KLUNGKUNG – Kasus gagal ginjal akut di Klungkung membuat RSUD Klungkung melayani cuci darah atau hemodialisa sebanyak 58-60 pasien setiap harinya. Dari jumlah tersebut, Sebagian besar justru dari kepulauan Nusa Penida. Untungnya sejumlah pengusaha penyeberangan memiliki kepedulian terhadap pasien yang membutuhkan cuci darah dua kali dalam seminggu itu. Mereka menggratiskan tiket penyeberangan Nusa Penida – Klungkung daratan.
Pelaksana tugas (Plt) Direktur RSUD Klungkung, drg Gusti Ayu Dwijawati, mengungkapkan saat ini RSUD Klungkung memiliki 29 mesin hemodialisa reguler, 2 mesin untuk hemodialisis cito (pasien indikasi kegawatan), dan 1 cadangan untuk mesin yang rusak. Dengan jumlah tersebut, menurutnya semua pasien yang membutuhkan layanan cuci darah di Kabupaten Klungkung dapat tertangani.
“Untuk pasien dari Klungkung sudah dapat kami layani. Perhari dilayani dua shif dengan rincian 29- 30 pasien per-shif. Jadi, ada sekitar 58-60 pasien yang dilayani untuk cuci darah per harinya,” beber Dwijawati, (30/10).
Terkait banyaknya pasien cuci darah dari Nusa Penida, sangat memungkinkan merealisasikan keinginan Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta untuk membuka layanan hemodialisa di RS Gema Santi Nusa Penida. “Memungkinkan Rumah Sakit Gema Santi karena sudah bergerak ke tipe C. Saya dengar (rencana) itu sudah dikaji oleh Dinas Kesehatan bersama Rumah Sakit Gema Santi. Tinggal dukungan sarana prasarana dan kesiapan sumber daya manusianya,” katanya.
Lebih lanjut dijelaskannya, pasien harus menjalani cuci darah karena organ ginjal tidak berfungsi dengan baik. Namun, ketika pasien gagal ginjal melakukan cuci darah secara teratur sesuai jadwal, mereka masih bisa hidup sehat. “Kalau tidak dilakukan (cuci darah) akibatnya fatal, karena sirkulasi darah tidak bagus, bisa mengancam jiwa pasien,” jelasnya. (ayu/rid)