33 C
Jakarta
11 Desember 2024, 12:42 PM WIB

Luncurkan Album “ Megibung” Setelah Melejit Lewat “Tuak Adalah Nyawa”

SUKSES dengan album Masekepung di Tahun 2017 lalu, band yang melejit lewat lagu Tuak Adalah Nyawa ini kembali merilis album kedua.

Album yang resmi dirilis pada 9 November lalu ini, bertajuk Megibung.

Selain menjadi album kedua, ini juga sekaligus merupakan perayaan Mesekepung yang menginjak usia lima tahun. “Album ini adalah komitmen Masekepung dalam bermusik,” kata Kadek Ryos sang vokalis.

Band asal Sukawati, Gianyar yang beranggotakan  Kadek Ryos (vocal dan gitar), Dek Wis (Bass) dan Lenjong (Jimbe) serta 20 sekaa cak ini tetap mengusung genre akustik genjek modern yang mengangkat berbagai kisah kehidupan sosial di Bali. 

Album yang memuat delapan lagu itu tersedia dalam bentuk fisik dan dijual berbarengan dengan merchandise dari Masekepung. “Kami masih sama seperti awal kemunculan bedanya ada pada pendewasaan,” imbuhnya.

Kata Ryos, Diangkatnya Megibung sebagai judul album kedua ini, lanjut Ryos sebagai gambaran dalam keseharian mereka yang mencari persaudaraan dan menjalin hubungan.

“Inikan sebagai bagian tradisi Bali juga, yang telah dikenal adalah makan bersama maknanya adalah menjaga persaudaraan. Begitu juga album ini. Diharapkan bisa mempererat persaudaraan,” paparnya.

Megibung juga menurutnya sebagai gambaran dari band Masekepung yang telah berkumpul sejak 9 november 2013 itu. “Megibung itu duduk bersama memutar dan makanan berada di tengah, kami pun begitu dan kami adalah saudara tanpa ada unsur yang berbeda,” jelas Ryos.

Delapan lagu yang terdapat dalam album kedua ini yakni Swastiastu, Crit, Bajang Jegeg Abiansentul II, Banyak Raga Satu Jiwa, Menceng, Kene Carane, dan Mulih.

Dari semua lagu, hanya Bajang Jegeg Abiansentul II yang mengangkat tema percintaan, sisanya tentang tradisi, sosial, dan cerita keseharian.

Menariknya, lagu ini sangat imajinatif. Dari tokoh, alur, sampai tempatnya pun fiksi. “Lagu ini khayalan saja alias fiktif kalaupun ternyata ada kesamaan ya itu hanya kebetulan saja,” tuturnya sembari tertawa.

Dari delapan lagu yang terdapat album tersebut, terdapat satu lagu yang spesial yakni Banyak Raga Satu Jiwa. Lagu tersebut merupakan wujud persembahan khusus dari Masekepung kepada para fans.

Tanpa fans kami bukanlah siapa-siapa. Se3moga album ini bisa diterima dan mendapat dukungan seperti album sebelumnya,” tandasnya.

SUKSES dengan album Masekepung di Tahun 2017 lalu, band yang melejit lewat lagu Tuak Adalah Nyawa ini kembali merilis album kedua.

Album yang resmi dirilis pada 9 November lalu ini, bertajuk Megibung.

Selain menjadi album kedua, ini juga sekaligus merupakan perayaan Mesekepung yang menginjak usia lima tahun. “Album ini adalah komitmen Masekepung dalam bermusik,” kata Kadek Ryos sang vokalis.

Band asal Sukawati, Gianyar yang beranggotakan  Kadek Ryos (vocal dan gitar), Dek Wis (Bass) dan Lenjong (Jimbe) serta 20 sekaa cak ini tetap mengusung genre akustik genjek modern yang mengangkat berbagai kisah kehidupan sosial di Bali. 

Album yang memuat delapan lagu itu tersedia dalam bentuk fisik dan dijual berbarengan dengan merchandise dari Masekepung. “Kami masih sama seperti awal kemunculan bedanya ada pada pendewasaan,” imbuhnya.

Kata Ryos, Diangkatnya Megibung sebagai judul album kedua ini, lanjut Ryos sebagai gambaran dalam keseharian mereka yang mencari persaudaraan dan menjalin hubungan.

“Inikan sebagai bagian tradisi Bali juga, yang telah dikenal adalah makan bersama maknanya adalah menjaga persaudaraan. Begitu juga album ini. Diharapkan bisa mempererat persaudaraan,” paparnya.

Megibung juga menurutnya sebagai gambaran dari band Masekepung yang telah berkumpul sejak 9 november 2013 itu. “Megibung itu duduk bersama memutar dan makanan berada di tengah, kami pun begitu dan kami adalah saudara tanpa ada unsur yang berbeda,” jelas Ryos.

Delapan lagu yang terdapat dalam album kedua ini yakni Swastiastu, Crit, Bajang Jegeg Abiansentul II, Banyak Raga Satu Jiwa, Menceng, Kene Carane, dan Mulih.

Dari semua lagu, hanya Bajang Jegeg Abiansentul II yang mengangkat tema percintaan, sisanya tentang tradisi, sosial, dan cerita keseharian.

Menariknya, lagu ini sangat imajinatif. Dari tokoh, alur, sampai tempatnya pun fiksi. “Lagu ini khayalan saja alias fiktif kalaupun ternyata ada kesamaan ya itu hanya kebetulan saja,” tuturnya sembari tertawa.

Dari delapan lagu yang terdapat album tersebut, terdapat satu lagu yang spesial yakni Banyak Raga Satu Jiwa. Lagu tersebut merupakan wujud persembahan khusus dari Masekepung kepada para fans.

Tanpa fans kami bukanlah siapa-siapa. Se3moga album ini bisa diterima dan mendapat dukungan seperti album sebelumnya,” tandasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/