MANGUPURA – Pemerintah Republik Indonesia dan Tiongkok boleh bersitegang soal batas perairan di Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau.
Namun, hubungan budaya kedua negara tetap berlangsung harmonis. Hal ini tampak pada ajang Bonjour Century Star (BCS) yang pertama kali digelar di Bali.
BCS yang merupakan sekolah pencarian bakat di Tiongkok ini tampil bersama anak-anak berbakat Negeri Tirai Bambu di Holiday Inn Baruna, Kuta, Jumat (3/12) lalu.
Dengan menggandeng Lembaga kerjasama ekonomi, sosial dan budaya Indonesia-Tiongkok (LIT) Bali Nusra, pemenang lomba
pencarian bakat tersebut kemudian diberikan kesempatan untuk pentas dalam BCS China-Indonesia Culture and Art Exchange Festival Awards Ceremony.
Menariknya, kegiatan ini berkolaborasi dengan seniman muda lokal. Kolaborasi dibuat dengan tujuan mempererat hubungan bilateral Indonesia dengan Tiongkok di bidang ekonomi sosial dan budaya.
Menurut Ketua Lembaga kerjasama ekonomi sosial dan budaya Indonesia – Tiongkok (LIT) Bali Nusra, So Tho Hem Ming didampingi
Sekjen Pintono Arief Priyono berbagai bentuk kesenian tiongkok ditampilkan pada festival pertukaran kesenian dan budaya ini.
Di antaranya, olah vokal, seni tari, seni bela diri, seni musik tradisional dan fashion show. “Pada festival ini juga diserahkan
piagam penghargaan atas prestasi yang diraih oleh anak anak dan remaja Tiongkok dalam ajang pencarian bakat tersebut,” katanya ditemui di sela kegiatan.
Pihaknya menyampaikan, kegiatan ini pertama kali diadakan di pulau Bali. Dipilihnya Bali sebagai tempat pagelaran, karena Bali adalah tujuan wisata yang paling utama oleh warga Tiongkok.
Bahkan Bali, kata dia, sebagai pilihan hadiah tour wisata untuk pemenang kompetisi. “Ini juga sebagai hadiah untuk liburan ke pulau Bali untuk pemenang pencarian bakat,” pungkasnya.
So Tho Hem Ming menambahkan, kedepan pihaknya akan berencana membawa seniman Bali ke Tiongkok untuk tampil.
Karena menurutnya, kebudayaan Bali sangat disukai oleh warga Tiongkok. Bahkan kata dia, hal serupa pernah dilakukan di Nusa Dua yakni menampilkan kolaborasi seni budaya Bali dan Tiongkok.
“Direncanakan kegiatan ini akan digelar dua kali dalam setahun di Bali,” bebernya. Festival kesenian ini disambut baik oleh praktisi pariwisata Eddy Sunyoto.
Dikatakan, ide ini bukan sekedar pertukaran budaya, namun juga menyambung persaudaraan melalui budaya.
Dirinya menilai, hal ini menjadi dampak yang positif bagi pariwisata bali. Karena hasil dari pagelaran festival ini akan ditayangkan pada siaran televisi di Tiongkok.
“Kedepan diharapkan hal-hal seperti ini lebih rutin diadakan,” harapnya. Hal senada disampaikan ketua umum DPP Nawa Cita Pariwisata Indonesia, Gusti Kade Sutawa.
Pihaknya menyebut, festival kesenian yang melibatkan anak anak ini dapat menunjang pariwisata. Dirinya sangat mendukung, dan diharapkan acara ini agar terus dilaksanakan di Bali
termasuk festival-festival lainnya yang melibatkan wisatawan asing. “Tidak hanya di bali, diharapkan hal serupa juga dilakukan di seluruh Indonesia,” ucapnya.