29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:57 AM WIB

Kelabuhi Pemilik Rumah, Ngaku Istri Hamil, Bayar Kontrak Rp 170 Juta

MANGUPURA – Penggerebekan 44 orang Warga Negara (WN) Tiongkok dan lima orang WNI di Perumahan Mutiara Abianbase No 1,

Banjar. Semate, Kelurahan Abianbase, Mengwi, oleh Polda Bali tidak hanya mengegerkan masyarakat luas.

Pemilik rumah mewah itu, Hendrik Pardede juga tidak kalah terkejut. Kepada Jawa Pos Radar Bali, pria 55 tahun itu mengaku baru mendapat informasi

jika rumahnya dijadikan sarang puluhan orang diduga sindikat penipuan online lintas negara, sehari setelah penggerebekan.

“Saya baru tahunya tadi (kemarin) setelah Pak Kelian (Banjar Semate) menghubungi saya. Pak Kelian telepon saya,

bilang kalau rumah saya digerebek polisi dan kuncinya dibawa polisi,” ujar Pardede dengan nada kaget saat dikonfirmasi Jawa Pos Radar Bali.

Pardede tidak mengira jika seorang laki-laki yang mengontrak rumahnya mengaku berasal dari Surabaya, Jawa Timur, itu bakal menggunakan rumahnya untuk melakukan tindak kejahatan.

Dijelaskan Pardede, dirinya sudah dua tahun lebih tidak menempati rumahnya di Abianbase lantaran pindah ke Kuta. Dia mengikuti istrinya yang bekerja di Kuta.

Pardede lantas mengiklankan rumahnya untuk dijual atau dikontrakkan pada sebuah agen properti. Pada Oktober 2017 ada seorang laki-laki berniat mengontrak rumahnya.

Laki-laki itu mengaku sengaja mencari rumah di daerah ramai karena  istrinya sedang hamil. Menurut Pardede, lelaki yang mengontrak rumahnya masih muda. Tidak ada gelagat mencurigakan dari lelaki tersebut.

Namun, Pardede sempat curiga karena mengontrak rumahnya yang besar hanya ditempati berdua. Rumah Pardede berlantai dua berdiri di atas lahan seluas 14 are.

Pardede mengontrakkan rumahnya Rp 170 juta selama setahun. Uang kontrakan Rp 170 juta itu menurut Pardede sudah dibayar lunas sejak awal.

Lima bulan lagi masa mengontrak rumah Pardede habis. “Saya juga heran, kalau cuma berdua suami istri harusnya mengontrak rumah yang lebih kecil. Tapi, lelaki itu bilang istrinya hamil butuh suasana tenang,” paparnya.

Meski sempat curiga, Pardede tetap berprasangka baik. Dia sempat menyarankan kepada lelaki tersebut agar sering membersihkan rumah, sebab sering ada ular masuk rumah.

Apalagi, lelaki itu mengaku membawa istri yang sedang hamil. “Laki-laki itu datang, harga cocok saya tidak masalah karena saya

juga butuh uang untuk bayar listrik, air dan perawatan. Asal bayar ya sudah,” tutur pria asal Sumatera Utara itu.  

Paredede sendiri sudah sepuluh tahun lebih tinggal di rumah tersebut. Pardede juga developer atau pengembang Perumahan Mutiara Abianbase.

Dia mulai merintis membangun Perumahan Mutiara Abianbase pada 1996/1997. “Istri saya kerja di Kuta, dulu dari Abianbase ke Kuta kan lancar. Sekarang sudah macet. Makanya biar deket kami pindah,” tukasnya.

Disinggung kini rumahnya sudah dipasang garis polisi, Pardede mengaku masih menunggu perkembangan dari pihak berwajib.

Dia mengaku santai karena memang hanya berniat mengontrakkan rumah dan tidak tahu jika rumahnya digunakan untuk aksi kejahatan lintas negara.(

MANGUPURA – Penggerebekan 44 orang Warga Negara (WN) Tiongkok dan lima orang WNI di Perumahan Mutiara Abianbase No 1,

Banjar. Semate, Kelurahan Abianbase, Mengwi, oleh Polda Bali tidak hanya mengegerkan masyarakat luas.

Pemilik rumah mewah itu, Hendrik Pardede juga tidak kalah terkejut. Kepada Jawa Pos Radar Bali, pria 55 tahun itu mengaku baru mendapat informasi

jika rumahnya dijadikan sarang puluhan orang diduga sindikat penipuan online lintas negara, sehari setelah penggerebekan.

“Saya baru tahunya tadi (kemarin) setelah Pak Kelian (Banjar Semate) menghubungi saya. Pak Kelian telepon saya,

bilang kalau rumah saya digerebek polisi dan kuncinya dibawa polisi,” ujar Pardede dengan nada kaget saat dikonfirmasi Jawa Pos Radar Bali.

Pardede tidak mengira jika seorang laki-laki yang mengontrak rumahnya mengaku berasal dari Surabaya, Jawa Timur, itu bakal menggunakan rumahnya untuk melakukan tindak kejahatan.

Dijelaskan Pardede, dirinya sudah dua tahun lebih tidak menempati rumahnya di Abianbase lantaran pindah ke Kuta. Dia mengikuti istrinya yang bekerja di Kuta.

Pardede lantas mengiklankan rumahnya untuk dijual atau dikontrakkan pada sebuah agen properti. Pada Oktober 2017 ada seorang laki-laki berniat mengontrak rumahnya.

Laki-laki itu mengaku sengaja mencari rumah di daerah ramai karena  istrinya sedang hamil. Menurut Pardede, lelaki yang mengontrak rumahnya masih muda. Tidak ada gelagat mencurigakan dari lelaki tersebut.

Namun, Pardede sempat curiga karena mengontrak rumahnya yang besar hanya ditempati berdua. Rumah Pardede berlantai dua berdiri di atas lahan seluas 14 are.

Pardede mengontrakkan rumahnya Rp 170 juta selama setahun. Uang kontrakan Rp 170 juta itu menurut Pardede sudah dibayar lunas sejak awal.

Lima bulan lagi masa mengontrak rumah Pardede habis. “Saya juga heran, kalau cuma berdua suami istri harusnya mengontrak rumah yang lebih kecil. Tapi, lelaki itu bilang istrinya hamil butuh suasana tenang,” paparnya.

Meski sempat curiga, Pardede tetap berprasangka baik. Dia sempat menyarankan kepada lelaki tersebut agar sering membersihkan rumah, sebab sering ada ular masuk rumah.

Apalagi, lelaki itu mengaku membawa istri yang sedang hamil. “Laki-laki itu datang, harga cocok saya tidak masalah karena saya

juga butuh uang untuk bayar listrik, air dan perawatan. Asal bayar ya sudah,” tutur pria asal Sumatera Utara itu.  

Paredede sendiri sudah sepuluh tahun lebih tinggal di rumah tersebut. Pardede juga developer atau pengembang Perumahan Mutiara Abianbase.

Dia mulai merintis membangun Perumahan Mutiara Abianbase pada 1996/1997. “Istri saya kerja di Kuta, dulu dari Abianbase ke Kuta kan lancar. Sekarang sudah macet. Makanya biar deket kami pindah,” tukasnya.

Disinggung kini rumahnya sudah dipasang garis polisi, Pardede mengaku masih menunggu perkembangan dari pihak berwajib.

Dia mengaku santai karena memang hanya berniat mengontrakkan rumah dan tidak tahu jika rumahnya digunakan untuk aksi kejahatan lintas negara.(

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/