DENPASAR – Peredaran narkoba di Bali masih masif. Meski di permukaan banyak pihak yang mengklaim intensitas peredaran narkoba di Bali mulai berkurang.
Fakta ini disampaikan langsung oleh Kepala BNNP Bali Brigjen I Putu Gede Suastawa, Kamis (12/9) siang.
“Bali masih menjadi incaran peredaran narkoban walaupun di permukan di bilang di Bali berkurang dan sudah sulit mencari narkoba.
Tetapi, itu hanya pengelabuhan saja. Karena nyatanya tidak. Karena narkoba masih beredar secara sistemik di Bali.
Makanya kami bekerja keras untuk mengungkap yang di bawah permukaan,” kata Brigjen I Putu Gede Suastawa.
Lanjut dia, meski Bali terkenal dengan sektor pariwisatanya, tapi kini peredaran narkoba tidak banyak merambah di dunia pariwisata.
Transaksi narkoba, kata Brigjen Suastawa, lebih banyak dilakukan di permukiman biasa bukan di kawasan wisata.
“Meski orang-orang bekerja di sektor pariwisata, tapi peredarannya di pemukiman. Seperti di kos-kosan cukup banyak,” tambahnya.
Denpasar, kata dia, menjadi kota dengan tingkat pereredaran tertinggi. Sementara jenis narkoba yang paling banyak penyebarannya, sabu menjadi yang paling banyak.
Disusul ekstasi, ganja, dan tembakau gorilla. Sedangkan kokain dan heroin tidak terlalu banyak. Pasalnya, harga kokain dan heroin cukup mahal dan hanya biasa dikonsumsi oleh orang-orang asing.
“Kami mengimbau agar para pemilik kos waspada. Kenali para penghuni kosnya. Siapa tahu mereka pengedar dan pemakai narkoba. Dan, kami harapkan petugas keamanan desa lebih aktif,” tandasnya.