33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 13:07 PM WIB

Ngaku Kecewa, Keluarga Korban Tolak Tawaran Damai Pihak Sekolah

SEMARAPURA- Aksi dugaan penganiayaan yang dilakukan oknum Kepala sekolah (Kasek) SMA Pariwisata Saraswati Klungkung, I Gusti Made Suberata terhadap siswinya, Ni Komang Putri, 19 asal Desa Tojan, Kecamatan Klungkung, kemarin (9/5) berlanjut.

Pasca melaporkan Suberata ke Polres Klungkung lantaran dugaan penganiayaan yang dilakukan kepada siswi IPB Kelas XII tersebut, pihak orang tua korban menolak berdamai.

Tak hanya menolak berdamai, orang tua Putri juga menolak untuk menarik surat laporan yang sebelumnya sudah dilayangkan ke pihak kepolisian dan tetap kukuh meneruskan kasus ini melalui jalur hukum.

Seperti terungkap saat proses mediasi yang dilakukan antara terlapor (kepala sekolah SMA Pariwisata Saraswati Klungkung) dengan pihak keluarga korban di rumah pelapor, Jumat (10/5) pukul 09.00.

Proses mediasi yang juga dihadiri Wakasek dan perwakilan guru dari SMA Pariwisata Saraswati Klungkung  serta disaksikan Kadus Tojan Kaler, Komang Jayantaka itu, intinya bahwa keluarga menolak tawaran damai dari pihak sekolah.

Pihak keluarga korban, khususnya orang tua dan kakak korban menolak upaya perdamaian tersebut. “Kami menolak karena kecewa dengan pihak Kepsek dan sekolah setempat,”tandas Kakak korban Wayan Predi Astika.

 

Bahkan saat pertemuan tersebut,  kakak korban dan keluarga menyalahkan pihak Kepala sekolah atas kejadian tersebut. 

Seperti diketahui, kasus dugaan penganiayaan yang sempat viral di medsosterjadi ketika upacara pelepasan siswa kelas XII. Saa itu korban tidak berpakaian adat seperti siswa lainya. Korban hanya menggunakan jas sehingga olah guru diminta keluar dari barisan.

 

Menurut Putri, dirinya saat itu memang menggunakan jas. Hanya saja pakaian yang dia gunakan masih identitas sekolah.

 

“Kebetulan rambut saya pendek sehingga tidak bisa disanggul sehingga tidak menggunakan pakaian adat,” ujarnya. selain itu dia juga mengaku kepalanya pusing kalau menggunakan spre rambut.

 

Saat itu putri di damping sang kakak Wayan Predi Astika 25. Saat itu Putri yang kerap dipanggil Abud tersebut menuturkan kejadiannya secara detail.

 

Begitu keluar  dari barisan korban langsung duduk di depan ruang TU. Kemudian datang guru Matematika I Gusti Ngurah Sanjaya menanyakan tentang keberadanya di sana. Guru tersebut menurut putrid bertanya dengan nada tinggi seperti membentak.

 

Sehingga menimbulkan keributan antara dia dan gurunyan itu.

 

“Saya hanya tanya kenapa bapak jenget (membentak red),” ujarnya. 

 

Singkat cerita, saat ribut ribut terjadi datang kepala sekolah I Gusti Made Subrata. Tanpa banyak bicara langsung menarik rambut siswa jurusan IPB tersebut. Subrata juga nekan nekan kepala korban, yang kemudian menarik siswi tersebut dengan tangan kananya sehingga terjatuh. Siswa tomboy tersebut pun terjatuh ke lantai dan mengakibatkan bibir bawah sebelah kiri korban pecah karena benturan di lantai.

 

“Saat jatuh saya sempat hilang ingatan,” ujarnya.

 

Begitu sadar dia merasakan mulutnya berdarah yang kemudian di bersihkan dengan menggunakan bajunya.

 

Saat itu Putri mengaku akan menghubungi orang tuanya. Namun sempat diminta jangan dulu menghubungi orang tua olah gurunya tetapi Putri tetap ngotot.

 

Orang tua putri pun datang, dan saat itu Kepala sekolah tidak barani menemui orang tua Putri. 

