GIANYAR – Mendiang Anak Agung Raka Payadnya namanya begitu lekat sebagai legenda dunia seni drama gong di Bali. Sebagai artis, lakon raja muda yang beliau perankan sangat memukau penonton.
Dikenal kharismatik dan penjiwaan totalnya tidak tertandingi, didukung penampilan yang luar biasa personil personel lainnya dari Sekaa Drama Gong Abianbase Gianyar, membuatnya mendapatkan tempat khusus di hati masyarakat Bali.
Anak Agung Gde Raka Payadnya dari Puri Abianbase, Banjar Kaja Kauh, Abianbase Gianyar, Bali. Ia berpulang menuju sunialoka, Kamis lalu, 22 September 2022, sekitar pukul 11.45 . Almarhum meninggal akibat sakit infeksi paru-paru.
Lebih dari sekadar seniman, mendiang bisa disebut sebagai tokoh kunci perintis dan menjadi penggerak utama seni drama gong di Bali. Kepemimpinan dan dedikasinya dalam memajukan seni, sudah sepantasnya dihargai tinggi.
Di sisi lain, mungkin banyak yang belum tahu bahwa Anak Agung Raka Payàdnya juga merupakan tokoh kepanduan di Bali, khususnya Gianyar. Kecintaan dan dedikasinya dalam kepramukaan sejak usia muda juga sangat besar.
Dari penuturan Anak Agung Sri Gamatri, yang merupakan putri ketiga Raka Payadnya, dituturkan bahwa seniman kelahiran 14 Agustus 1944 silam itu sempat dirawat selama 13 hari di Rumah Sakit Sanjiwani Gianyar.Sebelumnya, seniman besar itu menderita sakit parkinson yang rutin melakukan check up.“Di hari terakhir ayahanda kami tanggal 15 Januari 2007, masih jelas sekali dalam ingatan saya, Beliau datang besuk di RS Sanjiwani Gianyar dan berkelakar seperti biasanya. Tiba-tiba Ayah kami kondisinya ngedrop, semua panik, dan akhirnya meninggal berpegangan tangan dengan sahabatnya,” jelasnya. “Selamat Jalan, Legenda Drama Gong”. (dwi/ian)