27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 7:51 AM WIB

Umbu Beristirahat Sementara di Ruang Sunyi dengan Ritual Sumba

MANGUPURA – Mantan “Presiden Malioboro” itu akhirnya beristirahat di ruang sunyi sementara di Taman Makam Kristiani Mumbul, Jalan Bypass Ngurah Rai, Badung Senin siang (12/4). Sempat ada kerumitan yang dialami pihak keluarga karena situasi pandemi ini untuk memakamkan mendiang.

 

Pada akhirnya untuk sementara Umbu Wulang Landu Paranggi  dilakukan upacara kurukudu, sebuah ritual adat Sumba. Upacara kurukudu berintikan mengantarkan Umbu ke ruang sunyi untuk berinstirahat sementara, sebelum pemakaman nanti dilakukan di tanah Sumba. 

 

Rangkaian upacara kurukudu  dilakukan oleh pihak keluarga yang berjumlah 15 orang, baik yang datang dari Sumba maupun yang bermukim di Bali. Terhadap ULP dilakukan juga liturgi menurut tata cara Kristiani yang diikuti dengan ritual kurukudu, sebagaimana yang selama ini menjadi tradisi dan adat orang Sumba.

 

ULP beristirahat di blok khusus sendiri dengan jaminan 20 tahun dan diberikan perawatan oleh pihak yayasan pengelola taman pemakaman. Jenazah ULP  diantarkan langsung oleh Tim BPBD dari RSBM menuju ruang sunyi peristirahatan di Taman Pemakaman Kristiani Mumbul dengan tata cara khusus.

 

Mengantarkan keberangkatan Umbu, Wayan “Jengki” Sunartha dan Ni Wayan Eka Pranita Dewi  yang merupakan murid ULP  membacakan puisi mendiang  sebagai tanda kasih dan penghormatan kepada guru mereka.  Jengki Sunarta membawakan puisi Kata Kata Kata karya Umbu dan Kuda, karya Jengki yang didedikasikan untuk Umbu dan  dari Pranita Dewi dengan judul Sajak Kecil karya Umbu.

 

Prosesi peristirahatan ULP di ruang sunyi  disiarkan secara live streaming melalui kanal Zoom/Youtube/FB/IG. Bahkan, ritual terus berlanjut sampai malam hari yang beranam upacara pawala.  Keluarga mendiang berjaga menunggu jenazah Umbu di tempat makam.  

 

Salah seorang muridnya yang juga istri Gubernur Bali, Ni Putu Suastini Koster memberikan sambutan dan penghormatan. 

 

 

“Namun, bukan berarti kami sedih, hanya saja kami merasa secara fisik (kini, red) kami tidak bisa berdekatan. Secara fisik kehilangan namun kami juga bersyukur bahwa Bapak Umbu kini telah pergi untuk meraih kebahagiaan,” ujar Putri Koster di sela prosesi penghormatan inkulturasi antara liturgi Kristiani dan ritual Kurukudu dalam tradisi Sumba. 

Menurut  Putri, saat ini jenazah mendiang akan ‘diistirahatkan’ sementara di lokasi tersebut sembari menunggu kondisi sudah memungkinkan untuk membawa mendiang ke tempat peristirahatannya yang terakhir, di tanah kelahirannya, Sumba, NTT. “Tentunya menjadi tanggung jawab kita yang merasa sebagai murid mahaguru, jangan bangga saja mari kita petik apa-apa yang sudah beliau berikan tidak hanya bersastra, namun juga lelaku hidup yang baik. Mari kita petik lelaku hidupnya dan jadikan pedoman.

Karena di balik kepolosan dan konsistensi beliau di dunia sastra, beliau tidak hanya berlaku sebagai guru sastra tetapi ‘guru alam’ bagi kita semua,” ujarnya 

Putri Koster juga sangat mengagumi jasa-jasa sosok yang sering disebut mahaguru para penyair di Indonesia tersebut bagi perkembangan dunia sastra di Bali, meskipun Pulau Dewata bukan merupakan tanah kelahirannya.

 

“Bayangkan beliau yang lahir dari darah biru, keluarga bangsawan di tanah Sumba, nyatanya berperan besar dalam tatanan tingkah laku hidup yang baik di Bali, Jawa, Sumatera dan lainnya. Itu yang membuat kita semakin bangga dengan beliau,” tukasnya di hadapan keluarga, kerabat dan insan sastra yang hadir.

Dirinya juga mengibaratkan sang penyair seperti satu sayap yang mengepak menempuh jalan sunyi, sementara  sayap lainnya dikepak sang istri, untuk menata kehidupan keluarga.

 

“Keduanya, sama-sama memberikan makna pada orang-orang di sekitarnya, beliau telah menorehkan banyak pelajaran hidup kepada para muridnya yang tersebar di seluruh Tanah Air.  Terus bergerak di ruang sunyi, tak kenal lelah,” katanya.

Seperti diketahaui penyair yang dijuluki pula dengan sebutan ‘Presiden Malioboro’ tersebut meninggal dunia pada Selasa (6/4) dini hari di RS Bali Mandara, Denpasar, Bali setelah sebelumnya sempat dirawat selama 3 hari. Umbu merupakan penyair besar Indonesia yang juga sosok mahaguru para penyair yang lahir di Kananggar, Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, 10 Agustus 1943.  Dari tangannya telah lahir banyak penyair maupun sastrawan besar, sebut saja Emha Ainun Nadjib, Korrie Layun Rampan, Linus Suryadi AG. Di Bali, sejumlah penyair dan sastrawan juga lahir dari tangan dingin Umbu. Ia meninggal pada Selasa, 6 April 2021 pagi di RS Bali Mandara pada usia 77 tahun.

