28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 6:28 AM WIB

Mau Imun Naik? Berikut 11 Cara Hidupkan Hormon Bahagia saat Covid-19

DENPASAR – Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) menghentak semua orang, datang seperti tamu yang tidak diundang.

Kedatangannya seperti serangan atau disaster yang mendadak, disebabkan oleh virus yang ganas Covid 19.

Covid-19 menjadi booming sebagai stressor pada masyarakat. Covid-19 seperti peluru baru yang menyulut munculnya beberapa gangguan kepribadian.

Salah satunya kecemasan, baik mulai kecemasan yang mild atau ringan, kecemasan moderate atau sedang dan extremelly anxiety atau disebut severe anxiety, bahkan panic attack.

Apakah benar hanya Covid-19 yang menjadi peluru yang mentriger gangguan kepribadian ini? Caecilia Nirlaksita Rini, S.Psi, M.Si, psikolog kenamaan Bali memberikan jawaban menarik kepada Radarbali.id.

“Orang yang dikatakan sehat adalah orang yang secara fisik dan mental kejiwaan sehat,” ujar Caecilia Nirlaksita Rini.

Caecilia memaparkan, orang dikatakan bermasalah secara mental dipicu oleh akar masalah yang mengakibatkan perasaan tidak nyaman, bisa berupa kemarahan, kesedihan, takut, cemas, bingung, tidak percaya dan sebagainya.

“Akar masalah dari kita bisa berupa pengalaman trauma masa kecil (terutama), masa remaja dan masa dewasa, kita kenal sebagai critical event. Berupa pengalaman-pengalaman buruk kita,” ungkapnya.

Perasaan yang gundah, galau karena marah, sedih dan takut tersebut mempengaruhi munculnya sekresi hormon kortisol, hormon yang melawan hormon kebahagiaan.

Sehingga kita mulai merasakan ketidakbahagiaan. Lantas, bagaimana caranya agar kita bisa hidup bahagia?

“Cara bahagia adalah mengaktifkan kembali kelenjar hormon kebahagiaan diantaranya serotonin, oksitosin, dopamin dan endorpine,” jawabnya 

Lalu apa yang harus dilakukan untuk mengaktifkan hormon-hormon tersebut? Caecilia memberikan 11 cara untuk itu.

Pertama, menyadari bahwa kita hidup di realita kini dan disini, bukan di masa lalu.

Kedua, mampu memaafkan semua masa lalu yang buruk sebagai akar trauma kita.

Ketiga, menerima segala peristiwa suka maupun duka adalah pendewasaan dalam proses perkembangan mental kita sehingga kita lebih sadar atau aware untuk bertanggungjawab menjaga diri baik fisik, perasaan, pikiran dan jiwa.

Keempat, menyadari dengan rasa syukur kita masih hidup di tengah wabah Covid-19.

Kelima, rajin melakukan aktifitas fisik dengan olahraga teratur, makan gizi seimbang.

Keenam, mengganti pikiran-pikiran negatif yang sering muncul dengan pikiran-pikiran positif.

“Kemampuan positif akan mengembangkan kapabilitas kita untuk memanage stress yang terjadi,”ujar wanita yang bekerja sebagai psikolog klinis di Klinik Mutiara Media di Jalan Sekuta, 108, Sanur ini.

Ketujuh, mampu melihat ada jalan atau harapan untuk mengatasi persoalan dengan rajin melakukan latihan yang fokus pada pernafasan.

Kedelapan, kontrol diri dengan menghentikan pikiran sibuk dengan melatih keheningan.

Kesembilan, lakukan hal kreatif, misal memasak, berkebun, aktif mencipta kreasi baru, membantu orang lain yang berkesusahan dan sebagainya.

Kesepuluh, menyadari kapabilitas diri dengan menerima segala kelemahan dan kekuatan kepribadian kita, kebahagiaan adalah keputusan.

Kesebelas, setelah memutuskan bahagia yang tanpa syarat, lalu lakukan langkah 1 sampai dengan seterusnya.

“Selamat atas keputusan kebahagiaan kita dan terus tersenyum pada diri dan orang lain serta berbagi terus kebahagiaan dalam cinta kasih, kebaikan, kejujuran, tanggung jawab dan kebijaksanaan,” tutupnya. 

