29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 0:39 AM WIB

Kacau, Pelaku Pembunuh Aiptu Suanda Tak Tahu Korban Pensiunan Polri

DENPASAR – Keterangan otak pembunuhan purnawirawan Aiptu I Made Suanda, Gede Ngurah Astika alias Sandi alias Gede Alit, 32, belum dikorek sempurna oleh penyidik Polresta Denpasar.

Pasalnya, hingga Rabu (27/12) kemarin, suami Ni Komang Libryantini itu masih dirawat di RS Trijata Polda Bali.

Belum dikoreknya pengakuan pria asli Desa Pupuan, Tabanan membuat posisi sang istri masih abu-abu.

Wanita yang sedang mengandung tersebut masih berstatus saksi meski mengambil peran sentral saat menyewa rumah kontrakan (TKP, red) dan rencana pembelian mobil oleh suaminya.

Peran sebagai pembagi uang hasil penjualan mobil korban juga belum menyeret Ni Komang Libryantini sebagai tersangka.

Meski demikian, informasi penting berhasil digali penyidik dari mulut tersangka, yakni fakta bahwa mereka tak mengetahui korban merupakan pensiunan polisi.

“Tidak tahu. Sampai saat ini mereka ngomong tidak tahu. Belakangan mereka tahu dari cerita mulut ke mulut,” ucap Kasatreskrim Polresta Denpasar Kompol Aris Purwanto.

Dikatakan, bila Sandi, Dewa Made Budianto alias Tonges, Putu Veri Permadi, dan Dewa Putu Alit Sudiasa mengetahui profesi korban mungkin pembunuhan tak akan terjadi.

Belum maksimalnya pemeriksaan terhadap Sandi, tandas Kompol Aris juga membuat pihaknya belum mengetahui jenis obat tidur yang dicampurkan ke dalam kopi yang disuguhkan Alit Sudiasa dan diminum korban.

“Ini saya juga belum tahu,” tandasnya.  Termasuk informasi pasti mengenai bagaimana perkenalan awal korban dengan Sandi. Jawaban Kompol Aris masih belum pasti.

“Nggak kenal awalnya. Kenal karena korban nawarin mobil lalu ada komunikasi lewat telepon. Tanggal 14 Desember 2017 janjian, 15 Desember baru ketemu,” tandasnya.

Apakah ada iklan khusus yang dipasang korban, baik secara cetak maupun elektronik atau online? Aris Purwanto mengaku penyidik belum menanyakan hal tersebut.

“Intinya, pelaku tahu korban jual mobil. Makanya janjian ketemu setelah itu kejadian. Hanya sehari sebelum kejadian,” paparnya.

Darimana pelaku mengetahui nomor hp korban, Aris menjawab tidak tahu. “Ini saya belum tahu. Belum diinterogasi. Belum saya tanyakan.

Tapi yang namanya jualan mobil pasti dia (korban red) menyampaikan nomor hp. Apakah mengiklankan atau nggak masih belum saya dalami,” papar mantan Kapolsek Denpasar Selatan itu. 

DENPASAR – Keterangan otak pembunuhan purnawirawan Aiptu I Made Suanda, Gede Ngurah Astika alias Sandi alias Gede Alit, 32, belum dikorek sempurna oleh penyidik Polresta Denpasar.

Pasalnya, hingga Rabu (27/12) kemarin, suami Ni Komang Libryantini itu masih dirawat di RS Trijata Polda Bali.

Belum dikoreknya pengakuan pria asli Desa Pupuan, Tabanan membuat posisi sang istri masih abu-abu.

Wanita yang sedang mengandung tersebut masih berstatus saksi meski mengambil peran sentral saat menyewa rumah kontrakan (TKP, red) dan rencana pembelian mobil oleh suaminya.

Peran sebagai pembagi uang hasil penjualan mobil korban juga belum menyeret Ni Komang Libryantini sebagai tersangka.

Meski demikian, informasi penting berhasil digali penyidik dari mulut tersangka, yakni fakta bahwa mereka tak mengetahui korban merupakan pensiunan polisi.

“Tidak tahu. Sampai saat ini mereka ngomong tidak tahu. Belakangan mereka tahu dari cerita mulut ke mulut,” ucap Kasatreskrim Polresta Denpasar Kompol Aris Purwanto.

Dikatakan, bila Sandi, Dewa Made Budianto alias Tonges, Putu Veri Permadi, dan Dewa Putu Alit Sudiasa mengetahui profesi korban mungkin pembunuhan tak akan terjadi.

Belum maksimalnya pemeriksaan terhadap Sandi, tandas Kompol Aris juga membuat pihaknya belum mengetahui jenis obat tidur yang dicampurkan ke dalam kopi yang disuguhkan Alit Sudiasa dan diminum korban.

“Ini saya juga belum tahu,” tandasnya.  Termasuk informasi pasti mengenai bagaimana perkenalan awal korban dengan Sandi. Jawaban Kompol Aris masih belum pasti.

“Nggak kenal awalnya. Kenal karena korban nawarin mobil lalu ada komunikasi lewat telepon. Tanggal 14 Desember 2017 janjian, 15 Desember baru ketemu,” tandasnya.

Apakah ada iklan khusus yang dipasang korban, baik secara cetak maupun elektronik atau online? Aris Purwanto mengaku penyidik belum menanyakan hal tersebut.

“Intinya, pelaku tahu korban jual mobil. Makanya janjian ketemu setelah itu kejadian. Hanya sehari sebelum kejadian,” paparnya.

Darimana pelaku mengetahui nomor hp korban, Aris menjawab tidak tahu. “Ini saya belum tahu. Belum diinterogasi. Belum saya tanyakan.

Tapi yang namanya jualan mobil pasti dia (korban red) menyampaikan nomor hp. Apakah mengiklankan atau nggak masih belum saya dalami,” papar mantan Kapolsek Denpasar Selatan itu. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/