28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:40 AM WIB

Tumpek Kandang, Hari Kasih Sayang Ala Binatang di Bali

SINGARAJA – Hari tumpek kandang dirayakan oleh sebagian besar masyarakat di Bali, tak terkecuali di Kabupaten Buleleng.

Di Buleleng, sejumlah warga melakukan upacara yang cukup besar sebagai bentuk penghormatan kepada hewan dan pengamalan ajaran Tri Hita Karana. 

Tumpek kandang sendiri jatuh pada Sabtu (20/1) kemarin, bertepatan dengan Saniscara Kliwon Wuku Uye.

Salah satu yang melakukan upacara tumpek kandang atau tumpek uye, adalah Jro Mangku Made Sudirta, tokoh agama di Desa Kerobokan, Kecamatan Sawan.

Wartawan media lokal di Bali ini mengupacarai hewan-hewan peliharaannya, baik itu burung maupun anjing. Burung yang diupacarai pun cukup banyak.

Jumlahnya mencapai sepuluh ekor. Sebagian besar adalah burung koleksi, dan tak jarang ikut serta dalam kontes kicau burung yang menjadi trend belakangan ini.

Khusus untuk burung-burung peliharaannya, Sudirta meletakkan banten di hadapan sangkar-sangkar miliknya. Upacara dilangsungkan dengan khidmat dan berlangsung selama 30 menit.

Sudirta langsung memimpin jalannya prosesi upacara. Maklum saja, ia adalah pemangku di Dadia Telaga Waja, Desa Pakraman Kloncing.

Begitu selesai, ia langsung ngayabang banten dan mengarahkannya pada hewan-hewan peliharaannya. Setelah itu janur kelapa yang digunakan sebagai pembungkus ketupat, digantung pada sangkar.

Janur menjadi simbol harapan bahwa hewan-hewan itu akan berumur panjang. 

SINGARAJA – Hari tumpek kandang dirayakan oleh sebagian besar masyarakat di Bali, tak terkecuali di Kabupaten Buleleng.

Di Buleleng, sejumlah warga melakukan upacara yang cukup besar sebagai bentuk penghormatan kepada hewan dan pengamalan ajaran Tri Hita Karana. 

Tumpek kandang sendiri jatuh pada Sabtu (20/1) kemarin, bertepatan dengan Saniscara Kliwon Wuku Uye.

Salah satu yang melakukan upacara tumpek kandang atau tumpek uye, adalah Jro Mangku Made Sudirta, tokoh agama di Desa Kerobokan, Kecamatan Sawan.

Wartawan media lokal di Bali ini mengupacarai hewan-hewan peliharaannya, baik itu burung maupun anjing. Burung yang diupacarai pun cukup banyak.

Jumlahnya mencapai sepuluh ekor. Sebagian besar adalah burung koleksi, dan tak jarang ikut serta dalam kontes kicau burung yang menjadi trend belakangan ini.

Khusus untuk burung-burung peliharaannya, Sudirta meletakkan banten di hadapan sangkar-sangkar miliknya. Upacara dilangsungkan dengan khidmat dan berlangsung selama 30 menit.

Sudirta langsung memimpin jalannya prosesi upacara. Maklum saja, ia adalah pemangku di Dadia Telaga Waja, Desa Pakraman Kloncing.

Begitu selesai, ia langsung ngayabang banten dan mengarahkannya pada hewan-hewan peliharaannya. Setelah itu janur kelapa yang digunakan sebagai pembungkus ketupat, digantung pada sangkar.

Janur menjadi simbol harapan bahwa hewan-hewan itu akan berumur panjang. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/