DENPASAR – Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) menghentak semua orang, datang seperti tamu yang tidak diundang.

Kedatangannya seperti serangan atau disaster yang mendadak, disebabkan oleh virus yang ganas Covid 19.

Covid-19 menjadi booming sebagai stressor pada masyarakat. Covid-19 seperti peluru baru yang menyulut munculnya beberapa gangguan kepribadian.

Salah satunya kecemasan, baik mulai kecemasan yang mild atau ringan, kecemasan moderate atau sedang dan extremelly anxiety atau disebut severe anxiety, bahkan panic attack.

Apakah benar hanya Covid-19 yang menjadi peluru yang mentriger gangguan kepribadian ini? Caecilia Nirlaksita Rini, S.Psi, M.Si, psikolog kenamaan Bali memberikan jawaban menarik kepada Radarbali.id.

“Orang yang dikatakan sehat adalah orang yang secara fisik dan mental kejiwaan sehat,” ujar Caecilia Nirlaksita Rini.

Caecilia memaparkan, orang dikatakan bermasalah secara mental dipicu oleh akar masalah yang mengakibatkan perasaan tidak nyaman, bisa berupa kemarahan, kesedihan, takut, cemas, bingung, tidak percaya dan sebagainya.

“Akar masalah dari kita bisa berupa pengalaman trauma masa kecil (terutama), masa remaja dan masa dewasa, kita kenal sebagai critical event. Berupa pengalaman-pengalaman buruk kita,” ungkapnya.

Perasaan yang gundah, galau karena marah, sedih dan takut tersebut mempengaruhi munculnya sekresi hormon kortisol, hormon yang melawan hormon kebahagiaan.

Sehingga kita mulai merasakan ketidakbahagiaan. Lantas, bagaimana caranya agar kita bisa hidup bahagia?

“Cara bahagia adalah mengaktifkan kembali kelenjar hormon kebahagiaan diantaranya serotonin, oksitosin, dopamin dan endorpine,” jawabnya 

Lalu apa yang harus dilakukan untuk mengaktifkan hormon-hormon tersebut? Caecilia memberikan 11 cara untuk itu.

Pertama, menyadari bahwa kita hidup di realita kini dan disini, bukan di masa lalu.

Kedua, mampu memaafkan semua masa lalu yang buruk sebagai akar trauma kita.

Ketiga, menerima segala peristiwa suka maupun duka adalah pendewasaan dalam proses perkembangan mental kita sehingga kita lebih sadar atau aware untuk bertanggungjawab menjaga diri baik fisik, perasaan, pikiran dan jiwa.

Keempat, menyadari dengan rasa syukur kita masih hidup di tengah wabah Covid-19.

Kelima, rajin melakukan aktifitas fisik dengan olahraga teratur, makan gizi seimbang.

Keenam, mengganti pikiran-pikiran negatif yang sering muncul dengan pikiran-pikiran positif.

“Kemampuan positif akan mengembangkan kapabilitas kita untuk memanage stress yang terjadi,”ujar wanita yang bekerja sebagai psikolog klinis di Klinik Mutiara Media di Jalan Sekuta, 108, Sanur ini.

Ketujuh, mampu melihat ada jalan atau harapan untuk mengatasi persoalan dengan rajin melakukan latihan yang fokus pada pernafasan.

Kedelapan, kontrol diri dengan menghentikan pikiran sibuk dengan melatih keheningan.

Kesembilan, lakukan hal kreatif, misal memasak, berkebun, aktif mencipta kreasi baru, membantu orang lain yang berkesusahan dan sebagainya.

Kesepuluh, menyadari kapabilitas diri dengan menerima segala kelemahan dan kekuatan kepribadian kita, kebahagiaan adalah keputusan.

Kesebelas, setelah memutuskan bahagia yang tanpa syarat, lalu lakukan langkah 1 sampai dengan seterusnya.

“Selamat atas keputusan kebahagiaan kita dan terus tersenyum pada diri dan orang lain serta berbagi terus kebahagiaan dalam cinta kasih, kebaikan, kejujuran, tanggung jawab dan kebijaksanaan,” tutupnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/