Tidak terima dengan kejadian ini orang tua putri dan kakaknya langsung melapor ke Polres Klungkung.

SEMARAPURA- Aksi dugaan penganiayaan yang dilakukan oknum Kepala sekolah (Kasek) SMA Pariwisata Saraswati Klungkung, I Gusti Made Suberata terhadap siswinya, Ni Komang Putri, 19 asal Desa Tojan, Kecamatan Klungkung, kemarin (9/5) berlanjut.

Pasca melaporkan Suberata ke Polres Klungkung lantaran dugaan penganiayaan yang dilakukan kepada siswi IPB Kelas XII tersebut, pihak orang tua korban menolak berdamai.

Tak hanya menolak berdamai, orang tua Putri juga menolak untuk menarik surat laporan yang sebelumnya sudah dilayangkan ke pihak kepolisian dan tetap kukuh meneruskan kasus ini melalui jalur hukum.

Seperti terungkap saat proses mediasi yang dilakukan antara terlapor (kepala sekolah SMA Pariwisata Saraswati Klungkung) dengan pihak keluarga korban di rumah pelapor, Jumat (10/5) pukul 09.00.

Proses mediasi yang juga dihadiri Wakasek dan perwakilan guru dari SMA Pariwisata Saraswati Klungkung  serta disaksikan Kadus Tojan Kaler, Komang Jayantaka itu, intinya bahwa keluarga menolak tawaran damai dari pihak sekolah.

Pihak keluarga korban, khususnya orang tua dan kakak korban menolak upaya perdamaian tersebut. “Kami menolak karena kecewa dengan pihak Kepsek dan sekolah setempat,”tandas Kakak korban Wayan Predi Astika.

 

Bahkan saat pertemuan tersebut,  kakak korban dan keluarga menyalahkan pihak Kepala sekolah atas kejadian tersebut. 

Seperti diketahui, kasus dugaan penganiayaan yang sempat viral di medsosterjadi ketika upacara pelepasan siswa kelas XII. Saa itu korban tidak berpakaian adat seperti siswa lainya. Korban hanya menggunakan jas sehingga olah guru diminta keluar dari barisan.

 

Menurut Putri, dirinya saat itu memang menggunakan jas. Hanya saja pakaian yang dia gunakan masih identitas sekolah.

 

“Kebetulan rambut saya pendek sehingga tidak bisa disanggul sehingga tidak menggunakan pakaian adat,” ujarnya. selain itu dia juga mengaku kepalanya pusing kalau menggunakan spre rambut.

 

Saat itu putri di damping sang kakak Wayan Predi Astika 25. Saat itu Putri yang kerap dipanggil Abud tersebut menuturkan kejadiannya secara detail.

 

Begitu keluar  dari barisan korban langsung duduk di depan ruang TU. Kemudian datang guru Matematika I Gusti Ngurah Sanjaya menanyakan tentang keberadanya di sana. Guru tersebut menurut putrid bertanya dengan nada tinggi seperti membentak.

 

Sehingga menimbulkan keributan antara dia dan gurunyan itu.

 

“Saya hanya tanya kenapa bapak jenget (membentak red),” ujarnya. 

 

Singkat cerita, saat ribut ribut terjadi datang kepala sekolah I Gusti Made Subrata. Tanpa banyak bicara langsung menarik rambut siswa jurusan IPB tersebut. Subrata juga nekan nekan kepala korban, yang kemudian menarik siswi tersebut dengan tangan kananya sehingga terjatuh. Siswa tomboy tersebut pun terjatuh ke lantai dan mengakibatkan bibir bawah sebelah kiri korban pecah karena benturan di lantai.

 

“Saat jatuh saya sempat hilang ingatan,” ujarnya.

 

Begitu sadar dia merasakan mulutnya berdarah yang kemudian di bersihkan dengan menggunakan bajunya.

 

Saat itu Putri mengaku akan menghubungi orang tuanya. Namun sempat diminta jangan dulu menghubungi orang tua olah gurunya tetapi Putri tetap ngotot.

 

Orang tua putri pun datang, dan saat itu Kepala sekolah tidak barani menemui orang tua Putri. 

Tidak terima dengan kejadian ini orang tua putri dan kakaknya langsung melapor ke Polres Klungkung.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/