DENPASAR – Ketua Komisi Perlindungan Anak Aris Merdeka Sirait akhirnya mendatangi ashram di Klungkung yang diduga menjadi lokasi terjadi kasus pedofil yang melibatkan 12 orang anak tahun 2010 silam.
Aris Merdeka juga mengaku telah bertemu salah satu orang yang mengaku menjadi korban dalam kasus ini.
Dari penelusuran timnya, terkuak berbagai modus yang dilajukan oleh pelaku untuk menjerat para korban.
Menurut Aris Merdeka Sirait, untuk melancarkan aksinya pelaku ini melakukan dengan mengajak para korban untuk mandi bersama dalam kondisi tanpa busana.
Tindakan lain seperti memijat hingga para korban dipanggil ke kamar pelaku secara personal. “Tindakannya seperti mandi bersama, pijat, hingga dipanggil ke kamar,” kata Aris Merdeka di Polda Bali, Kamis (14/2) siang.
Pelaku selalu memperhatikan gerak-gerik para korban. Terutama saat ada kegiatan yoga bersama. Dari sana pelaku akan melihat kira-kira siapa calon korban berikutnya yang menurut dia bisa dijerumuskan untuk disodomi.
Dari keterangan salah satu korban yang sudah ditemui, menurut Aris Merdeka Sirait, para korban yang sudah senior di ashram tersebut biasanya sering mewanti-wanti para junior untuk selalu menghindar jika dipanggil oleh pelaku ke kamarnya secara pribadi.
“Senior-senior mereka menyarankan junior agar jangan meliuk bagus saat yoga. Karena itu akan diliihat dan akan dipanggil oleh pelaku. Mereka menyarankan kalau dipanggil juga harus pura-pura sibuk saja. Ini pengakuan korban,” tambahnya.
Dari keterangan para korban ada tiga nama yang ada di ashram itu yang diduga terlibat. Tapi, nama pelaku GI yang merupakan petingginya, yang dianggap paling dominan disebut.
“Kemarin (Rabu/13/2) saya mencoba menemuinya, tapi beliau sedang keluar. Saya sempat mendengar nama ini (GI) dulu di tahun 90-an. Dia dikenal sebagai aktivis lingkungan,” tandasnya.