DENPASAR – Penyair gaek asal Tabanan, I Gusti Putu Bawa Samar Gantang tampil sebagai penyair terakhir yang membacakan puisi di panggung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Denpasar, Selasa (29/10) malam.
Di panggung yang sama, sejumlah penyair ternama asal Bali juga tampil membacakan puisi. Dalam penampilannya itu, pria yang populer dengan kekhasannya dalam membacakan puisi modre ini melantunkan tiga judul karya puisi.
Puisi pertama yang dibawakannya berjudul Kepada Matahari Tumpah Ratap. Yang kedua adalah Tragedi 12 Oktober 2002 dan puisi yang terakhir adalah Om Bom Om.
Sejumlah puisi ini berpadu dengan iringan komposer I Gusti Nengah Hari Mahardika SSn bersama pemain gamelan dari sanggar Haridwipa Gamelan Group, asal Tabanan.
Diwawancarai usai acara, Samar Gantang mengatakan bahwa sebagian besar puisi yang dibacakannya berisikan pesan tentang cinta kasih dan juga toleransi.
Seperti puisi Tragedi 12 Oktober 2002 yang mengisahkan tentang tragedi Bom Bali. Di dalamnya termuat pesan terhadap keseimbangan dalam kehidupan.
“Kedamaian akan tercipta jika keseimbangan manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, manusia dengan manusia. Konsep Tri Hita Karana
dengan toleransi Tatwam Asi dan pemikiran menghargai untuk mencapai kedamaian Kertha Shanti di dunia di Bali Khususnya,” ujarnya.
Selanjutnya, karya bertajuk Om Bom Om sebagai pesan intuisi penyair Samar Gantang untuk mengingatkan kewaspadan terhadap intoleransi.
“Cinta kasih, toleransi, saling menghargai adalah wadah kunci keharmonisan dan kedamaian dalam kehidupan,” tandas pemilik buku Leak Jagat ini.