27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 7:54 AM WIB

Pihak Yayasan Sebut Aksi Pelemparan Siswa Dwijendra Dilakukan Spontan

DENPASAR-Aksi demo berujung pelemparan Ketua Pembina Yayasan Dwijendra dr. I Ketut Karlota dan anggotanya, I Nyoman Satia Negara oleh ratusan siswa, akhirnya menuai respon pihak yayasan.

 

Ketua Yayasan Dwijendra, Candra Jaya mengatakan saat dikonfirmasi, Rabu (14/11)kemarin menyatakan kericuhan itu buntut dari kekesalan para siswa.

 

Para siswa kesal karena keduanya masih berani datang ke sekolah.

 

Diduga Karlota menggelapkan dana SPP Yayasan Dwijendra   sebesar Rp 636 juta, sedangkan Satia Negara sebesar Rp 250 Juta. Uang tersebut adalah uang yayasan dari unit TK sampi Perguruan Tinggi

 

 

 “Anak-anak nggak setuju dia ada di sana.  Ya mereka datang, spontanitas anak-anak. Ini karena sudah dilaporkan orangnya masih datang. Murid menolak kedatangan mereka orang yang telah mengambil uang SPP anak anak. Kisaran diambil Rp 636 juta itu Karlota dan nggak sampai Rp 1 miliar,” ucapnya. 

 

Selain itu, selaku ketua yayasan Dwijendra, Candra juga mengaku heran dengan hadirnya anggota polisi di lokasi. Dia mengaku tidak mengetahui itu. Tetapi, ia menjelaskan bahwa pihak yayasan sudah melaporkan adanya tdugaan korupsi ini.

 

Namun, sayangnya pihak polisi sangat lamban karena tidak ada tindak lanjutnya dari laporan tersebut.

 

Bahkan, yang menurutnya sudah terang benderang adanya penggelapan. Tapi sampai saat ini tidak ada yang  ditetapkan sebagai tersangka. 

 

“Harapannya tentu kasus cepat selesai. Karena kedatangannya membuat anak anak jadi resah.  Lebih dipercepat selesaikan agar kerusuhan tidak tambah besar. Sebab orang tua murid ini kan perwakilan anak-anak.

 

Menurutnya banyak orang tua murid mereka merasa resah dengan tidak segera ditanganinya kasus ini.

“Ya dia masih pembina. Jadi dia (Karlota dan Satia)  bermanuver terus. Saya sudah mohon kepada kapolda jangan ditunda-tunda agar proses cepat orangnya,” jelasnya. 

 

Menurutnya, kekecewaan dan kekesalan siswa, karena selain sudah merasa membayar tapi guru tidak dibayar gajinya. “Tentu yang  terganggu anak anak. Anak-anak jangan sampai dikorbankan,” tukasnya.

 

DENPASAR-Aksi demo berujung pelemparan Ketua Pembina Yayasan Dwijendra dr. I Ketut Karlota dan anggotanya, I Nyoman Satia Negara oleh ratusan siswa, akhirnya menuai respon pihak yayasan.

 

Ketua Yayasan Dwijendra, Candra Jaya mengatakan saat dikonfirmasi, Rabu (14/11)kemarin menyatakan kericuhan itu buntut dari kekesalan para siswa.

 

Para siswa kesal karena keduanya masih berani datang ke sekolah.

 

Diduga Karlota menggelapkan dana SPP Yayasan Dwijendra   sebesar Rp 636 juta, sedangkan Satia Negara sebesar Rp 250 Juta. Uang tersebut adalah uang yayasan dari unit TK sampi Perguruan Tinggi

 

 

 “Anak-anak nggak setuju dia ada di sana.  Ya mereka datang, spontanitas anak-anak. Ini karena sudah dilaporkan orangnya masih datang. Murid menolak kedatangan mereka orang yang telah mengambil uang SPP anak anak. Kisaran diambil Rp 636 juta itu Karlota dan nggak sampai Rp 1 miliar,” ucapnya. 

 

Selain itu, selaku ketua yayasan Dwijendra, Candra juga mengaku heran dengan hadirnya anggota polisi di lokasi. Dia mengaku tidak mengetahui itu. Tetapi, ia menjelaskan bahwa pihak yayasan sudah melaporkan adanya tdugaan korupsi ini.

 

Namun, sayangnya pihak polisi sangat lamban karena tidak ada tindak lanjutnya dari laporan tersebut.

 

Bahkan, yang menurutnya sudah terang benderang adanya penggelapan. Tapi sampai saat ini tidak ada yang  ditetapkan sebagai tersangka. 

 

“Harapannya tentu kasus cepat selesai. Karena kedatangannya membuat anak anak jadi resah.  Lebih dipercepat selesaikan agar kerusuhan tidak tambah besar. Sebab orang tua murid ini kan perwakilan anak-anak.

 

Menurutnya banyak orang tua murid mereka merasa resah dengan tidak segera ditanganinya kasus ini.

“Ya dia masih pembina. Jadi dia (Karlota dan Satia)  bermanuver terus. Saya sudah mohon kepada kapolda jangan ditunda-tunda agar proses cepat orangnya,” jelasnya. 

 

Menurutnya, kekecewaan dan kekesalan siswa, karena selain sudah merasa membayar tapi guru tidak dibayar gajinya. “Tentu yang  terganggu anak anak. Anak-anak jangan sampai dikorbankan,” tukasnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/