28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:48 AM WIB

Drama Tari Balian Batur, Ingatkan Pentingnya Jaga Persatuan

RadarBali.com – Setelah dijeda selama tiga bulan sejak Juni lalu, Jumat (1/9) malam, pentas Bali Mandara Nawanatya kembali digelar.

Di panggung Mandaya Mandala, Taman Budaya Bali, pagelaran di bulan September ini dimulai oleh SMKN 3 Sukawati. Pada pementasan tersebut, sekolah asal Gianyar ini menampilkan drama tari Balian Batur.

Aksi memikat para pelakon yang terdiri dari para siswa ini pun mampu memikat perhatian ratusan penonton yang hadir.

Diwawancarai di sela kegiatan, kordinator pertunjukkan SMKN 3 Sukawati, I Made Sukadana SSn mengatakan, cerita ini mengangkat semangat persatuan.

“Pesan cerita Balian Batur yang kami angkat adalah pentingnya persatuan. Karena saat ini di Bali rasa persatuan terasa mulai memudar,” katanya.

Sukadana menambahkan, untuk mempersiapkan pementasan malam itu, pihaknya melakukan latihan bersama para siswa selama kurang lebih satu bulan lamanya.

“Kami juga berkolaborasi dengan Sanggar Seni Singa Mandawa dalam menampilkan Seni Kreativitas Pelajar berjudul ‘Balian Batur’ ini,” tambahnya.

Cerita Balian Batur ini mengambil periode waktu sekitar pada 1700 Masehi. Cerita ini mengisahkan kemarahan Ki Balian Batur yang tinggal di wilayah Celedunginyah.

Dia marah karena anaknya yang berjualan di pasar dituduh menjual nasi dengan lauk daging manusia sebagai bagian dari penyebaran ilmu hitam.

Ki Balian Batur  pun murka lalu memerintahkan murid-muridnya untuk membuat gerubug (wabah penyakit) di Desa Cau yang masuk wilayah Kerajaan Mengwi.

Gerubug ini menimbulkan penyakit dan kematian warga Desa Cau yang sempat menghina dan menuduh anak Ki Balian Batur menyebarkan ilmu hitam.

Raja Mengwi pun mengutus Ki Bendesa Gumiar untuk melawan Ki Balian Batur. Pertempuran antara Ki Bendesa Gumiar dan Ki Balian Batur yang sakti pun tidak terhindarkan.

Pada pertempuran tersebut, Ki Balian Batur mampu ditundukkan  oleh Ki Bendesa Gumiar dengan menggunakan senjata pusaka dari Kerajaan Klungkung.

Senjata tersebut bernama Bedil Ki Narantaka dan peluru Ki Selisik. Namun sebelum meninggal, Ki Balian Batur berpesan agar Kerajaan Mengwi menjaga persatuan dengan kerajaan Klungkung.

“Ya, Jika tidak, maka sukma Ki Balian Batur tidak henti-hentinya membuat gerubug di Bumi Mengwi,” tandas Sukadana.

RadarBali.com – Setelah dijeda selama tiga bulan sejak Juni lalu, Jumat (1/9) malam, pentas Bali Mandara Nawanatya kembali digelar.

Di panggung Mandaya Mandala, Taman Budaya Bali, pagelaran di bulan September ini dimulai oleh SMKN 3 Sukawati. Pada pementasan tersebut, sekolah asal Gianyar ini menampilkan drama tari Balian Batur.

Aksi memikat para pelakon yang terdiri dari para siswa ini pun mampu memikat perhatian ratusan penonton yang hadir.

Diwawancarai di sela kegiatan, kordinator pertunjukkan SMKN 3 Sukawati, I Made Sukadana SSn mengatakan, cerita ini mengangkat semangat persatuan.

“Pesan cerita Balian Batur yang kami angkat adalah pentingnya persatuan. Karena saat ini di Bali rasa persatuan terasa mulai memudar,” katanya.

Sukadana menambahkan, untuk mempersiapkan pementasan malam itu, pihaknya melakukan latihan bersama para siswa selama kurang lebih satu bulan lamanya.

“Kami juga berkolaborasi dengan Sanggar Seni Singa Mandawa dalam menampilkan Seni Kreativitas Pelajar berjudul ‘Balian Batur’ ini,” tambahnya.

Cerita Balian Batur ini mengambil periode waktu sekitar pada 1700 Masehi. Cerita ini mengisahkan kemarahan Ki Balian Batur yang tinggal di wilayah Celedunginyah.

Dia marah karena anaknya yang berjualan di pasar dituduh menjual nasi dengan lauk daging manusia sebagai bagian dari penyebaran ilmu hitam.

Ki Balian Batur  pun murka lalu memerintahkan murid-muridnya untuk membuat gerubug (wabah penyakit) di Desa Cau yang masuk wilayah Kerajaan Mengwi.

Gerubug ini menimbulkan penyakit dan kematian warga Desa Cau yang sempat menghina dan menuduh anak Ki Balian Batur menyebarkan ilmu hitam.

Raja Mengwi pun mengutus Ki Bendesa Gumiar untuk melawan Ki Balian Batur. Pertempuran antara Ki Bendesa Gumiar dan Ki Balian Batur yang sakti pun tidak terhindarkan.

Pada pertempuran tersebut, Ki Balian Batur mampu ditundukkan  oleh Ki Bendesa Gumiar dengan menggunakan senjata pusaka dari Kerajaan Klungkung.

Senjata tersebut bernama Bedil Ki Narantaka dan peluru Ki Selisik. Namun sebelum meninggal, Ki Balian Batur berpesan agar Kerajaan Mengwi menjaga persatuan dengan kerajaan Klungkung.

“Ya, Jika tidak, maka sukma Ki Balian Batur tidak henti-hentinya membuat gerubug di Bumi Mengwi,” tandas Sukadana.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/