RadarBali.com – Masyarakat Bali patut berbangga. Sastrawan wanita asli Bali, Oka Rusmini terpilih menjadi salah seorang dari 72 ikon yang akan menerima penghargaan di Jakarta Convention Centre (JCC), Senin (21/8) mendatang.
Berdasar informasi yang diterima Jawa Pos Radar Bali, Selasa (15/8) kemarin, penghargaan tersebut diraih karena ibu satu anak ini kerap mengikuti hajatan sastra nasional dan internasional.
Salah satunya Fankfurt Book Fair, Frankfurt Jerman (2015). Oka Rusmini diundang langsung Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) pada Festival Prestasi Indonesia 2017.
Undangan bernomor B. 47/Ka/UKP/08/2017 tertanggal 7 Agustus 2017 itu ditandatangani langsung oleh Kepala UKP PIP, Yudi Latif.
Di dalam surat yang diterima Oka Rusmini tertera bahwa Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) akan memberikan penghargaan kepada 72 orang ikon berprestasi di republik ini.
Mereka adalah orang-orang yang telah berperan aktif dalam melakukan praktik-praktik terbaik di bidangnya masing-masing serta mengutamakan Pancasila dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Selain Oka Rusmini, ikon Bali yang dipastikan akan menerima penghargaan dari negara adalah I Gusti Kompyang Raka (maestro seni musik tradisional/gamelan dan tari Bali), Nyoman Nuarta (pematung, terkenal lewat karya Garuda Wisnu Kencana), Putu Wijaya (dramawan), dan Komang Sastrawan (karateka cilik asal Bali dengan prestasi internasional).
Oka Rusmini mengaku sangat bersyukur atas perhatian pemerintah terkait apa yang sudah ditekuninya selama ini.
“Bagi Mbok penghargaan dari negara ini bagus. Literasi selama ini tidak mendapat perhatian dari negara. Penghargaan untuk penggiat literasi hampir tidak ada,” ucapnya.
Menurutnya, penghargaan kepada 72 ikon Indonesia ini bagus. Pasalnya digabung dengan beragam prestasi dari bidang olah raga, musik, pejuang HAM dan lingkungan, juga teknokrat (cendekiawan yang berkiprah dalam pemerintahan), dan ilmuwan.
Sekadar diketahui, Oka Rusmini lahir di Jakarta, 11 Juli 1967. Tinggal di Denpasar, Bali. Menulis puisi, novel dan cerita pendek. Banyak memperoleh penghargaan.
Antara lain, Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2003, 2012), Anugerah Sastra Tantular , Balai Bahasa Denpasar (2012).
South East Asian (SEA) Write Award, Bangkok Thailand (2012) dan Kusala Sastra Khatulistiwa (2013/2014).
Sering diundang dalam berbagai forum sastra nasional dan internasional, antara lain Festival Sastra Winternachten di Den Haag dan Amsterdam, Belanda dan menjadi penulis tamu di Universitas Hamburg, Jerman (2003) dan Universitas Napoli, Italia (2015); Singapore Writers Festival di Singapura (2011); OZ Asia Festival di Adelaide, Australia (2013) dan Fankfurt Book Fair, Frankfurt Jerman (2015).
Bukunya yang telah terbit : Monolog Pohon (1997), Tarian Bumi (2000), Sagra (2001), Kenanga (2003), Patiwangi (2003), Warna Kita (2007), Akar Pule (2012), Erdentanz (novel Tarian Bumi edisi Jerman, 2007, 2015), Jordens Dans (novel Tarian Bumi edisi Swedia, 2011), Earth Dance (novel Tarian Bumi edisi Inggris, 2011) La danza della terra (Tarian Bumi edisi Italia, 2015), Tarian Bumi edisi Korea (2015), Pandora (2008), Tempurung (2010), dan Saiban (2014).