26.5 C
Jakarta
21 November 2024, 1:26 AM WIB

Pentas Virtual Disbud, Sonia: Seni Pertunjukan Tak Akan Pernah Mati

DENPASAR – Komunitas Mahima, Buleleng ambil bagian dalam pagelaran seni virtual “Bung Karno dan Bali” yang diprakarsai Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.

Melalui kanal youtube, Minggu (21/6) pukul 19.00-21.00, komunitas seni yang dibina penyair Made Adnyana Ole dan Kadek Sonia Piscayanti akan mementaskan puisi musik dan video.

“Yang kami angkat Ibu Bung Karno, Nyoman Rai Srimben dalam musik puisi. Karena musik puisi bagi saya saat ini bisa efektif menyampaikan pesan dan karakter seorang ibu bangsa,” ucap Sonia.

Mahima sebagai lembaga seni budaya, ungkapnya merespons positif inisiatif Disbud Bali. Sebab di masa pandemi, seniman tetap bisa berkarya.

“Visinya adalah berbagi melalui karya seni. Maka Mahima menyambut ini dengan baik. Saya pikir kesenian yang baik adalah kesenian yang menghormati keadaan.

Jadi, karena keadaan begini, solusinya adalah pentas virtual. Dan ini membuat kita belajar memikirkan kembali platform platform baru untuk berkesenian,” ungkap dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha itu.

Tentang karya seni virtual, ibu Putu Putik Padi dan Kadek Kayu Hujan menyebut platform itu sesungguhnya sudah lama ada. Akan tetapi jarang digunakan pada situasi normal.

Menurut Sonia, kebutuhan seni utamanya seni pertunjukan adalah audiens live yang real. Namun, di masa pandemi konsep audiens live bergeser menjadi live di platform online.

Ini menjadikan target berubah. Seniman dituntut menyesuaikan. Dan itu baginya tidak masalah. “PKB ditiadakan. Langkah ini sangat tepat. Pentas virtual sangat bisa dijadikan alternatif pengganti.

Jadi, ini saatnya mengkonsep ulang ukuran-ukuran lama untuk menjustifikasi sebuah seni utamanya seni pertunjukan,” ulasnya.

Pentas virtual, tandas Sonia banyak sekali nilai plusnya. Karya seniman disimpan dalam platform digital yang tentunya akan tersimpan selamanya.

Otomatis akan menjadi dokumentasi bagus bagi seniman yang dominan sering abai pada dokumentasi. “Sekarang dituntut harus mendokumentasikan sendiri karyanya. Ini kemajuan. Dari segi dokumentasi karya,” tegasnya.

Lebih lanjut, Sonia Piscayanti mengungkapkan, Mahima saat ini menjalankan program Mendongeng dari Rumah dengan platform live Facebook.

Plus membuat video musik puisi yang disebar di sosmed serta menggarap video teater virtual. “Ini semua untuk tetap menjaga audiens. Konsepnya harus lebih apik dan menarik.

Karena pilihan audiens sangat luas sekarang. Kitalah yang harus berinovasi memelihara audiens. Dan salah satunya melalui berbagai cara, buat mendongeng online, musik puisi, maupun video pertunjukan (segera tayang, red),” urainya.

Sonia menegaskan seni pertunjukan tak akan pernah mati. Selama manusia masih ada, seni akan terus beradaptasi mengikuti keadaan. “Harus tetap semangat dan produktif,” pesannya. 

DENPASAR – Komunitas Mahima, Buleleng ambil bagian dalam pagelaran seni virtual “Bung Karno dan Bali” yang diprakarsai Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.

Melalui kanal youtube, Minggu (21/6) pukul 19.00-21.00, komunitas seni yang dibina penyair Made Adnyana Ole dan Kadek Sonia Piscayanti akan mementaskan puisi musik dan video.

“Yang kami angkat Ibu Bung Karno, Nyoman Rai Srimben dalam musik puisi. Karena musik puisi bagi saya saat ini bisa efektif menyampaikan pesan dan karakter seorang ibu bangsa,” ucap Sonia.

Mahima sebagai lembaga seni budaya, ungkapnya merespons positif inisiatif Disbud Bali. Sebab di masa pandemi, seniman tetap bisa berkarya.

“Visinya adalah berbagi melalui karya seni. Maka Mahima menyambut ini dengan baik. Saya pikir kesenian yang baik adalah kesenian yang menghormati keadaan.

Jadi, karena keadaan begini, solusinya adalah pentas virtual. Dan ini membuat kita belajar memikirkan kembali platform platform baru untuk berkesenian,” ungkap dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha itu.

Tentang karya seni virtual, ibu Putu Putik Padi dan Kadek Kayu Hujan menyebut platform itu sesungguhnya sudah lama ada. Akan tetapi jarang digunakan pada situasi normal.

Menurut Sonia, kebutuhan seni utamanya seni pertunjukan adalah audiens live yang real. Namun, di masa pandemi konsep audiens live bergeser menjadi live di platform online.

Ini menjadikan target berubah. Seniman dituntut menyesuaikan. Dan itu baginya tidak masalah. “PKB ditiadakan. Langkah ini sangat tepat. Pentas virtual sangat bisa dijadikan alternatif pengganti.

Jadi, ini saatnya mengkonsep ulang ukuran-ukuran lama untuk menjustifikasi sebuah seni utamanya seni pertunjukan,” ulasnya.

Pentas virtual, tandas Sonia banyak sekali nilai plusnya. Karya seniman disimpan dalam platform digital yang tentunya akan tersimpan selamanya.

Otomatis akan menjadi dokumentasi bagus bagi seniman yang dominan sering abai pada dokumentasi. “Sekarang dituntut harus mendokumentasikan sendiri karyanya. Ini kemajuan. Dari segi dokumentasi karya,” tegasnya.

Lebih lanjut, Sonia Piscayanti mengungkapkan, Mahima saat ini menjalankan program Mendongeng dari Rumah dengan platform live Facebook.

Plus membuat video musik puisi yang disebar di sosmed serta menggarap video teater virtual. “Ini semua untuk tetap menjaga audiens. Konsepnya harus lebih apik dan menarik.

Karena pilihan audiens sangat luas sekarang. Kitalah yang harus berinovasi memelihara audiens. Dan salah satunya melalui berbagai cara, buat mendongeng online, musik puisi, maupun video pertunjukan (segera tayang, red),” urainya.

Sonia menegaskan seni pertunjukan tak akan pernah mati. Selama manusia masih ada, seni akan terus beradaptasi mengikuti keadaan. “Harus tetap semangat dan produktif,” pesannya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/