34.2 C
Jakarta
25 September 2024, 14:47 PM WIB

Kasus Pembunuhan di Desa Pegayaman, Buleleng

Terungkap, Ketut Fauzi Dibunuh karena Dianggap Cepu Polisi

SINGARAJA– Motif kasus pembunuhan yang terjadi di Banjar Dinas Kubu, Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, kian gamblang. Peristiwa perkelahian yang berujung dua orang meninggal dunia itu, dipicu salah paham antara Edi Salman dan Ketut Fauzi. Keduanya tewas dalam perkelahian tersebut.

 

Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali, Edi Salman merupakan buron dalam kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor). Selain Edi Salman, komplotannya yakni Zakaria dan Nu’ul juga ikut masuk dalam buron.

 

Selama dua bulan, keberadaan ketiganya tidak terendus polisi. Hingga pada akhir Juni lalu, polisi mengendus ketiganya di Desa Pegayaman. Polisi langsung melakukan pengejaran. Polisi sempat melepas tembakan ke arah komplotan tersebut. Salah satu peluru menyerempet kepala Nu’ul.

 

Nah, komplotan Edi Salman menduga bahwa Ketut Fauzi yang membongkar keberadaan mereka. Kebetulan rumah Ketut Fauzi tak begitu jauh dengan rumah Edi Salman. Ditambah lagi keduanya masih punya hubungan kerabat.

 

“Mereka curiga kalau korban Ketut Fauzi ini informan polisi. Saat kami melakukan penyergapan tempo hari, mereka curiga kalau keberadaan mereka dibocorkan oleh korban. Sehingga terjadi perkelahian itu,” ungkap Kapolsek Sukasada, Kompol Made Agus Dwi Wirawan Rabu (13/7).

 

Menurutnya korban Ketut Fauzi sempat memberi saran pada kelompok Edi Salman agar berhenti melakukan tindak kejahatan. Namun saran itu tidak digubris. Alih-alih menyerahkan diri, komplotan itu justru menuding Ketut Fauzi seorang cepu alias informan polisi.

 

“Sebenarnya tokoh-tokoh di sana itu berusaha mengubah stigma yang melekat di kawasan itu. Tapi tidak ditanggapi dengan baik. Kami sudah bertemu dengan beberapa tokoh masyarakat dan tokoh agama, dan semua pihak sepakat stigma itu harus dihapus,” ujar Agus.

 

Hingga kini polisi masih mengembangkan kasus tersebut. Rencananya dalam waktu dekat polisi akan melakukan rekonstruksi terkait kasus tersebut.

 

Seperti diberitakan sebelumnya, perkelahian berdarah terjadi di Desa Pegayaman pada Minggu (3/7) malam. Peristiwa itu melibatkan empat orang, yakni Ketut Fauzi, Edi Salman, Zakaria, dan Nu’ul. Dalam peristiwa itu, Ketut Fauzi dan Edi Salman tewas. Sementara Zakaria dan Nu’ul sempat kabur dan bersembunyi di kawasan Desa Silangjana. Mereka akhirnya diamankan polisi pada Sabtu (6/7). (eps)

 

SINGARAJA– Motif kasus pembunuhan yang terjadi di Banjar Dinas Kubu, Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, kian gamblang. Peristiwa perkelahian yang berujung dua orang meninggal dunia itu, dipicu salah paham antara Edi Salman dan Ketut Fauzi. Keduanya tewas dalam perkelahian tersebut.

 

Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali, Edi Salman merupakan buron dalam kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor). Selain Edi Salman, komplotannya yakni Zakaria dan Nu’ul juga ikut masuk dalam buron.

 

Selama dua bulan, keberadaan ketiganya tidak terendus polisi. Hingga pada akhir Juni lalu, polisi mengendus ketiganya di Desa Pegayaman. Polisi langsung melakukan pengejaran. Polisi sempat melepas tembakan ke arah komplotan tersebut. Salah satu peluru menyerempet kepala Nu’ul.

 

Nah, komplotan Edi Salman menduga bahwa Ketut Fauzi yang membongkar keberadaan mereka. Kebetulan rumah Ketut Fauzi tak begitu jauh dengan rumah Edi Salman. Ditambah lagi keduanya masih punya hubungan kerabat.

 

“Mereka curiga kalau korban Ketut Fauzi ini informan polisi. Saat kami melakukan penyergapan tempo hari, mereka curiga kalau keberadaan mereka dibocorkan oleh korban. Sehingga terjadi perkelahian itu,” ungkap Kapolsek Sukasada, Kompol Made Agus Dwi Wirawan Rabu (13/7).

 

Menurutnya korban Ketut Fauzi sempat memberi saran pada kelompok Edi Salman agar berhenti melakukan tindak kejahatan. Namun saran itu tidak digubris. Alih-alih menyerahkan diri, komplotan itu justru menuding Ketut Fauzi seorang cepu alias informan polisi.

 

“Sebenarnya tokoh-tokoh di sana itu berusaha mengubah stigma yang melekat di kawasan itu. Tapi tidak ditanggapi dengan baik. Kami sudah bertemu dengan beberapa tokoh masyarakat dan tokoh agama, dan semua pihak sepakat stigma itu harus dihapus,” ujar Agus.

 

Hingga kini polisi masih mengembangkan kasus tersebut. Rencananya dalam waktu dekat polisi akan melakukan rekonstruksi terkait kasus tersebut.

 

Seperti diberitakan sebelumnya, perkelahian berdarah terjadi di Desa Pegayaman pada Minggu (3/7) malam. Peristiwa itu melibatkan empat orang, yakni Ketut Fauzi, Edi Salman, Zakaria, dan Nu’ul. Dalam peristiwa itu, Ketut Fauzi dan Edi Salman tewas. Sementara Zakaria dan Nu’ul sempat kabur dan bersembunyi di kawasan Desa Silangjana. Mereka akhirnya diamankan polisi pada Sabtu (6/7). (eps)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/