32.4 C
Jakarta
12 September 2024, 15:36 PM WIB

Kampanye Ingatkan Bahaya Polusi Udara Lewat Mural

 

DENPASAR – Greenpeace Indonesia bersama dengan Komunitas Pojok melakukan kolaborasi untuk membuat mural tentang bahaya polusi udara di Bali.

Topik yang diangkat selain  PLTU Celukan Bawang di Buleleng, berbagai gambar tentang bahaya polusi udara digambar pada sebuah tembok pembatas tanah kosong sepanjang 52 meter dan tinggi 2,3 meter.

Gambar-gambar itu terbentang di Jalan Teuku Umar, Gang Rajawali, Banjar Eka Sila, Desa Dauh Puri Kelod, Denpasar. Pengerjaan pun sudah dimulai dari hari Minggu lalu (26/8) dan ditargetkan selesai pada Minggu (2/8).

Anggota Komunitas Pojok, Wahyu Prasetiyo, 36 kepada Jawa Pos Radar Bali menjelaskan, awalnya hanya berjumlah 6 orang, namun karena tembok cukup panjang, ia pun mengajak teman-teman seniman dari komunitas lain untuk menggambar bareng.

“Harapan saya, selain memberikan estetika keindahan ke gang ini, juga ada pesannya. Minimal masyarakat disini.

Biar masyarakat di Celukan Bawang juga tidak sendirian dalam melawan. Yang rugi kalau udara kotor kan juga kita semua,”terangnya. 

Sementara itu, Didit Haryo selaku juru kampanye iklim dan energi Greenpeace Indonesia saat dihubungi mengaku kegiatan di Gang Rajawali adalah mural jamming yang dilakukan oleh komunitas pojok dalam rangka bersolidaritas dengan apa yang dirasakan oleh warga Celukan Bawang akibat adanya PLTU.

Kegiatan ini juga bagian dari sosialisasi untuk masyarakat Denpasar, tentang apa yang selama ini terjadi di Celukan Bawang.

“Harapan kami masyarakat Denpasar menjadi lebih mengerti soal dampak buruk PLTU tidak hanya berdampak pada lingkungan namun juga aspek2 lain seperti kesehatan, matapencaharian serta sosial,” pungkas Didit.

 

DENPASAR – Greenpeace Indonesia bersama dengan Komunitas Pojok melakukan kolaborasi untuk membuat mural tentang bahaya polusi udara di Bali.

Topik yang diangkat selain  PLTU Celukan Bawang di Buleleng, berbagai gambar tentang bahaya polusi udara digambar pada sebuah tembok pembatas tanah kosong sepanjang 52 meter dan tinggi 2,3 meter.

Gambar-gambar itu terbentang di Jalan Teuku Umar, Gang Rajawali, Banjar Eka Sila, Desa Dauh Puri Kelod, Denpasar. Pengerjaan pun sudah dimulai dari hari Minggu lalu (26/8) dan ditargetkan selesai pada Minggu (2/8).

Anggota Komunitas Pojok, Wahyu Prasetiyo, 36 kepada Jawa Pos Radar Bali menjelaskan, awalnya hanya berjumlah 6 orang, namun karena tembok cukup panjang, ia pun mengajak teman-teman seniman dari komunitas lain untuk menggambar bareng.

“Harapan saya, selain memberikan estetika keindahan ke gang ini, juga ada pesannya. Minimal masyarakat disini.

Biar masyarakat di Celukan Bawang juga tidak sendirian dalam melawan. Yang rugi kalau udara kotor kan juga kita semua,”terangnya. 

Sementara itu, Didit Haryo selaku juru kampanye iklim dan energi Greenpeace Indonesia saat dihubungi mengaku kegiatan di Gang Rajawali adalah mural jamming yang dilakukan oleh komunitas pojok dalam rangka bersolidaritas dengan apa yang dirasakan oleh warga Celukan Bawang akibat adanya PLTU.

Kegiatan ini juga bagian dari sosialisasi untuk masyarakat Denpasar, tentang apa yang selama ini terjadi di Celukan Bawang.

“Harapan kami masyarakat Denpasar menjadi lebih mengerti soal dampak buruk PLTU tidak hanya berdampak pada lingkungan namun juga aspek2 lain seperti kesehatan, matapencaharian serta sosial,” pungkas Didit.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/