KARANGSASEM-Sejak peristiwa yang nyaris merenggut nyawanya, Ni Kadek Candrika Mirani, 21, masih mengaku trauma berat.
Bahkan meski saat ini sudah tinggal menumpang di rumah neneknya di kampung Abang Kaler, Desa Abang, Karangasem, namun kejadian sadis yang dilakukan oknum driver ojek online (Ojol) Dwi Aprianto, 32, masih kuat dalam ingatannya. Lalu siapa sebenarnya Apriant alias Mas Dwi?
WAYAN PUTRA, Abang
Sejak menjadi korban penganiayaan sadis di Jalan Kapten Japa, Denpasar, Ni Kadek Candrika Dewi tak nyenyak tidur.
Bahkan ia tak jarang sering terbangun malam-malam karena teringat peristiwa yang nyaris merenggut nyawanya itu.
Menurut Candrika, antara dirinya dengan pelaku diakui hanya sebatas teman dan tetangga kos. Tidak ada hubungan lebih bahkan yang menjurus asmara.
“Kalau menegur atau tegur sapa biasa, namanya juga teman satu kos,” ujarnya.
Hanya saja, kuat dugaan kalau pelaku diam-diam memendam rasa cinta kepada gadis manis asal Abang ini.
Menurut korban pernah beberapa bulan lalu pelaku mengajaknya keluar jalan jalan namun dia tolak.
“Ya saya tolak karena saya tidak biasa jalan-jalan,” ujarnya.
Diduga penolakan tersebut membuat pelaku marah sehingga merencakanan sesuatu kepada korban.
“Kalau ngobrol berdua begitu ngak pernah,” ujar perempuan dengan empat saudara tersebut.
Selain itu, masih kata Candrika, pelaku diakuinya sering pulang malam.
Dia juga tidak tahu kerja dimana yang bersangkutan.
Hanya saja, setiap kali keluar kos, pelaku kerap menggunakan baju Go-Jek.
Candrika juga mengakui kalau sebulan terakhir sebelum kejadian hampir tidak pernah bertemu pelaku.
Saat itu dirinya menduga kalau pelaku sudah mudik. Karena sempat juga dia dengar dari tetangga kosnya kalau pelaku pamitan untuk mudik.
Sementara itu Candrika juga mengakui kalau sebelum kejadian sudah ada gelagat kurang beres. Beberapa minggu sebelumnya saat di kamar mandi siang hari dia sempat mendengar ada yang membuka pintu gerbang.
Padahal saat itu kos-kosan sedang kosong. “Saya sempat lihat ada bayangan lari,” ujarnya.
Sementara itu keluarga ini termasuk warga tidak mampu. Ayahnya sempat menjadi sopir truk namun itu nyerep bukan sopir tetap. “Belakangan ini saya rencana akan cari kerja di Denpasar karena tidak nyopir lagi,” ujar Putu Tolis.
Sementara istrinya membuka warung makan kecil kecilan di samping rumah yang dia pinjam.
Korban mengaku sudah tiga tahun tinggal di Denpasar. Dia diajak sang paman. Hanya saja saat kejadian, kos-kosan sedang sepi hanya ada Bu De si penjual Snack yang sudah umur 60 tahun. Sedangkan pelaku (Dwi Aprianto), kata Candrika tinggal di kos kosan tersebut sejak delapan bulan lalu.
Awalnya pelaku tinggal bersama temanya namun sejek beberapa bulan lalu tinggal sendiri karena sang teman sudah pindah.
Kamar pelaku dan korban sendiri memang bersebelahan atau berdekatan. Sementara itu sang nenek Ketut Latri kemarin sempat terkejut melihat cucunya.
Bahkan wanita 65 tahun tersebut sempat gemetar melihat luka yang ada di kepala sang cucu. Selama ini sang nenek memang tidak tahu kondisi cucunya karena tidak dikasi lihat. Korban sendiri saat dirumah juga kerap menggunakan penutup kepala. Namun tadi saat Koran ini datang dan rombongan PHDI tutup kepala korban di buka.
“Ya nenek saya baru tahu langsung gemetar dia, padahal ini sudah sembuh,” tukasnya.