28.1 C
Jakarta
22 November 2024, 20:33 PM WIB

Mati Suri, Teater Sastra Welang Kembali Lewat Kolaborasi Video Puisi

DENPASAR – Sempat mati suri dari dunia sastra Bali, kini Teater Sastra Welang akhirnya kembali. Video kolaborasi pembacaan puisi berjudul Ia Yang Datang Tiap Malam pun jadi tanda awal kembalinya mereka.

Puisi ini merupakan karya dari Moch Satrio Welang dan dirilis resmi pada Senin (6/7) lalu. Kolaborasi ini melibatkan empat penyair.

Di antaranya Pranita Dewi, Ayu Winastri, Achmad Obe Marzuki, Moch Satrio Welang dan seorang pegiat teater, Legu Adi Wiguna.  

Legu Adi Wiguna, sendiri merupakan sosok yang lebih dikenal sebagai sutradara, penata artistik ini didapuk menjadi nahkoda dalam penggarapan video art kolaborasi ini.

Dia mengurusi proses pengambilan gambar hingga proses penyuntingan. Konsepnya dilakukan dengan sangat sederhana, terinspirasi dari filosofi tokoh Teater Indonesia, Putu Wijaya.

Puisi Ia yang Datang Tiap Malam ini sebagai bentuk karya puisi, telah dialihkreasikan dalam bentuk musikalisasi puisi oleh pegiat teater dan musisi Heri Windi Anggara,

yang telah diperkenalkan ke publik untuk pertama kalinya tahun lalu, melalui pagelaran Lomuisi Tetra Welang 2019. 

Si penyair cantik, Pranita Dewi menjelaskan bahwa kolaborasi ini merupakan upaya para pegiat seni muda mengisi ruang – ruang kosong dan mengasah kreatifitas untuk selalu terjaga melalui puisi.

“Jika kita percaya pada cita-cita tentang puisi yang baik dan dengan demikian berarti ‘puisi murni’, yang didambakan sejak masa nirbahasa sampai tarikh post modern in,

maka kita pun percaya, lagu dan makna, bentuk dan isi, nyanyi dan inti, rima dan getar hati, hadir secara seimbang dalam komposisi,” jelas wanita

yang pernah merilis buku puisi tunggal bertajuk “Pelacur Para Dewa” di tahun 2006 silam ini, saat ditemui di Denpasar, Rabu (8/7).

Sementara itu, Moch Satrio Welang selaku penggagas program, menyatakan, selain memperkenalkan karya baru, dia juga berupaya merangkul para penyair yang juga para sahabatnya

untuk meramaikan dan memberi warna tersendiri dalam penampilan pembacaan kolaborasi  di video art yang berdurasi sekitar empat menit ini.

Puisi ini diambil karena tidak hanya mengangkat sisi romantisme, tapi juga menghadirkan kesatiran hidup, seperti dalam larik, ‘darah mengolam di bola mata anak- anak, menghanyutkan mimpi mereka’.

“Ini bentuk keprihatinan sosial di masyarakat yang saat ini sedang mengalami kesulitan di segala lini. Walaupun tidak ditujukan khusus mengenai pandemi ini,

setidaknya terdapat kesamaan nuansa, kesatiran, getir yang sedang dialami penduduk di penjuru dunia baik itu krisis pangan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, rasa aman untuk menatap masa depan,” ujarnya.

Puisi Ia Yang Datang Tiap Malam ini juga nantinya akan dimasukkan dalam album musikalisasi puisi ketiga Teater Sasta Welang, yang jadwal peluncurannya terpukul mundur pandemi menjadi tahun depan 2021.

Sebelumnya Teater Sastra Welang telah meluncurkan dua album musikalisasi puisi, yakni Taman Bunga (2013) dan Instalasi Bulan dan Matahari (2016). 

DENPASAR – Sempat mati suri dari dunia sastra Bali, kini Teater Sastra Welang akhirnya kembali. Video kolaborasi pembacaan puisi berjudul Ia Yang Datang Tiap Malam pun jadi tanda awal kembalinya mereka.

Puisi ini merupakan karya dari Moch Satrio Welang dan dirilis resmi pada Senin (6/7) lalu. Kolaborasi ini melibatkan empat penyair.

Di antaranya Pranita Dewi, Ayu Winastri, Achmad Obe Marzuki, Moch Satrio Welang dan seorang pegiat teater, Legu Adi Wiguna.  

Legu Adi Wiguna, sendiri merupakan sosok yang lebih dikenal sebagai sutradara, penata artistik ini didapuk menjadi nahkoda dalam penggarapan video art kolaborasi ini.

Dia mengurusi proses pengambilan gambar hingga proses penyuntingan. Konsepnya dilakukan dengan sangat sederhana, terinspirasi dari filosofi tokoh Teater Indonesia, Putu Wijaya.

Puisi Ia yang Datang Tiap Malam ini sebagai bentuk karya puisi, telah dialihkreasikan dalam bentuk musikalisasi puisi oleh pegiat teater dan musisi Heri Windi Anggara,

yang telah diperkenalkan ke publik untuk pertama kalinya tahun lalu, melalui pagelaran Lomuisi Tetra Welang 2019. 

Si penyair cantik, Pranita Dewi menjelaskan bahwa kolaborasi ini merupakan upaya para pegiat seni muda mengisi ruang – ruang kosong dan mengasah kreatifitas untuk selalu terjaga melalui puisi.

“Jika kita percaya pada cita-cita tentang puisi yang baik dan dengan demikian berarti ‘puisi murni’, yang didambakan sejak masa nirbahasa sampai tarikh post modern in,

maka kita pun percaya, lagu dan makna, bentuk dan isi, nyanyi dan inti, rima dan getar hati, hadir secara seimbang dalam komposisi,” jelas wanita

yang pernah merilis buku puisi tunggal bertajuk “Pelacur Para Dewa” di tahun 2006 silam ini, saat ditemui di Denpasar, Rabu (8/7).

Sementara itu, Moch Satrio Welang selaku penggagas program, menyatakan, selain memperkenalkan karya baru, dia juga berupaya merangkul para penyair yang juga para sahabatnya

untuk meramaikan dan memberi warna tersendiri dalam penampilan pembacaan kolaborasi  di video art yang berdurasi sekitar empat menit ini.

Puisi ini diambil karena tidak hanya mengangkat sisi romantisme, tapi juga menghadirkan kesatiran hidup, seperti dalam larik, ‘darah mengolam di bola mata anak- anak, menghanyutkan mimpi mereka’.

“Ini bentuk keprihatinan sosial di masyarakat yang saat ini sedang mengalami kesulitan di segala lini. Walaupun tidak ditujukan khusus mengenai pandemi ini,

setidaknya terdapat kesamaan nuansa, kesatiran, getir yang sedang dialami penduduk di penjuru dunia baik itu krisis pangan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, rasa aman untuk menatap masa depan,” ujarnya.

Puisi Ia Yang Datang Tiap Malam ini juga nantinya akan dimasukkan dalam album musikalisasi puisi ketiga Teater Sasta Welang, yang jadwal peluncurannya terpukul mundur pandemi menjadi tahun depan 2021.

Sebelumnya Teater Sastra Welang telah meluncurkan dua album musikalisasi puisi, yakni Taman Bunga (2013) dan Instalasi Bulan dan Matahari (2016). 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/