TABANAN – Temuan tulang kerangka manusia yang sempat menghebohkan warga Desa Pujungan, Pupuan, Tabanan dengan kondisi berserakan
di hutan lindung masuk wilayah perbatasan Desa Sanda dengan Karyasari, Kecamatan Pupuan, Jumat (1/1) lalu akhirnya terungkap.
Pemilik tulang kerangka manusia tersebut adalah I Made Subawa alias Pan Soma yang beralamat di Banjar Dinas Kebon Tumpalan, Desa Wanagiri Kauh, Kecamatan Selemadeg yang menghilang pada November 2020 lalu.
“Indentitas pemilik tulang kerangka manusia tersebut diketahui dari keterangan saudara korban bernama I Nyoman Sunara dan tetangga korban I Nengah Wisnawa,” kata Kapolsek Pupuan AKP I Ketut Agus Wicaksana Julyawan kemarin.
AKP Agus Wicaksana menyebut, berdasar keterangan kakak kandung korban, I Nyoman Sunara, baju dan celana pendek di lokasi kejadian merupakan pakaian yang diberikan oleh anak korban sebelum korban dinyatakan menghilang dari rumah.
“Selain itu baju kaos yang ada tulisan I Come to Shanghai juga diberikan oleh kakak kandung korban lainnya yakni I Wayan Windra,” beber AKP Agus Wicaksana.
Kepastian lain bahwa tulang kerangka manusia dengan identitas korban I Made Subawa alias Pan Soma juga dikuatkan dengan pengakuan dari I Nengah Wisnawa, 53, yang merupakan kerabat dari korban.
Korban sebelum meninggalkan rumah sempat diberikan sebuah baju dan celana dengan bungkus sebuah tas berwarna belanja merk the orange bakery.
Di mana I Nengah Wisnawa juga terakhir kali pernah melihat korban membawa tas berwarna oranye tersebut.
“Keterangan pihak keluarga dan kerabat korban ternyata korban menghilang dari rumah sejak 2 November lalu.
Dan, saat itu keluarga korban terus mencari keberadaan korban namun tidak membuahkan hasil,” terang Kapolsek Pupuan.
Untuk saat ini tulang kerangka manusia dengan korban I Made Subawa alias Pan Soma sudah pihaknya lakukan evakuasi bersama keluarga korban dan masyarakat setempat.
Evakuasi tulang kerangka manusia dengan melalui jalur baru dengan tembus langsung ke wilayah Desa Wanagiri Kauh Selemadeg dengan Medan yang cukup berat serta hujan.
Hal ini dilakukan oleh keluarga korban untuk menghindari jika ada komplain terkait aturan adat istiadat dari desa lainnya.
“Proses evakuasi kami lakukan berjalan lancar. Kami sampai di rumah korban sekitar pukul 19.30 Wita. Kemudian saat ini keluarga korban sedang memepersiapkan upacara keagamaan,” pungkasnya.