28.2 C
Jakarta
21 November 2024, 20:28 PM WIB

Kesengsem Balik ke Bali, Kerensa Johnston Rancang Pentas di…

DENPASAR – Kelompok teater Darah Rouge dikenal karena kerap mengangkat isu-isu kontemporer.

Seperti saat menggelar pertunjukan Menjahit Marat Sade, Cooking and Murder, Bule, Transisi, dan pertunjukan terbarunya yang berjudul Blue is the Colour of Love.

Pertunjukan terakhir disutradarai seniman pertunjukan dan penyair Imang Susu dan dikembangkan bersama aktor bernama Kerensa Dewantoro. 

Sebagai catatan, pada 12 Juni lalu teater Darah Rouge baru saja mereka menampilkan Blue is the Colour of Love di dua panggung di Bali. 22 dan 24 Juni di Bandung, dan 27 dan 28 Juni di Jakarta.

Suksesnya nama kelompok teater asal Bandung ini sebenarnya tidak terlepas dari sosok bernama aktor dan pendiri Darah Rouge bernama lengkap Kerensa Johnston Dewantoro.

Meski sudah menampilkan Blue is the Colour of Love di Bali, wanita kelahiran 28 Maret 1972 ini ingin kembali lagi ke Bali.

Termasuk kembali memuaskan hasrat seni teaternya di atas panggung. Berkaca dari kesuksesan dua panggung di Bali beberapa waktu lalu, wanita yang akrab disapa Kerensa ini ingin menjajal panggung lebih banyak di Bali.

“Saya akan kembali ke Bali lagi nanti. Mau coba di Singaraja,  Seminyak  dan tempat lain,” kata Karensa.

Alasan ingin kembali tampil di Bali bersama kelompok teater yang didirikannya, karena dirinya “marah” terhadap dunia kesenian yang ada di Bandung dan Jakarta.

Selain itu, antara dirinya dengan Bali memiliki ikatan emosional. Di mana dia memulai perjalanannya dalam seni kontemporer pertama kalinya yakni di Bali beberapa tahun lalu.

“Sebelumnya saya adalah penari topeng. Saya juga ingin menjadi manusia yang bebas,” terangnya. 

Dunia seni adalah jiwanya. Langkahnya tidak akan berhenti pada satu titik aman saja. Dalam waktu dekat, dia dan kawan-kawannya akan ikut South Borneo Art festival. 

Sementara Januari 2018 mendatang dia akan pentas di Melbourne Australia. Kerensa sendiri pertama kali ke Indonesia pada tahun 1990 silam dan belajar topeng bersama beberapa seniman Bali.

Hal ini juga yang membuatnya memiliki ikatan secara emosional dalam dunia seni dengan Bali. Tahun 2001, Kerensa menetap di Indonesia hingga sekarang.

Dia pernah mewakili Indonesia dengan naskah di Women Playwrights Conference di Swédia pada tahun 2012. Sebelum itu, di tahun 2006 dia juga mewakili Indonesia dalam kegiatan yang sama. 

DENPASAR – Kelompok teater Darah Rouge dikenal karena kerap mengangkat isu-isu kontemporer.

Seperti saat menggelar pertunjukan Menjahit Marat Sade, Cooking and Murder, Bule, Transisi, dan pertunjukan terbarunya yang berjudul Blue is the Colour of Love.

Pertunjukan terakhir disutradarai seniman pertunjukan dan penyair Imang Susu dan dikembangkan bersama aktor bernama Kerensa Dewantoro. 

Sebagai catatan, pada 12 Juni lalu teater Darah Rouge baru saja mereka menampilkan Blue is the Colour of Love di dua panggung di Bali. 22 dan 24 Juni di Bandung, dan 27 dan 28 Juni di Jakarta.

Suksesnya nama kelompok teater asal Bandung ini sebenarnya tidak terlepas dari sosok bernama aktor dan pendiri Darah Rouge bernama lengkap Kerensa Johnston Dewantoro.

Meski sudah menampilkan Blue is the Colour of Love di Bali, wanita kelahiran 28 Maret 1972 ini ingin kembali lagi ke Bali.

Termasuk kembali memuaskan hasrat seni teaternya di atas panggung. Berkaca dari kesuksesan dua panggung di Bali beberapa waktu lalu, wanita yang akrab disapa Kerensa ini ingin menjajal panggung lebih banyak di Bali.

“Saya akan kembali ke Bali lagi nanti. Mau coba di Singaraja,  Seminyak  dan tempat lain,” kata Karensa.

Alasan ingin kembali tampil di Bali bersama kelompok teater yang didirikannya, karena dirinya “marah” terhadap dunia kesenian yang ada di Bandung dan Jakarta.

Selain itu, antara dirinya dengan Bali memiliki ikatan emosional. Di mana dia memulai perjalanannya dalam seni kontemporer pertama kalinya yakni di Bali beberapa tahun lalu.

“Sebelumnya saya adalah penari topeng. Saya juga ingin menjadi manusia yang bebas,” terangnya. 

Dunia seni adalah jiwanya. Langkahnya tidak akan berhenti pada satu titik aman saja. Dalam waktu dekat, dia dan kawan-kawannya akan ikut South Borneo Art festival. 

Sementara Januari 2018 mendatang dia akan pentas di Melbourne Australia. Kerensa sendiri pertama kali ke Indonesia pada tahun 1990 silam dan belajar topeng bersama beberapa seniman Bali.

Hal ini juga yang membuatnya memiliki ikatan secara emosional dalam dunia seni dengan Bali. Tahun 2001, Kerensa menetap di Indonesia hingga sekarang.

Dia pernah mewakili Indonesia dengan naskah di Women Playwrights Conference di Swédia pada tahun 2012. Sebelum itu, di tahun 2006 dia juga mewakili Indonesia dalam kegiatan yang sama. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/