RadarBali.com – Dibekuknya 27 warga negara Tiongkok terduga pelaku antarnegara di Mumbul, Kuta Selatan, oleh kepolisian disesalkan Komisi I DPRD Bali.
Komisi yang membidangi hukum dan perizinan itu menyorot kinerja Kantor Imigrasi yang menjadi palang pintu keamanan Bali.
Sebagai penjaga utama pintu gerbang Bali, Kantor Imigrasi dinilai lemah dalam menjalankan tugasnya, sehingga Bali dengan mudah dibobol pelaku kejahatan lintas negara.
“Puluhan orang asing tertangkap ini menunjukkan Imigrasi lemah sekali. Imigrasi dan keamanan daerah loyo,” sindir anggota Komisi I DPRD Bali, Nyoman Adnyana kepada Jawa Pos Radar Bali, kemarin (31/7). Politisi yang terkenal vokal ini menanyakan puluhan warga negara asing terduga pelaku kejahatan asal Tiongkok bisa masuk ke Bali. Apalagi, tidak semuanya disebut mengantongi paspor.
Menurut Adnyana, kasus tersebut sejatinya tidak masuk akal. Sebab, jumlah warga asing yang terlibat mencapai puluhan dengan durasi tinggal di Bali cukup lama.
“Kalau yang lolos satu atau dua orang, kemudian tertangkap itu bisa dimaklumi. Ini rombongan dan tidak ketahuan, ada apa ini Imigrasi?” sentil pria berkepala plontos itu.
Dengan kejadian ini, lanjut Adnyana, akhirnya orang asing punya pikiran Indonesia terutama Bali aman untuk melakukan kejahatan besar.
Pasalnya, pengawasannya dan penegakan hukum sangat lemah. Penjahat yang masuk tidak selalu terdeteksi keamanan.
Kondisi tersebut membuat Bali menjadi tempat idaman warga asing untuk melakukan beragam kejahatan.
“Bali seolah menjadi sarang kriminal karena dianggap aman. Kami harap Imigrasi maupun polisi serta aparat terkait, sinergi dengan pecalang atau keamanan paling bawah agar mudah melakukan pengawasan,” tegasnya.
Hal senada diungkap Ketua Komisi I, Ketut Tama Tenaya. Politisi PDIP asal Kuta Selatan itu menyatakan, Bali belum aman dari segala kejahatan.
Dewan minta aparat terkait untuk meningkatkan kinerja intelejennya. Ditambahkan Tama Tenaya, Imigrasi maupun aparat terkait sudah seharusnya membuat sistem keamanan terpadu dengan tekhnologi moderen.
“Bali sebagai destinasi wisata dunia sangat mudah dimasuki penjahat berkedok wisatawan,” sodok Tenaya.
Sementara anggota Komisi II, AA Adi Ngurah Putra mengungkapkan, kriminalitas orang asing di Bali selalu muncul di tengah semakin tingginya intensitas kedatangan orang asing ke Bali.
Menurutnya, jika ditarik jauh ke belakang, penyebab warga asing berlomba masuk Bali karena pariwisata Bali dijual murah.
Harga murah muncul karena persaingan industri pariwisata besar-besaran. Jumlah wisatawan memang membeludak, tapi kualitas wisatawan menurun. Peningkatan jumlah wisatawan rupanya tidak diimbangi kemampuan pengawasan orang asing di Bali.
“Polda Bali maupun Kantor Imigrasi saya kira di tengah keterbatasan sudah berupaya. Namun masih jauh dari kebutuhan normal pengawasan,” beber politisi asal Puri Gerenceng itu.
Setali tiga uang, Kepala Kesabang Provinsi Bali, I Gede Putu Jaya Suwartama, juga berharap Kantor Imigrasi sebagai penjaga pintu gerbang Bali bisa bekerja maksimal.
Pemerintah daerah tidak mungkin membuat regulasi yang mengatur kedatangan warga asing. Semua regulasi sudah diatur oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Hukum dan HAM.