TABANAN – Panggung terbuka di Taman Kota Tabanan sudah kelar. Bahkan, Sabtu (23/12), open stage dengan latar patung Garuda Wisnu itu langsung dijajal gelaran Festival Sagung Wah.
Acara yang digelar mulai Pukul 17.00 itu berlangsung di tengah langit mendung guyuran hujan. Sejumlah kesenian dan permainan tradisional tampil dalam pembukaan.
Barong bangkung, bakiak, hingga enggrang. Malamnya, sejumlah kesenian khas Tabanan tampil, diramaikan pula dengan barongsai.
Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti dan Wabup Komang Gede Sanjaya beserta sejumlah pejabat dan anggota DPRD Tabanan tampak hadir.
Namun, kondisi lokasi tampak masih berantakan. Landscape bekas taman kota masih berdiri, walau tugu di tengah kolam sudah dirobohkan, dan kolam juga sudah ditutup.
Bagian bekas kolam juga masih tergenang air hujan. “Yang ada di belakang, ini memang agak lambat untuk menghancurkan.
Karena itu aset. Setelah enam bulan, ke Kementerian akhirnya bisa (penghapusan aset),” jelas Eka Wiryastuti.
Eka Wiryastuti menjelaskan, di depan open stage ini nantinya akan diratakan. Sehingga akan menjadi satu kesatuan dengan Gedung Kesenian Ketut Maria di barat, serta Museum Sagung Wah di selatan.
Kini, Tabanan memiliki lagi tempat untuk menggelar pementasan. Selain, open stage, gedung kesenian, dan museum.
Dia berharap, tempat ini dikelola secara bersama dengan desa pekraman Kota Tabanan. “Tempat ini megah, desa adat kota, mari bangun badan pengelola,” terangnya.
Dia juga berharap, keberadaan open stage dan gedung kesenian, khususnya, bisa dipakai untuk masyarakat Tabanan dalam berkesenian.
“Kami minta setiap Jumat, Sabtu dan Minggu tidak boleh sepi. Ini tugas berat. Tapi di Tabanan kan banyak sekaa teruna,” paparnya.
Yang menarik, festival ini juga dirangkai dengan pameran seni rupa dan photografi di Museum Sagung Wah.
Pameran ini berlangsung selama empat hari dari Sabtu (23/12) sampai Selasa (26/12). Memamerkan puluhan karya lukis dari 12 pelukis, serta karya fotografi dari 17 fotografer.