RadarBali.com – Seniman I Wayan Sujana ‘Suklu’ selalu mengusung gaya seni Drawing on Novel. Hal ini mulai dilakukan setelah lebih dari lima belas tahun lamanya berproses dan melakukan berbagai eksplorasi dan kemungkinan penciptaan.
Suklu meyakini bahwa novel, terutama halaman-halaman cerita terpilihnya mengandung tantangan untuk dihadirkan sebagai media ekspresi seni rupa.
Menurut Suklu, menggambar pada novel yang dilakukan bisa dibilang seperti ritual. Ritual ini untuk menghubungkan antara dirinya secara gaib atau mistis dengan sosok pengarang novel yang dijadikannya media gambar.
Dalam hal ini, sosok sang pengarang bukanlah sosok historis namun merupakan sosok metafisis, seperti roh atau energi.
Di tangannya, novel bukan lagi wujud dari karya sastra, tetapi diubah menjadi artefak yang berfungsi sebagai media ritual.
“Alasan memilih novel bekas dan charcoal karena medium novel ini perantara saya bercakap- cakap dengan seorang sastrawan, kemudian novel bekas ini memiliki entitas yang unik dan sangat cocok dengan medium charcoal sebagai alat ungkap,” kata Suklu.
Suklu meyakini bahwa novel itu ibarat sosok atau tubuh, sementara rohnya adalah sastrawan atau pengarang dari novel itu sendiri.
Di atas tubuh buku itulah pencipta mengeksplorasi bentuk-bentuk visual dengan cara men-drawing.
“Bentuk-bentuk yang digambarkan adalah sosok-sosok imajinatif yang meluap dari ruang ketaksadaran,” tambahnya.
Gagasan, teknik dan konsep berkarya Suklu dihadirkannya pada pameran (Intermingle Art Project – Light Patterns) yang berlangsung di Bentara Budaya Bali sejak 28 November hingga 6 Desember 2017 ini juga melibatkan 16 seniman lainnya.