29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 11:48 AM WIB

Bunuh Tiga Anak Kandung, Minum Baygon, Septyan: Saya Kalut

GIANYAR – Terdakwa kasus pembunuhan tiga anak, Ni Putu Septiyan Permadani, duduk di kursi pesakitan PN Gianyar, Selasa soe (4/9).

Dihadapan majelis hakim yang diketuai Ida Ayu Sri Adriyanthi Astuti Wija bersama anggota Wawan Edy Prastyo dan Diah Astuti, terdakwa Septiyan menangis saat memberi kesaksian.

Suasana haru pun terasa. Di kursi terdakwa, oleh hakim Wawan Edi, Septiyan diminta menceritakan kronologis dan cara membunuh tiga anaknya itu.

Mulai membekap satu persau anaknya. Setelah tiga anaknya tak sadarkan diri, Septiyan minum Baygon sachet yang dituangkan ke taperwear.

Usai menenggak racun serangga, dia mulai mengiris tangan kirinya menggunakan pisau. “Sisa Baygon saya masukkan ke taperwear, minum lagi.

Gores lagi pisau ke leher. Kemudian tidak sadar, sampai dibawa ke rumah sakit,” ujar Septiyan didepan sidang.

Hakim anggota Wawan Edi bertanya ke Septiyan, kenapa memilih Baygon? “Kalut,” jawab Septiyan. Selanjutnya, tangis Septiyan mulai muncul.

“Sekarang merasa sepi, kosong, merasa kurang lengkap tanpa anak-anak,” ujarnya. Bahkan, Septiyan mengaku kerap bermimpi setiap malam.

“Setiap hari mereka datang dalam mimpi memanggil-manggil ibu,” ujarnya dengan nada sambil terisak.

GIANYAR – Terdakwa kasus pembunuhan tiga anak, Ni Putu Septiyan Permadani, duduk di kursi pesakitan PN Gianyar, Selasa soe (4/9).

Dihadapan majelis hakim yang diketuai Ida Ayu Sri Adriyanthi Astuti Wija bersama anggota Wawan Edy Prastyo dan Diah Astuti, terdakwa Septiyan menangis saat memberi kesaksian.

Suasana haru pun terasa. Di kursi terdakwa, oleh hakim Wawan Edi, Septiyan diminta menceritakan kronologis dan cara membunuh tiga anaknya itu.

Mulai membekap satu persau anaknya. Setelah tiga anaknya tak sadarkan diri, Septiyan minum Baygon sachet yang dituangkan ke taperwear.

Usai menenggak racun serangga, dia mulai mengiris tangan kirinya menggunakan pisau. “Sisa Baygon saya masukkan ke taperwear, minum lagi.

Gores lagi pisau ke leher. Kemudian tidak sadar, sampai dibawa ke rumah sakit,” ujar Septiyan didepan sidang.

Hakim anggota Wawan Edi bertanya ke Septiyan, kenapa memilih Baygon? “Kalut,” jawab Septiyan. Selanjutnya, tangis Septiyan mulai muncul.

“Sekarang merasa sepi, kosong, merasa kurang lengkap tanpa anak-anak,” ujarnya. Bahkan, Septiyan mengaku kerap bermimpi setiap malam.

“Setiap hari mereka datang dalam mimpi memanggil-manggil ibu,” ujarnya dengan nada sambil terisak.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/