26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 3:19 AM WIB

Promo Album Kedelapan, Endank Soekamti Show dari Radio ke Radio

RadarBali.com – Eksistensi punk rock asal Jogjakarta Endank Soekamti dijalur musik tanah air tak perlu diragukan lagi.

Wajar Kamtis Family begitu antusias kala mereka tampil di dua kota di Bali secara beruntun yakni Singaraja dan Denpasar.

Dalam aksi tandang mereka kali ini, band terdiri dari Erik, Dory, dan drummer mereka Super SAS (Tony Saputro) baru saja menyelesaikan album kedelapan yang digarap dengan unik.

Di mana rekaman album ini dilakukan di atas kapal dengan berkeliling daerah Papua selama 30 hari penuh.

Di album ke tujuh, Endank Soekamti sempat melakukan rekaman terbuka di pulau terpencil yakni Gili Sudak, Lombok dalam kurun waktu yang sama.

Ditemui usai tampil di acara Road to Soundrenaline 2-17 yang berlangsung di Taman Gong Perdamaian Kertalangu, Sabtu (5/8) malam lalu, Erik Soekamti mengatakan, album ke delapan Endank Soekamti memiliki perbedaan di beberapa partnya dibanding album sebelumnya.

Selain perbedaan mendasar yakni menggarap album di atas kapal, juga ada sentuhan alat musik tiup brass.

“Mungkin hanya itu saja sih perbedaannya. Dan, dari segi lokasi, kalau dibanding dengan Gili Sudak, kan menetap, nah kalau di Papua kita keliling,” ucapnya.

Dalam pembuatan materi lagu di album ke delapan ini, materi lagu ditulis di Papua seketika itu juga.

Sebelum berangkat ke Papua, mereka hanya membuat konsep berdasarkan sesuatu yang relevan dari pengetahuan yang dialami.

Menariknya, dalam 14 lagu yang direkam, diselesaikan hanya dalam 6 hari saja. “Prosesnya sangat cepat sekali, kalau yang dulu bisa dua minggu. Tapi kendalanya di album ini, pada suara genset. Karena harus berbagi dengan kebutuhan kapal juga,” terang Erik.

Setelah proses rekaman rampung, ternyata tidak ada kegiatan yang dilakukan. Sehingga tercetus kembali untuk mengisi waktu luang dengan membuat karya yakni tambahan dua lagu salah satunya berjudul “waktu”.

Dan, rekamannya tersebut pun dilakukan dengan memanfaatkan studio di salah satu kabupaten di Papua.

“Karena alat sudah semua dikirim ke Jogja. Kami memang tidak memasukkan musik endemik setempat. Karena rata-rata alatnya sudah modern. Dan lagu yang kami buat bisa general,” bebernya.

Selama 30 hari berada di Papua, ada 61 karya yang dihasilkan band bentukan 2001 ini. Mulai dari buku, 30 karya film pendek, mengajar animasi dan beberapa dan 16 lagu album kedelapan.

Menariknya, dalam album yang rencananya akan dirilis pada September mendatang, salah satu single andalan berjudul “Salam Indonesia” dipromosikan lewat 403 radio di seluruh Indonesia selama 17 hari sejak awal Agustus lalu.

Cara ini dilakukan sebagai bentuk meningkatkan efisiensi menggaungkan semangat mendengarkan radio.

“Meski efeknya tidak banyak, minimal dengan cara ini masyarakat sadar tidak bisa meninggalkan radio. Kami besar lewat radio, masak di saat seperti ini tidak dibantu. Untuk digital pasti kami akan lakukan promonya setelah di Radio,” pungkasnya.

RadarBali.com – Eksistensi punk rock asal Jogjakarta Endank Soekamti dijalur musik tanah air tak perlu diragukan lagi.

Wajar Kamtis Family begitu antusias kala mereka tampil di dua kota di Bali secara beruntun yakni Singaraja dan Denpasar.

Dalam aksi tandang mereka kali ini, band terdiri dari Erik, Dory, dan drummer mereka Super SAS (Tony Saputro) baru saja menyelesaikan album kedelapan yang digarap dengan unik.

Di mana rekaman album ini dilakukan di atas kapal dengan berkeliling daerah Papua selama 30 hari penuh.

Di album ke tujuh, Endank Soekamti sempat melakukan rekaman terbuka di pulau terpencil yakni Gili Sudak, Lombok dalam kurun waktu yang sama.

Ditemui usai tampil di acara Road to Soundrenaline 2-17 yang berlangsung di Taman Gong Perdamaian Kertalangu, Sabtu (5/8) malam lalu, Erik Soekamti mengatakan, album ke delapan Endank Soekamti memiliki perbedaan di beberapa partnya dibanding album sebelumnya.

Selain perbedaan mendasar yakni menggarap album di atas kapal, juga ada sentuhan alat musik tiup brass.

“Mungkin hanya itu saja sih perbedaannya. Dan, dari segi lokasi, kalau dibanding dengan Gili Sudak, kan menetap, nah kalau di Papua kita keliling,” ucapnya.

Dalam pembuatan materi lagu di album ke delapan ini, materi lagu ditulis di Papua seketika itu juga.

Sebelum berangkat ke Papua, mereka hanya membuat konsep berdasarkan sesuatu yang relevan dari pengetahuan yang dialami.

Menariknya, dalam 14 lagu yang direkam, diselesaikan hanya dalam 6 hari saja. “Prosesnya sangat cepat sekali, kalau yang dulu bisa dua minggu. Tapi kendalanya di album ini, pada suara genset. Karena harus berbagi dengan kebutuhan kapal juga,” terang Erik.

Setelah proses rekaman rampung, ternyata tidak ada kegiatan yang dilakukan. Sehingga tercetus kembali untuk mengisi waktu luang dengan membuat karya yakni tambahan dua lagu salah satunya berjudul “waktu”.

Dan, rekamannya tersebut pun dilakukan dengan memanfaatkan studio di salah satu kabupaten di Papua.

“Karena alat sudah semua dikirim ke Jogja. Kami memang tidak memasukkan musik endemik setempat. Karena rata-rata alatnya sudah modern. Dan lagu yang kami buat bisa general,” bebernya.

Selama 30 hari berada di Papua, ada 61 karya yang dihasilkan band bentukan 2001 ini. Mulai dari buku, 30 karya film pendek, mengajar animasi dan beberapa dan 16 lagu album kedelapan.

Menariknya, dalam album yang rencananya akan dirilis pada September mendatang, salah satu single andalan berjudul “Salam Indonesia” dipromosikan lewat 403 radio di seluruh Indonesia selama 17 hari sejak awal Agustus lalu.

Cara ini dilakukan sebagai bentuk meningkatkan efisiensi menggaungkan semangat mendengarkan radio.

“Meski efeknya tidak banyak, minimal dengan cara ini masyarakat sadar tidak bisa meninggalkan radio. Kami besar lewat radio, masak di saat seperti ini tidak dibantu. Untuk digital pasti kami akan lakukan promonya setelah di Radio,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/