MANGUPURA – Mantan “Presiden Malioboro” itu akhirnya beristirahat di ruang sunyi sementara di Taman Makam Kristiani Mumbul, Jalan Bypass Ngurah Rai, Badung Senin siang (12/4). Sempat ada kerumitan yang dialami pihak keluarga karena situasi pandemi ini untuk memakamkan mendiang.

 

Pada akhirnya untuk sementara Umbu Wulang Landu Paranggi  dilakukan upacara kurukudu, sebuah ritual adat Sumba. Upacara kurukudu berintikan mengantarkan Umbu ke ruang sunyi untuk berinstirahat sementara, sebelum pemakaman nanti dilakukan di tanah Sumba. 

 

Rangkaian upacara kurukudu  dilakukan oleh pihak keluarga yang berjumlah 15 orang, baik yang datang dari Sumba maupun yang bermukim di Bali. Terhadap ULP dilakukan juga liturgi menurut tata cara Kristiani yang diikuti dengan ritual kurukudu, sebagaimana yang selama ini menjadi tradisi dan adat orang Sumba.

 

ULP beristirahat di blok khusus sendiri dengan jaminan 20 tahun dan diberikan perawatan oleh pihak yayasan pengelola taman pemakaman. Jenazah ULP  diantarkan langsung oleh Tim BPBD dari RSBM menuju ruang sunyi peristirahatan di Taman Pemakaman Kristiani Mumbul dengan tata cara khusus.

 

Mengantarkan keberangkatan Umbu, Wayan “Jengki” Sunartha dan Ni Wayan Eka Pranita Dewi  yang merupakan murid ULP  membacakan puisi mendiang  sebagai tanda kasih dan penghormatan kepada guru mereka.  Jengki Sunarta membawakan puisi Kata Kata Kata karya Umbu dan Kuda, karya Jengki yang didedikasikan untuk Umbu dan  dari Pranita Dewi dengan judul Sajak Kecil karya Umbu.

 

Prosesi peristirahatan ULP di ruang sunyi  disiarkan secara live streaming melalui kanal Zoom/Youtube/FB/IG. Bahkan, ritual terus berlanjut sampai malam hari yang beranam upacara pawala.  Keluarga mendiang berjaga menunggu jenazah Umbu di tempat makam.  

 

Salah seorang muridnya yang juga istri Gubernur Bali, Ni Putu Suastini Koster memberikan sambutan dan penghormatan. 

 

 

“Namun, bukan berarti kami sedih, hanya saja kami merasa secara fisik (kini, red) kami tidak bisa berdekatan. Secara fisik kehilangan namun kami juga bersyukur bahwa Bapak Umbu kini telah pergi untuk meraih kebahagiaan,” ujar Putri Koster di sela prosesi penghormatan inkulturasi antara liturgi Kristiani dan ritual Kurukudu dalam tradisi Sumba. 

Menurut  Putri, saat ini jenazah mendiang akan ‘diistirahatkan’ sementara di lokasi tersebut sembari menunggu kondisi sudah memungkinkan untuk membawa mendiang ke tempat peristirahatannya yang terakhir, di tanah kelahirannya, Sumba, NTT. “Tentunya menjadi tanggung jawab kita yang merasa sebagai murid mahaguru, jangan bangga saja mari kita petik apa-apa yang sudah beliau berikan tidak hanya bersastra, namun juga lelaku hidup yang baik. Mari kita petik lelaku hidupnya dan jadikan pedoman.

Karena di balik kepolosan dan konsistensi beliau di dunia sastra, beliau tidak hanya berlaku sebagai guru sastra tetapi ‘guru alam’ bagi kita semua,” ujarnya 

Putri Koster juga sangat mengagumi jasa-jasa sosok yang sering disebut mahaguru para penyair di Indonesia tersebut bagi perkembangan dunia sastra di Bali, meskipun Pulau Dewata bukan merupakan tanah kelahirannya.

 

“Bayangkan beliau yang lahir dari darah biru, keluarga bangsawan di tanah Sumba, nyatanya berperan besar dalam tatanan tingkah laku hidup yang baik di Bali, Jawa, Sumatera dan lainnya. Itu yang membuat kita semakin bangga dengan beliau,” tukasnya di hadapan keluarga, kerabat dan insan sastra yang hadir.

Dirinya juga mengibaratkan sang penyair seperti satu sayap yang mengepak menempuh jalan sunyi, sementara  sayap lainnya dikepak sang istri, untuk menata kehidupan keluarga.

 

“Keduanya, sama-sama memberikan makna pada orang-orang di sekitarnya, beliau telah menorehkan banyak pelajaran hidup kepada para muridnya yang tersebar di seluruh Tanah Air.  Terus bergerak di ruang sunyi, tak kenal lelah,” katanya.

Seperti diketahaui penyair yang dijuluki pula dengan sebutan ‘Presiden Malioboro’ tersebut meninggal dunia pada Selasa (6/4) dini hari di RS Bali Mandara, Denpasar, Bali setelah sebelumnya sempat dirawat selama 3 hari. Umbu merupakan penyair besar Indonesia yang juga sosok mahaguru para penyair yang lahir di Kananggar, Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, 10 Agustus 1943.  Dari tangannya telah lahir banyak penyair maupun sastrawan besar, sebut saja Emha Ainun Nadjib, Korrie Layun Rampan, Linus Suryadi AG. Di Bali, sejumlah penyair dan sastrawan juga lahir dari tangan dingin Umbu. Ia meninggal pada Selasa, 6 April 2021 pagi di RS Bali Mandara pada usia 77 tahun.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/