RadarBali.com – Berawal dari diunggahnya hasil karyanya ke Youtube oleh seseorang, pindekan atau baling-baling bambu karya seniman asal Dusun Pasek, Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, I Ketut Sabar menjadi buruan warga.
Hal ini karena baling-baling bambu buatannya bukan baling-baling bambu biasa yang mengeluarkan suara sekadarnya.
Baling-baling bambu buatan Ketut Sabar ini mengeluarkan suara mirip gamelan. Sayangnya tingginya permintaan dari konsumen yang tidak hanya datang dari Bali namun juga dari luar Bali itu tidak bisa dipenuhinya.
Banyaknya pesanan baling-baling bambu yang tidak bisa dia terima, menurut Ketut Sabar yang ditemui di bengkelnya, Minggu (12/11) karena baling-baling bambu tersebut dikerjakan dengan bantuan keluarganya saja.
Kecewa dengan sikap pekerjanya terdahulu yang setelah mendapat ilmu darinya lalu mengundurkan diri dan membuat usaha sendiri, merupakan penyebab dia tidak berkeinginan mencari tenaga kerja yang bisa membantunya memenuhi pesanan.
“Sempat ada keinginan mempatenkan pindekan yang saya uji coba sejak tahun 1991 dan akhirnya berhasil tahun 2015 lalu ini. Tapi setelah dipikir-pikir terlalu saklek karena ini karya seni bukan kerajinan bagi saya,” ujarnya.
Dengan kondisi tanpa bantuan pekerja, untuk satu buah baling-baling bambu karyanya itu butuh waktu hingga lima hari pengerjaan.
Namun jika ada yang memesan, biasanya dia meminta waktu hingga satu bulan. “Karena saya tidak punya stok. Selesai buat sudah ada yang mengambil.
Dan dalam membuat saya tidak mau dikejar-kejar karena ini merupakan karya seni. Saya sempat kejar pesanan, jadinya malah sakit dan harus di opname,” kata bapak dua orang anak ini.
Untuk masalah harga, menurutnya, tergantung suara yang diinginkan konsumen. Mulai dari Rp 300 ribu hingga jutaan rupiah per unit untuk baling-baling bambu.
Saking terkenalnya baling-baling bambu buatan Ketut Sabar, pesanan yang datang tidak hanya dari wilayah Bali, namun juga luar Bali dan luar negeri seperti Jakarta, Malang, Surabaya, dan Inggris.
“Untuk bisa membuat pindekan seperti ini, harus bisa megambel. Harus tahu suara gamelan dan angklung.
Dan sampai saat ini saya masih terus berkreasi agar bisa menciptakan pindekan yang bisa mengeluarkan suara mirip gamelan lainnya,” tandasnya.