 ekor dan tahun 2017 tercatat 1.947.398 ekor ayam petelur.

 

Penurunan jumlah ayam petelur tidak begitu drastis sebesar 16.830.

 

Meski mengalami penurunan namun produksi telur justru mengalami peningkatan dimana tahun 2016 tercatat 15.469 ton meningkat menjadi 18.280 ton di tahun 2017.

 

 

Menurutnya mengapa mengalami peningkatan produksi telur, banyak hal yang mempengaruhi. Mulai dari pakan yang tersedia cukup serta sedikitnya ayam petelur terkena penyakit.

Untuk penyakit yang kerap menginfeksi ayam petelur adalah Egg Drop Syndrome. Penyakit ini akibat virus yang menyebabkan kulit telur menjadi lembek. Pencegahan penyakit ini biasanya dengan vaksinasi.

 

“Sejauh ini peternak ayam petelur di Tabanan paling banyak berada di wilayah Penebel,” tandasnya. 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/